Penyucian Pernikahan - Bab 290 Wanita di Dalam Peti Batu

Pria memakai baju putih, rambut panjang hitam yang digulung tinggi, dijepit dengan jepitan rambut, paras wajahnya terlihat jelas.

Wajah ini, aku sangat familiar, tidak ada orang yang lebih familiar dariku terhadap wajah ini di dunia ini!

Karena, pria di dalam ukiran, adalah aku!

Wajah ini, persis denganku, bentuk wajah, alis, mata, hidung, mulut, seperti dicetak dari cetakan!

Bagaimana mungkin ini terjadi?

Kenapa disini bisa ada ukiranku?

Satu-satunya yang berbeda, pria di dalam gambaran berambut panjang!

Mayden juga sudah melihat orang di dalam gambar, juga terdiam ditempat, lalu menatapku dengan tatapan aneh.

Emosiku sangat tidak stabil, "Guru, jangan menatapku seperti ini, aku tidak tau apa-apa?"

Mayden juga tidak mengerti, atau mungkin diantara orang ada kemiripan, disini adalah ukiran dinasti Song ribuan tahun lalu, berarti ruang ini sudah disegel ribuan tahun.

Dewi Danau berkata: "Orang di dalam gambaran ini, mirip persis denganmu, bahkan postur tubuh mirip sekali, hal disini, pasti ada hubungannya denganmu."

"Ada hubungan denganku?" Dalam hatiku gugup sekali.

Dewi Danau yakin sekali, "Kamu dengan pria di dalam gambar mirip sekali, sama persis, tentunya kamu tidak perlu khawatir, kita akan mencari jawabannya."

Aku dan Mayden berjalan ke ujung goa, Mayden menyadari semua akar pohon disini sudah mati, terkejut sekali sampai tidak bisa berkata.

"Apakah Hasan yang melakukannya?" Mayden menghakimi dengan cepat lagi, "Tidak mungkin, Hasan bukan guru, kecuali dia menyembunyikan sangat dalam, kecuali bahkan aku juga tidak bisa melihatnya."

"Lagipula, akar dari pohon yang tumbang penuh dengan aura negatif, kecuali dibakar dengan api, menggunakan Taoisme menghilangkan aura negatif ini, tingkat kesulitannya tinggi sekali."

"Jangan-jangan, berhubungan dengan peti batu ini?"

Mayden dengan cepat berjalan ke depan rumah batu, memeriksa dengan seksama, ekspresinya semakin serius, "Peti batu sebesar ini, pasti disembunyikan didalam akar pohon yang tumbang ini, setelah akar pohonnya mati, peti batu baru muncul."

"Jimat mantra taoisme menekan, di dalam peti mati ini...........sebenarnya ada apa?"

Aku berkata: "Tidak peduli didalamnya ada apa, buka saja dan lihat bukan?"

Mayden bergumam: "Pola di atas peti mati ini, adalah sebuah segel misterius, aku sama sekali tidak mengerti, rumit sekali, dengan taoismeku, takutnya tidak bisa membukanya."

Mayden tidak bisa membukanya?

Tidak peduli bagaimanapun, aku harus mencobanya.

Mayden mengeluarkan beberapa lembar jimat dari dalam tasnya, berbeda dengan jimat tadi, bukan jimat berwarna kuning, melainkan berwarna ungu.

Mayden menempel jimat tersebut di kepala rumah bati, lalu berkata kepadaku: "Bawa masuk sebuah tangga."

Rumah batu setinggi 3 meter, berdiri di bawah tanah tidak cukup melihat penutup batu di atas.

Tangga yang kemarin dibawa kemari, masih tersisa beberapa.

Aku keluar mengangkat sebuah tangga masuk, lalu menempatkan tangga diatas rumah batu, Mayden pun memanjat naik.

Rumah batu itu setinggi 3 meter lebih, Mayden berdiri di atas tangga, menggunakan pisau belati menyayat jarinya, meneteskan darah segar di atas atap rumah batu, menggambar sembilan garis pola berwarna darah.

Lalu, Mayden melafalkan bahasa misterius, seperti biksu yang membaca sutra di dalam vihara, setelah beberapa saat, kedua tangan Mayden mendorong penutupnya dengan kuat.

Penutup batunya tidak bergerak sedikitpun.

Mayden mencoba beberapa kali lagi, penutup batu tidak bergerak sedikitpun, sama sekali tidak bisa terbuka.

Mayden kecewa sekali, "Kejadian disini rumit sekali, tampaknya, aku harus mempersilahkan guruku untuk turun tangan."

Aku sedikit kecewa, ingin tau sebenarnya apa yang ada di dalam peti batu itu, sudah langkah terakhir, malah tidak bisa membuka peti batu.

Dewi Danau tiba-tiba berkata: "Cara yang Mayden gunakan membuka segel adalah metode universal, menggunakan darah dan mantar membuka segel, adalah cara yang sering digunakan banyak sekali guru."

"Darahmu kuat sekali, berbeda dari yang lain, darahmu 90% bisa membuka segel."

Darahku?

Aku berkata: "Maksudmu, menyuruh Mayden menggunakan darahku, maka akan bisa membuka segel?"

"Ehn." Dewi Danau berkata: "Darahmu ditambah taoisme Mayden, asalkan tenaga Mayden cukup kuat, maka akan bisa membuka segel."

Aku sedikit ragu, berkata: "Bukankah kamu bilang taku ketahuan?"

Dewi Danau sedikit terdiam, "Aku takut keberadaanku ketahuan, takut Mayden tau aku ada di dalam tubuhmu!"

"Asalkan aku menggunakan aura, menggunakan kekuatan kuat lainnya, Mayden pasti akan menyadari keanehan, karena duniamu masih belum sampai pelatihan menggunakan aura."

"Sungguh bodoh!"

Aku juga terdiam, oleh karena itu, aku menarik Mayden, berkata: "Tunggu, aku ada cara untuk membuka segel."

"Oh?" Mayden memutar kepalanya, dengan tatapan aneh, "Kamu?"

"Ehn." Aku sangat yakin berkata: "Gunakan darahku, ditambah dengan kekuatanmu, pasti bisa."

Mayden menatapku, sama sekali tidak percaya denganku, "Apakah kamu mengira darahmu adalah darah langka? Darahku yang dilatih dari kecil saja tidak bisa, lupakan saja."

Aku berkata dengan penuh percaya diri: "Bagaimana kamu tau kalau tidak mencoba? Siapatau darahku bisa?"

Mayden melihat aku yang serius, berpikir sejenak, lalu setuju.

Mayden mengeluarkan sebuah botol keramik kecil dari dalam tas, membuka penutupnya, menggunakan belati menyayat jari tengah tangan kiriku, setetes demi setetes darah mengalir masuk ke dalam botol.

Setelah beberapa saat, Mayden berkata: "Sudah bisa."

Aku menggunakan tangan menekan luka, Mayden naik ke atas, mulai menggunakan darahku menggambar sembilan garis pola berwarna darah diatas peti batu.

Mayden pun mulai melafalkan mantra, tiba-tiba, sembilan garis pola berwarna darah memancarkan cahaya darah dengan pudar, Mayden masih belum mendorong tutupnya, penutup batu sudah bergerak perlahan!

Benar-benar berguna, wajah Mayden semangat sekali.

Cepat sekali, Mayden selesai melafalkan mantra, kedua tangannya mendorong kedua ujung penutup batu dengan cepat!

Suara gesekan batu terdengar, sangat memekik telinga, penutup batu pun meluncur cepat ke tepi belakang.

Selanjutnya, sinar darah berwarna-warni terpancar keluar dari dalam rumah batu, dalam sekejap dalam kegelapan, ruangan di atas rumah batu penuh dengan warna seperti mimpi.

Pasti harta karun!

Aku melompat dengan cepat, tubuhku melompat setinggi 2 meter lebih, kedua tangan menahan pinggiran peti mati.

Kedua lenganku terus menempel pada pinggiran, mengulurkan kepalaku, melihat kebawah sana.

Saat melihat yang ada di bawah sana, aku terkejut!

Di dalam peti mati.......ada seorang wanita berbaring!

Wanita memakai baju putih, rok putih, sepatu putih, dipinggangnya juga ada tali pinggang putih, sedikitpun tak ternoda.

Kedua mata wanita ini tertutup, paras wajahnya cantik, kulitnya putih bersih, sempurna sekali, mata, alis, hidung, mulut, seperti wanita di dalam gambaran, bagaikan dewi dari langit.

Sedangkan wanita ini, sungguh wanita yang di dalam ukiran tadi, wanita yang duduk di sampingku!

Ya tuhan, sebenarnya ada apa ini?

Rambut hitam panjang tersisir rapi, terurai di atas pundak dan dada, di antara dada wanita ini, terletak sebuah mutiara sebesar kenari.

Sinar berwarna-warni itu datang dari mutiara tersebut!

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu