Penyucian Pernikahan - Bab 32 Sedikit Menjulurkan

Aku mencoba untuk menopang bahu mereka dengan lembut, merangkul mereka kedalam pelukanku. Perasaan lembut menembus sumsum tulang itu, membuat orang ketagihan, tubuh lembut harum semuanya berada dalam pelukan aku.

" Jangan takut, sudah diusir oleh aku. "

Mereka baru perlahan tersadar kembali, merasakan telapak tangan panasku menempel ditubuhnya, ekspresi wajahnya sedikit aneh dan merona.

" Cepat lepaskan ! " Kata Alvia, dengan malu.

Aku membunyikan suara dengan mulut dan baru menarik kembali tanganku, dalam hati terdapat sedikit penyesalan.

Mereka tidak membiarkanku terlalu berdekatan, aku hanya bisa berdempet ke tepi tempat tidur. Kedua wanita cantik tepat berada disampingku, napas keduanya terus menerus saling bergantian di udara.

Waktu berlalu dengan sangat lambat, sampai terdengar suara dengkuran pelan Alvia dan Selvi, aku baru menyadari langit sudah sedikit lebih cerah dan kedua wanita ini tertidur dengan begitu tenang.

Semakin larut malam, aku semakin tidak bisa tidur, dalam hati semakin gelisah.

Setelah menarik napas dalam - dalam, aku membuat sebuah keputusan dalam hati.

Dengan cahaya bulan yang terang, aku perlahan - lahan bangun duduk dan memerhatikan wajah Alvia dan Selvi, satu cantik centil, satu polos imut. Aku menelan ludah, hantu di hatiku mulai bermunculan.

Aku membuka salah satu sudut selimut, mengulurkan tangan secara perlahan kedalam baju Selvi, Selvi mengenakan pakaian dalam berbahan kain, sehingga tanganku sangat mudah untuk memasukinya, aku tidak berani bergerak terlalu kuat.

" Ng ng..... ah..... " Selvi tiba - tiba bersuara, membuatku terkejut dan hampir menarik kembali tangan ku.

" Ah ah ah..... ng ng...... " Teriak Selvi sedikit besar, aku terkejut dan segera menutupi mulutnya dengan tanganku yang satunya lagi.

Untungnya Alvia tidak terbangun.

Aku tidak berani terlalu bertenaga dan berhenti sebentar, sebaliknya Selvi malah menggosok tanganku dengan sendirinya.

" Ah ah ah.... kuat sedikit..... " Geraman tidak sabar Selvi.

Tubuh bagian bawah aku sepertinya ternyalakan api, mengeras hingga menyakitkan.

Aku juga sudah tidak bisa mengontrol diri lagi, memutuskan melakukannya malam ini, seperti yang dikatakan Dewi Danau, sudah waktunya untuk memetik.

Selvi berada di luar memunggungiku. Aku perlahan menyentuh pantat belakang Selvi dan melepaskan celananya perlahan. Selvi seperti menyadarinya dan meraih tanganku.

Tubuh Selvi terus bergetar.

Seluruh darahku mendidih dan melepaskan celana dengan cepat, segera sentajaku menusuk kedepan melalui celah kedua pantat.

Selvi semakin bergetar hebat, bahkan mengeluarkan suara rintihan kecil.

Jalan di depan sangat sempit, aku setelah menusuk lama, akhirnya ketemu tempat sumur.

Seiring dengan mulut sumur, senjata aku perlahan - lahan menjulur masuk kedalam.

Tiba - tiba, dikelilingi oleh sesuatu yang lembab.

Tetapi, sangat sempit !

Aku memasukinya dengan perlahan.

Tiba - tiba, bertemu sesuatu seperti selaput tipis.

Saat sedang berpikir ingin mendorong maju dengan kuat, Selvi tiba - tiba berteriak, tubuhnya tiba - tiba maju kedepan dan akhirnya aku menusuk udara, disaat bersamaan juga sudah keluar dari sumur dalam Selvi.

" Kenapa ? " Alvia bertanya dengan mengantuk.

Tadi saat Selvi maju kedepan, menyentuh Alvia.

Selvi menarik kembali celananya dan bangun duduk di atas ranjang, berkata kepadaku : " Gilang, turun kamu dari tempat tidur ! "

" Aku..... "

Aku sudah mempersiapkan semuanya dan kamu menyuruhku turun dari ranjang ?

Belum menunggu aku berbicara, Selvi sudah menendangku kebawah, aku tidak keburu menghindarnya, tergulung kebawah tempat tidur.

Setelah terjatuh ke lantai, semua pikiran seperti disiram dengan air dingin.

Sangat cepat sudah pagi, aku sepanjang malam tidak tenang, sangat gelisah.

Sebaliknya Selvi dan Alvia tertidur dengan pulas, melihat kaki Alvia yang terenggang keluar dari selimut, sangat putih, tangan aku seolah - olah masih merasakan kelicinan kakinya kemarin malam.

Posisi tidur kedua orang lumayan bagus, perut kurus Selvi terekspos keluar, kerah dada Alvia tersinari oleh cahaya, aku tahu kelembutan tempat itu saat tadi malam.

Hanya sangat disayangkan, kemarin malam hampir mendapatkan keperawanan Selvi.

Aku merasakan penyesalan yang tak terkatakan.

Tidak tahu akankah ada kesempatan seperti ini lagi.

Jika ada, aku bersumpah, aku pasti akan memanfaatkannya dengan baik, tidak akan mensia - siakan kesempatan bagus !

Aku pergi ke rumah Rahmat dengan sebuah penantian dan juga rasa penyesalan.

Saat ditengah jalan bertemu dengan Rahmat, dia berwajah suram dan saat melihatku langsung berkata dengan sangat tidak senang : " Kenapa kamu baru datang ? Kamu lihat matahari saja sudah mau terbit. Beberapa hari lagi akan hujan, jika tidak segera mengemasinya, jagung akan segera bertunas di tanah ! "

" Kamu juga ikut mengemasi, aku sendiri tidak akan sanggup. " Kataku.

Rahmat melotot sebentar ke aku, " Jika aku sendiri yang mengemasinya, lalu untuk apa kamu kemari ? Kalian yang telah mencelakai anakku, meskipun mengorbankan nyawa, juga tetap harus segera kemasi jagung untukku. "

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu