Penyucian Pernikahan - Bab 28 Mengambil Barang

Aku terkejut, seluruh badanku berkeringat memikirkan adegan Citra mengejar Trejo dengan tongkat. Melihat Citra melompat dari kursi rotan, segera menuju ke pintu, hatiku seketika kacau.

Akankah terkejar oleh Citra, lalu mengatakan bahwa aku adalah seorang pengintip ?

Tetapi, aku bukan sengaja mau megintip dirinya.

Daripada seperti Trejo melarikan diri seperti pencuri, lebih baik mengdahapi Citra dengan tenang, menjelaskan kepada dirinya.

Sebentar kemudian, Citra membuka pintu berjalan keluar. Saat melihat ternyata adalah aku, tiba - tiba bertanya dengan wajah datar : " Gilang, kenapa kamu lagi ? Kamu tadi mengintipku ? "

Berkata sampai disini, wajah Citra sedikit merah, mungkin karena api kegairahan masih belum menghilang.

" Tidak, aku hanya lewat sini. " Jawab ku dengan acuh.

Citra menatap memperhatikanku, setengah percaya setengah ragu.

Di amati oleh Citra, meskipun ekspresiku tenang, sebenarnya hatiku sedikit khawatir.

Melihat wajah Citra masih merona merah muda dan berkulit putih sejak lahir, aku benar - benar berpikiran bahwa paras Citra lumayan cantik, terutama bibirnya, berwarna merah seperti ceri, aku juga menyadari terdapat tanda gigi setelah melihat dengan detail.

" Gilang, kamu sedang melihat apa ? Kamu percaya tidak jika kamu melihat lagi akan aku cungkil matamu ? "

Citra berbicara cukup kejam, aku menarik kembali pandangan liar aku pada tubuhnya dan berdiri tegak di depan Citra, bukankah ada sebuah pepatah mengatakan... lawan tidak gerak maka aku tidak gerak, tapi jika lawan gerak, maka aku lari.

Aku menatap Citra, Citra juga menatapku.

" Gilang, kamu ikut aku masuk. " Kata Citra

Aku tercenggang, Citra ternyata tidak mengusirku pergi ? Menyuruhku masuk kedalam rumahnya ?

" Ah ?.... Oh oh. " Aku ikut Citra masuk kedalam.

Apa yang dinamakan hidup mati berada dalam tangan orang lain ? Seperti itulah bentukku.

Tetapi aku merasakan Citra tidak seperti ingin melakukan pembalasan padaku.

" Gilang, kamu pergi cuci tangan. Cuci dengan bersih ! Dengar tidak. "

Apa maksud Citra ? Menyuruhku masuk untuk cuci tangan ?

" Untuk apa cuci tangan ? " Tanya aku bingung.

" Jangan banyak bertanya, minta kamu untuk mencucinya, cukup cuci saja. " Kata Citra dengan tidak sabar.

Meskipun tidak tahu apa maksud tersembunyi Citra, namun aku tetap pergi mengambil baskom dan mencuci tangan.

" Sudah, sudah selesai cuci. " Kata aku.

" Oke, kasih kamu. Tutupi matamu dengan ini. " Citra melemparkan sebuah kain hitam yang jahitannya tidak teratur.

Aku melihat kain, lalu melihat Citra lagi, dalam otak penuh kebingungan.

Ini adalah trik baru Citra menyiksa orang ?

" Gilang, bisakah kamu cepat sedikit ? Lamban ! " Suara Citra terdengar sangat gelisah, bercampur rasa sakit, seperti cakar menggaruk dalam hati aku.

Aku menutup mataku dengan kain hitam, sensitivitas semua indra menjadi lebih sensitif.

Aku mengangkat tangan dan melambai - lambai di udara, pandangan depan mata hitam. Tiba - tiba tangan kananku di arahkan oleh sebuah tangan yang lembut, yaitu Citra.

Aku merasa Citra jaraknya sangat dekat denganku, aku hampir bisa mencium aroma tubuhnya.

Ng.... Ng ? Aneh, bagaimana juga ada bau cabai yang sangat sangat tawar ? Aku menggelengkan kepala.

Citra menyeretku, berjalan hingga kaki menendang sebuah tempat yang keras, lalu berhenti.

" Ini bangku, kamu duduk tenang jangan bergerak, juga jangan melepaskan kainnya. " Kata Citra seperti memberi perintah.

" Ng ". Aku menganggukkan kepala. Dalam hati penuh rasa penasaran, kebingungan dan juga menantikan. Aku samar - samar sudah tahu apa yang Citra ingin aku lakukan.

Selanjutnya, aku mendengar suara gemerisik membuka baju.

Aku tanpa sadar meluruskan badan, apakah tebakanku benar, Citra sedang membuka baju ?

Citra lalu menarik tanganku lagi, tangannya sedikit lebih dingin dari tanganku, terasa aneh tapi juga nyaman saat di pegang, aku menjadi lebih aktif, memegangi tangannya. Citra juga tidak menyingkirkannya.

Tiba-tiba jariku menyentuh sesuatu yang basah dan agak keras.

" Tangan kamu jangan bergerak sembarangan, cukup bantu aku mengeluarkannya. " Kata Citra.

Mendengar Citra berkata seperti itu, aku memegang - megangi barang tersebut, ini tampaknya seperti timun ?

Disaat bersamaan, tanganku merasakan ada sesuatu yang berbulu dan juga sedikit lembut dan lembab..... aku terkejut, mungkinkah, ini adalah taman bunga rahasia Citra ?

Citra ingin aku menutup mata.

Dan disini ada timun ----- Apakah, barusan dia sambil menonton film adegan cinta sambil menenangkan diri, dengan menggunakan timun ini ?

Dan aku tiba - tiba membuat suara dari luar, membuatnya terkejut, sehingga timunnya patah ?

Tidak di sangka maksud Citra adalah ingin aku membantunya menarik keluar timun.

Tetapi kenapa dia tidak menariknya sendiri ?

Aku teringat ada bau cabai di tangan Citra tadi. Mungkin dia hari ini mengiris cabai, terdapat bau cabai di tangannya, sehingga tidak bisa memasukkan tangannya kedalam gua airnya.

Oleh karena itu, dia baru memanggilku untuk membantunya.

Aku sedikit berpikiran jahat menggunakan jari telunjuk menyodok - nyodok masuk timun kedalam.

" Ah ah ah..... ng ng, ah..... " Citra tiba - tiba terengah - engah dengan suara centil.

Aku menggosok setengah mentimun dengan jari-jariku, ada sesuatu yang keras terus menerus menusuk tanganku.

Aku menjepit ujung mentimun dengan empat jari, menariknya keluar sedikit.

" Ah ah ah..... tidak bisa, ah..... ng..... " Teriak Citra, seperti sedikit kesakitan.

Ketika mendengar teriakannya, tubuhku hampir mati rasa, teriakan wanita ini sungguh terlalu mengganggu orang.

Jelas - jelas aku memegangi timunnya, tapi seiring dengan teriakan Citra barusan, tubuhnya malah membawa timun menyusut lebih jauh kedalam.

Setelah menelan ludah, wajah aku mulai memanas.

Aku merasakan hawa panas mengalir ke atas kepala, juga tanpa peduli banyak hal lagi, aku menggunakan tangan menekuk kuat membuka kaki Citra.

Ternyata, kakinya yang terperangkap di pinggang semakin mengencang. Aku menahan napas, berhenti sebentar, menenangkan napasku sendiri, jika begini terus, aku benar takut tidak bisa mengendalikan diri lagi dan menghabisinya langsung di tempat.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu