Penyucian Pernikahan - Bab 31 Menceritakan Kisah Hantu

Aku melihat mereka diam sejenak dan tahu apa yang mereka pikirkan dalam hati, lalu berkata menenangkan : " Kalian tidak perlu takut, panggil aku jika ada apa - apa dan aku akan langsung tiba. "

Aku mengedipkan mata, membuat mereka tertawa.

Aku juga tersenyum, setelah mematikan lampu lalu berbaring di atas kasur yang sudah tersiapkan dilantai tadi. Lantai terasa dingin seperti sedingin permen lolipop beku.

" Selvi, apakah kamu bisa tidur ? " Kata Alvia pelan sambil membalikkan badan.

Aku sekali mendongak bahkan bisa melihat kulit putih yang terekspos dari ujung baju itu. Kedua bukit lembut dan bulat Alvia tergantung bergoyang.

" Tidak bisa tidur..... " Kata Selvi dengan kusut, dia pertama kali bersama laki - laki dalam ruangan yang sama dan seluruh tubuhnya langsung bergetar ketika kedua tanganku berkeliaran di tubuhnya tadi. Meskipun sekarang ada jarak pasti dengan diriku, tapi tetap terasa aneh.

Aku segera memejamkan mata, berpura - pura bernapas dengan tenang saat merasakan ada sebuah garis pandangan melihat kemari.

" Hei, Gilang. " Panggil Selvi, aku masih tetap berbaring, pura - pura tidak mendengarnya.

" Kamu, bangun, kemari ! " Aku merasakan sebuah tangan kecil yang hangat mencubit telingaku dengan pelan, hati aku bergetar, sedikit mati rasa.

Aku berpura - pura seperti terbangunkan, menguap dan berkata : " Kakak sepupu, apa yang sedang kamu lakukan..... "

Alvia mendengus, duduk di atas ranjang, sepasang kaki putih ramping bersilang, melihatku dengan sombong dan berkata : " Cepat ceritakan sebuah kisah untuk kami. "

"Bercerita ? Cerita apa ? " Aku tidak menyangka Alvia akan meminta permintaan seperti ini.

" Kami tidak bisa tidur dan hanya bisa mendengar kamu bercerita. Ayo cepat cerita ! " Kata Alvia seperti memberi perintah.

Melihat bentuk Alvia yang tidak akan berhenti meminta hingga mendapatkannya, sepertinya, aku harus bercerita hari ini.

Tetapi, ini sebaliknya memberiku sebuah kesempatan.

Diam - diam dalam hati aku merasa senang, tapi malah berkata tajam : " Sudah begitu larut..... ada apa dengan kalian ? Setelah mendengar cerita, mungkin akan lebih sulit untuk tidur. "

" Cepat cerita, jangan bicara omong kosong ! " Kata Selvi sambil mengangkat kepalanya dengan sombong.

Apakah semua wanita begini ? Barang yang semakin berbahaya semakin ingin menyentuhnya ?

Aku melihat mata Selvi jelas - jelas sangat ketakutan, tapi malah masih tetap mendesakku untuk cepat bercerita.

Setelah berpikir, aku lalu bercerita :

Saat aku berusia tujuh belas tahun, pada suatu malam, aku kebelet pipis, lalu bangun pergi ke toilet, setelah aku baru selesai pipis, kalian juga tahu, rumahku adalah sebuah taman, belakang adalah gunung, aku baru keluar dari toilet, langsung merasakan angin dingin, lalu aku melihat ke sisi bukit gunung, ada sebuah benda merah melayang di udara.

Aku mengira telah salah lihat dan melihat lagi, lalu ternyata menghilang.

Dan saat aku ingin kembali mau tidur, cahaya merah itu muncul lagi, hanya saja tempat kemunculannya lebih dekat dibandingkan tadi. Aku mengambil batu dan melemparnya, hasilnya seperti tembus, langsung menembus dari tubuhnya.

Aku ketakutan, segera kembali ke atas ranjang dan menutupi seluruh tubuh aku dengan selimut.

Keesokan harinya, aku menyadari satu ekor ayam aku mati, tidak ada bekas luka di tubuhnya, juga tidak tahu bagaimana cara matinya, disamping ayam ada sebuah kain merah. Kemudian aku memberitahu Kakek Sukarjo tentang hal ini, Kakek Sukarjo berkata, dia juga pernah melihat kain merah itu, dia sangat penasaran, lalu pergi melihatnya sebentar dan menemukan di kain merah tersebut ada sebuah wajah.

Alhasil dalam beberapa hari, Kakek Sukarjo meninggal.

Aku berhenti sebentar setelah bercerita sampai disini.

Hening sekitar lima detik, Selvi bertanya : " Bagaimana selanjutnya ? "

" Tidak ada selanjutnya, sudah selesai ceritanya. " Kata aku.

" Lalu apakah kamu pernah bertemu lagi dengan kain merah itu ? " Tanya Alvia.

" Pernah ketemu. " Aku berbohong.

" Kapan ? " Tanya serentak Selvi dan Alvia.

" Aku tidak berani memberitahu kalian. " Aku sengaja membuat mereka penasaran.

" Katakan, kenapa tidak berani ? " Desak Alvia.

Selvi juga berkata : " Benar, cepat katakan, jika tidak, kamu jangan harap bisa tidur malam ini. "

Aku hanya bisa berpura - pura berkata dengan tidak berdaya : " Yakni tepat beberapa hari lalu, aku bangun di tengah malam untuk pergi ke kamar mandi, alhasil ternyata kain merah itu berada dibelakangku. Saat aku berbalik, dia langsung mengatakan sesuatu kepadaku. Aku saat itu sangat ketakutan dan berlari kedalam rumah tanpa sempat menarik kembali celana. Selanjutnya perlu waktu lama untuk mengingat kembali apa yang dikatakan kain merah itu. "

" Apa yang di katakan ? " Selvi dan Alvia tiba - tiba bertanya pada saat yang bersamaan lagi.

Aku dengan sengaja berkata dengan pelan : " Dia sepertinya mengatakan, tunggu kamu datang ke toilet pada malam hari lainnya, aku ingin kamu menemaniku selamanya. "

" Ah ! "

" Ah ! "

Selvi dan Alvia berteriak pada saat yang sama lagi.

" Apakah yang kamu katakan itu benar ? " Tanya Alvia.

" Benar atau tidak, dengarkan saja sebagai sebuah cerita, jangan menganggapnya serius. " Kataku dengan sengaja.

" Apakah kamu mau mati, menceritakan kisah mengerikan ini ! " Marah Selvi.

" Aku awalnya tidak ingin bercerita, tapi kalian yang memaksaku untuk bercerita. " Kataku dengan tak berdaya.

" Rasanya sangat dingin. " Alvia tiba - tiba berkata.

" Ng, aku merasa sedikit takut. " Selvi juga ikut berkata dengan pelan.

Dalam kamar yang redup terdapat tiupan angin dingin, aku melihat Selvi meringkuk dan bergeser mendekati Alvia, matanya tersirat air mata, melihat aku dengan menyedihkan, berkata dengan suara kecil : " Wei, Gilang, kamu cepat naik kesini. "

" Untuk apa naik kesana ? " Aku jelas - jelas tahu tapi masih sengaja bertanya.

Selvi berkata : " Naik temani kami tidur, kami takut. "

Aku diam-diam bersukacita dalam hati, tapi malah berkata : " Begitu tidak baik. "

" Gilang, kamu naik tidak ? " Teriak Alvia.

Suara Alvia sedikit bergetar, aku bisa merasakan ketakutan mereka, ini tercapai sesuai dengan keinginan aku, tampaknya hasil cerita kisah hantu aku sungguh bagus.

" Cepat naik kemari. " Alvia berkata satu kali lagi dengan kesal, wajahnya masih sedikit terlihat pucat pasi. Aku melihat Selvi masih tetap merapat dalam pelukan Alvia, garis leher Alvia semakin bertambah turun, menampilkan jurang dalam yang seksi, membuat aku menelan - nelan ludah.

Alvia tidak bersedia tinggal bersama laki - laki busuk sepertiku dan juga takut mengingat cerita kisah hantu itu. Kedua emosi yang rumit ini terjalin menjadi satu membuatnya merasa tidak nyaman.

Aku tidak lagi bersikap malu dan langsung naik ke atas ranjang.

Mereka berdua terkejut, segera menghindar ke samping.

" Kalian hati - hati, jangan terjatuh dari atas ranjang. Mungkin ada hantu yang tergantung di bawah tempat tidur. " Aku tertawa dan menekan suara aku.

Wajah kedua orang semakin bertambah pucat, putih polos di wajah mereka menambah sentuhan keindahan, membuat niat balas dendam aku bertambah besar.

" Bukan urusan kamu ! " Kata Alvia dengan suara masih sedikit bergetar lalu mengeratkan selimut, melihat sebentar ke sekitaran.

Alvia benar takut dalam ruangan ini akan muncul hantu, meskipun tidak ada hantu, tapi masih ada serangga bukan ? Dalam hati semakin bertambah mengeluh.

" Kecoak ! " Aku tertawa diam dalam hati, berteriak menunjuk ke samping tempat tidur.

Kedua wanita berteriak kaget dan lalu masuk kedalam pelukanku, tubuh harum dan lembut mereka menempel ke aku, membuatku gugup. Aku merasakan seluruh darahku mendidih dan napas berat.

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu