Penyucian Pernikahan - Bab 413 Barang Bekas

Dewi Danau melanjutkan: "Coba tanya kepada mereka apakah ada setengah lagi pasangan dari liontin batu itu, yang berwarna hitam."

“Hitam, setengah? Apa maksudmu?” Tanyaku pada Dewi Danau.

Dewi Danau menjelaskan: "Ada liontin kematian, dan tentu saja ada liontin kehidupan, bersama-sama, digabungkan menjadi liontin kehidupan dan liontin kematian, itu adalah liontin batu bulat lengkap, jika ada dua, itu lebih baik dan lebih sempurna."

Jadi aku bertanya kepada mereka berdua, "Paman dan bibi, liontin batu ini kelihatannya hanya setengah, belum lengkap, apakah ada setengahnya lagi?"

"En." bibi Wijaya berkata: "Separuhnya lagi adalah liontin batu hitam, yang dikenakan oleh Yosepin, tujuh atau delapan tahun yang lalu, karena keluarga kami kekurangan uang, maka dijual."

Dewi Danau berteriak, "Kok bisa kalian menjualnya? Bagaimana benda ini bisa dijual! Ya tuhan, edan! Kamu harus menemukannya kembali!"

"Dapatkan kembali dengan segala cara !!"

Aku merasa Dewi Danau sangat marah, yang menunjukkan betapa berharganya harta ini.

Aku juga sangat terkejut, aku menekan emosi aku dan berkata: "Bibi Wijaya, kepada siapa kamu menjualnya pada waktu itu?"

Bibi Wijaya berpikir sejenak, dan berkata: "Saat itu, paman Wijaya kamu sedang bekerja di luar, dan aku sendirian di rumah, dan aku tidak punya uang untuk membeli pupuk untuk menanam jagung, aku menjualnya ke toko batu akik di kota dan mendapat 30 ribu."

"Aku menjual milik Yosepin, tapi tentu saja aku menyimpan milikmu."

"30 ribu?" Suasana hati Dewi Danau naik tinggi, "Ini gila, 300 triliun pun harusnya tidak dijual !!"

"Wanita ini benar-benar gila, aku ingin membunuhnya, aku ingin ... aku ingin memotongnya !!"

Bagaimana bisa dia menjual batu hitam hanya untuk sekantong pupuk untuk menanam jagung !

Aku menjawab: "Baiklah, Dewi, aku akan menemukan cara untuk mendapatkannya kembali."

Aku berpikir sejenak, dan berkata, "Bibi, liontin batu ini mungkin ada hubungannya dengan hidupku dan kehidupan Yosepin, katakan padaku lokasi toko batu akik itu, dan aku akan membelinya nanti."

Bibi Wijaya berkata: "Gilang, sekarang, keluarga kita hidup dengan baik, dan kamu hidup dengan baik, kamu sudah tidak perlu memeriksa hidupmu, dan tidak perlu memeriksa kehidupan Yosepin."

"Aku gugup sekarang ketika memikirkan mata yang menakutkan dari Ulama tua itu."

"Ada beberapa hal lagi, aku khawatir jika kamu memeriksanya, hal-hal buruk akan terjadi."

Paman Wijaya juga berkata: "Gilang, ada baiknya cukup menyimpan liontin batu ini saja, tidak perlu menyelidiki yang lain lagi, kami sudah memberi tahu kamu apa yang kami ketahui."

Aku mengerti kekhawatiran mereka, banyak hal yang sangat rumit saat itu, keduanya berteman baik dengan ayah aku, tetapi ada hal-hal yang mereka tidak bisa selidiki.

Aku tersenyum dan berkata, "Tampaknya liontin batu ini, yang satu putih dan yang satunya hitam, memang ditakdirkan untuk jadi sepasang, aku tidak akan menyelidiki masalah ini lagi, aku hanya akan mencari liontin hitam itu dan memberikannya kepada Yosepin."

Bibi Wijaya menghela napas, "Hanya ada satu toko batu akik di kota kami, saat itu, aku menjual liontin batu akik, ketika aku sudah punya uang, aku ingin menebusnya kembali tiga tahun lalu, tapi pemilik toko batu akik bilang kepada aku bahwa liontin batu itu sudah dijual kepada orang lain. "

"Kalau dijual ke siapa, bosnya juga lupa, katanya ada yang datang ke toko, dan dia beli saat melihatnya sendiri."

Kalau sudah seperti ini, sama saja seperti menemukan jarum di tumpukan jerami.

Sudah beberapa tahun lalu, kalaupun ada catatan tagihannya, pasti juga sudah hilang.

Umumnya barang murah tidak perlu pakai catatan dan tidak perlu meninggalkan nomor telepon juga.

Tapi aku masih akan memeriksanya, aku harus melakukannya.

Kami berbicara sebentar dan tidak ada informasi lebih lanjut lagi.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu dan bertanya: "Ngomong-ngomong, ketika aku berumur tujuh tahun, selain masalah orang tua aku, sesuatu terjadi di desa terdekat kami, keluarga Mulan, orang tuanya hilang, paman dan bibi, apakah kamu tahu tentang ini? "

Orang tua mulan juga menghilang tahun itu.

Paman Wijaya dan bibi Wijaya berkata mereka tidak tahu.

Kemudian aku berbicara tentang Yosepin dan Boy lagi, keduanya bilang kepada aku bahwa mereka memiliki hubungan yang baik dengan paman Boy, tetapi itu hanya hubungan bisnis, Boy jatuh cinta pada Yosepin dan membiarkan mereka berdua sendiri yang mengaturnya, Yosepin juga menyukai Boy

Yosepin memiliki keinginan yang kuat, dia bilang punya banyak mantan, dia menyukai Boy pada awalnya, lalu memperkenalkannya pada keluarga masing-masing dan teman-teman juga.

Aku bertanya, "Ngomong-ngomong bisnis apa yang kalian jalani?"

Paman Wijaya berkata: "Bisnis kami berurusan dengan pakaian, bagaimanapun juga, kami belum pernah berbisnis sebelumnya, kami juga memulai bisnis ini belum terlalu lama, kami juga baru kenal dengan beberapa orang saja, koneksi kami sangat kecil, oleh karena itu, kami ingin bertemu dengan beberapa orang besar dan yang terbaik adalah jika mereka mau berinvestasi."

Aku berkata: "Paman Boy dulunya seorang preman, tidak mungkin sesederhana itu, bukan? Jika ini murni hanya bisnis pakaian, apakah kamu perlu mengenal orang-orang ini?"

Pasangan itu tidak menyangka aku tahu banyak.

Aku pikir benar-benar ada sesuatu dibalik bisnis mereka, kalau tidak bagaimana mungkin Yosepin tidak tahu? Dan sebelumnya di ruang tamu, aku bertanya pada paman Wijaya bisnis apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak menjawab aku.

Bibi Wijaya berpikir sejenak, dan berkata: "Memang benar, Gilang, kami membuka pabrik pengolahan garmen, tetapi persaingan ini terlalu ketat, dan bisnis juga semakin sulit, oleh karena itu, kami bekerja sama dengan perusahaan luar untuk membeli pakaian bekas, kemudian disortir, diproses, diperbarui, dan dijual ke toko-toko tertentu. "

Aku terkejut dan berseru, "Menjual pakaian bekas dari luar negeri?"

Wajah keduanya sedikit jelek, dan wajah paman Wijaya sedikit merah, "Kami tidak punya pilihan, bisnis tidak begitu lancar, dan persaingan bisnis juga ketat, bisnis ini memiliki keuntungan yang tinggi, kami tidak menjual makanan palsu, jadi tidak apa-apa."

Pakaian yang tidak dibutuhkan lagi oleh orang asing lalu dikemas dalam paket besar lalu dikirim dan dijual ke negara sesuai dengan pesanan, kemudian, pabrik-pabrik dalam negeri memperbaikinya sedikit, ini untung besar!

Beberapa ribu saja harga untuk satu baju, setelah diproses, ditambah kemasan yang mewah, bisa dijual sampai ratusan ribu bahkan lebih!

Wajahku menjadi dingin, "Segera hentikan bisnismu!"

"Kumpulkan pakaian-pakain bekas yang kalian ambil, perbaiki, dan kirimkan ke daerah pegunungan untuk orang miskin dan untuk mereka yang membutuhkan!"

"Kami miskin, tapi kami tidak bisa bertindak melawan hati nurani kami!"

Aku tidak peduli jika aku tidak dapat masuk kedalam bisnisnya, aku yakin aku pasti bisa, jika sesuatu terjadi dan mereka tertangkap, maka akan jadi masalah.

Aku menaikan nada bicaraku dan memerintah mereka.

Wajah keduanya jelek, dan paman Wijaya berkata, "Gilang, bahkan jika kami tidak melakukannya, ada orang lain yang akan tetap melakukannya, kami sudah melakukannya selama lebih dari setengah tahun, dan kami baru saja menemukan koneksi bagus, dan bisnis kami akan menjadi lebih baik di masa depan nantinya."

"Jangan khawatir, jalur penyelidikan untuk kasus ini tidak begitu ketat, kami juga kenal banyak orang, tidak akan ada masalah."

"Kalian itu sudah berbohong! Membodohi pelanggan!" Aku sangat marah, "Kalian harusnya tidak boleh membuat produk palsu atau jelek!"

Mata bibi Wijaya tiba-tiba meneteskan air mata, matanya memerah, "Gilang, kami tidak ingin bertindak mengabaikan hati nurani kami, kami juga pernah miskin sebelumnya, jadi kami takut menjadi miskin lagi."

"Pada awalnya, setelah kami punya uang, kami mendirikan pabrik, dan bisnis kami tidak berjalan dengan baik, itu sangat umum terjadi, kurang dari setengah tahun, terjadi kesalahan, terjadi penindasan pada rekan-rekan kami, banyak petugas datang memeriksa, kami juga tidak punya kenalan, tidak ada koneksi, kami terkena masalah dari segala sisi. "

"Melihat pabrik kami akan ditutup, kami sudah hampir mengalami kebangkrutan."

"Kami memulai bisnis seperti ini sebagai pilihan terakhir."

"Kami ... juga terpaksa untuk melakukan ini."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu