Penyucian Pernikahan - Bab 33 Kak Trias Trenggono

Aku benar-benar ingin marah besar, tetapi kata-kataku tertelan kembali lagi ketika aku melihat dia sudah sangat tua dan putranya sudah mati.

" Selvi dimana? Kenapa dia masih belum datang? Malam tadi dia pergi ke mana?" Rahmat melihat ke belakangku sambil bertanya.

Aku menjawab dengan malas: "Tidak tahu. Takutnya pergi ke kakak saudaraku sana"

"Gadis ini benar-benar terlalu malas!" Rahmat berkata, "Kamu segera pergi memanen, aku pergi memanggil Selvi "

"Jangan pergi" Aku sibuk berkata, "Dia seorang gadis bisa memanen seberapa banyak? Dua hari ini aku akan membantu kamu memanen semua kuncup"

Pada sekitar jam 10 pagi, matahari telah terbit sangat tinggi, cahaya mataharai yang panas membakar tubuhku dan membuatku berkeringat.

Setelah menyeka keringat di wajah, aku mencari sebuah tempat teduh untuk beristirahat.

Tidak lama setelah duduk, aku melihat sebuah mobil merah kecil muncul dari bawah gunung.

Setelah itu, mobil berhenti di depanku dan orang di dalam menyapa aku: "Gilang, kamu sedang buat apa?"

Aku melamun sejenak, "Kak Trias?"

Trias Trenggono berusia 4 atau 5 tahun lebih tua dariku, dari kecil dia sangat baik kepadaku, keberadaan kak Trias sama seperti kakak saudaraku. Hanya saja waktu kecil keluarga kak Trias agak miskin, setelah sekolah SMP dia pun berpindah ke Jakarta untuk bekerja. Kak Trias sangat rajin, aku mendengar sekarang dia sudah memiliki sebuah pabrik pakaian di Tangerang, harta dia sudah beratus milliar, dia bahkan membeli rumah di Jakarta.

Beberapa tahun lalu, kak Trias meminta orang tuanya untuk berpindah ke Jakarta, tetapi orang tua kak Trias tidak setuju, karena tidak kebiasaan tinggal di perkotaan, mereka lebih memilih tinggal di desa.

Di dalam kesanku, terakhir kali aku berjumpa dengan kak Trias adalah 3 tahun lalu, tidak menyangka aku bisa bertemu dengannya lagi.

Berbanding dengan 3 tahun lalu, kak Trias menjadi semakin cantik dan dewasa, aura dia memiliki pesona yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

"Kenapa kamu pulang?" Aku menyambutnya dengan senang.

"Aku pulang untuk menikah" Kak Trias menoleh ke orang yang berada di sampingnya kemudian memperkenalkan kepadaku, "Ini adalah pacarku Hasan Priaga"

Karena hanya memperhatikan kak Trias dari tadi, aku tidak menyadari ada seorang pria yang duduk di tempat penumpang, pria itu terlihat tampan dan berusia sekitar aku.

"Salam kenal" Hasan mengulurkan tangannya.

Aku merasa kaget, kemudian aku pun sibuk bersalaman dengannya, "Salam kenal"

Kak Trias bertanya: "Gilang, kamu sedang buat apa di sini? Kamu lihat kamu sendiri, keringatmu membasahi seluruh tubuhmu"

"Aku sibuk membantu paman Rahmat memanen kuncup. Hahaha" Aku menjawab sambil menyeka keringat.

"Matahari begitu terik, kamu harus pulang istirahat dulu, memaksa bekerja di bawah matahari terik bisa membuat kamu pingsan" Sambil berkata, kak Trias memberikanku 2 botol air mineral, "Ini, minum sedikit air"

"Terima kasih kak Trias " Aku mengambil airnya. Kebetulan aku sedang merasa haus, kak Trias benar-benar datang pada waktu tepat.

"Sudah, aku pulang dulu ya. Ada waktu bermain ke rumahku" Kak Trias melambaikan tangannya kepada aku.

Aku juga melambaikan tanganku kepada kak Trias, setelah mobilnya menghilang dari tatapanku, aku baru menurunkan tanganku dengan tidak tega.

Kak Trias tetap masih begitu baik, aku merasa sangat tersentuh.

Tiba-tiba aku teringat tadi kak Trias berkata dia pulang untuk menikah, kalau begitu berdasarkan budaya desa kami, sebelum menikah kak Trias harus membuka cahaya, apakah hal itu berarti aku harus membuka cahaya kak Trias nanti?

Tetapi, aku menganggap kak Trias sebagai kakak kandungku sendiri, aku mana tega....

Jangan sembarang berpikir lagi, aku menghabiskan satu botol air mineral itu dan melihat ke matahari yang terik, sudah saatnya pulang.

Kepala desa mengumpulkan kami semua untuk merapat di aula pada jam 2 siang.

Pada saat aku tiba di sana, rata-rata semua orang sudah tiba. Kepala desa, kak Trias dan Hasan mereka duduk di bagian pembicara, sementara para penduduk desa sedang berjongkok bersama dan membicarakan bagaimana kak Trias menjadi kaya dan akan kembali ke desa untuk menikah.

"Hu, Huh..."

"Halo, halo!"

Kepala desa meniup mikrofon dan mencoba untuk bersuara sebelum berkata: "Semua orang diam dulu, rapat akan dimulai sekarang"

Seluruh penduduk pun tidak berbicara lagi dan menoleh ke arah tempat pembicara.

Sementara aku terus menatap ke kak Trias, tidak tahu mengapa aku merasa emosional di dalam hati.

"Halo, mata kamu sudah mau jatuh!" Selvi tiba-tiba muncul di sisiku dan Alvia yang hampir tidak pernah berpisah dengan dia pun mengikuti di sampingnya.

"Kamu sedang buat apa? Membuatku terkejut" Aku menarik kembali tatapanku dengan tidak senang.

"Buat apa? Semalam kamu... benar-benar terlalu kelewatan!" Selvi berkata dengan marah.

Karena tidak tahu bagaimana menjawabnya, aku pun berjalan pergi.

"Gilang sepertinya lumayan menyukai Trias " Alvia berkata.

"Bagaimana kalau dia suka? Trias sudah mau menikah dan pengantin bukan dia!" Nada suara Selvi terdengar sedikit senang.

"Tetapi orang yang membantu Trias membuka cahaya adalah dia!" Alvia berkata dengan nada suara seolah-olah seharusnya aku tidak boleh membuka cahaya kak Trias .

"Benar-benar terlalu menguntungkan dia!" Selvi berkata, " Trias begitu cantik dan kaya, tetapi harus memberikan pertama kali dia kepada orang itu, benar-benar tidak masuk akal!"

"Pertama kali kamu bukannya juga berikan kepada dia?" Alvia tertawa.

"Jangan berbicara tentang aku, bukannya kamu juga kalau kamu menikah nanti?" Selvi tidak ingin menunjukkan kelemahan.

"Hais, wanita benar-benar sangat kasihan" Alvia menghela nafas panjang.

Karena tidak ingin mendengar percakapan mereka yang tidak berguna, aku pun pergi dengan jauh.

Pada saat itu kepala desa pun bersuara, "Hari ini mengumpulkan para penduduk itu untuk mengumumkan 3 hal"

"Pertama, Trias berkarier di Jakarta selama 10 tahun, sekarang dia kembali ke desa dan dia harus memberikan kontribusi kepada desa kita dengan menyumbangkan 4 Milliar untuk memperbaiki jalan kita!"

"Bagus!" Sekelompok orang berseru sambil bertepuk tangan.

"Kedua, bulan depan tanggal 9, Trias dan pacar dia Hasan akan menikah di desa kita, semua orang diundang!"

"Bagus!" Sekelompok orang berseru lagi.

"Uhm, hal ketiga nanti baru diperbicarakan, sekarang kita persilahkan Trias untuk berbicara dulu"

Semua orang pun bertepuk tangan lagi.

Setelah suara tepuk tangan berhenti, Trias pun mulai berpidato, aku mendengar kata-katanya dengan teliti. Trias berkata sangat banyak, secara kasar dia bercerita tentang masa-masa berkarier dia di Jakarta, meskipun berada di luar kota, dia tidak pernah melupakan kampung halamannya, jadi dia pun membuat keputusan mendonasikan 4 Milliar ke desa kami sebagai sedikit kontribusi.

Trias juga berkata alasan dia memilih untuk menikah di kampung halaman adalah dia sangat mencintai kampung halamannya, sehingga semua budaya dan aturan pernikahan akan mengikuti alur desa kami.

Aku merasa sangat emosional.

Trias menikah, berdasarkan budaya desa kami, sehari sebelum menikah harus ada yang membuka cahayanya.

Sementara orang itu tentu saja adalah aku.

Hatiku terasa sangat kacau, aku tidak ingin melakukan hal seperti itu, tetapi di dalam hatiku merasakan sedikit harapan.

"Sekarang berbicara tentang hal ketiga" Suara kepala desa yang familier tiba-tiba berdering dan menarikku kembali ke realitas.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu