Penyucian Pernikahan - Bab 38 Dalam Pikiran

Wajah Dewi Danau berangsur-angsur menjadi jelas, alisnya jernih dan indah, seperti sungai yang tenang dan ombak yang cerah, sosoknya langsing dan berperut rata, seluruh tubuh sepertinya terdapat aura seorang dewi.

Tunggu sampai dia berdiri di depanku, sepertinya aku bisa mencium wangi tubuh Dewi Danau. Dicampur dengan aroma beberapa tumbuhan, bau yang sangat enak, ini menyegarkan.

"Gilang, aku bertanya kepada kamu, apakah aku cantik? Dibandingkan dengan Selvi, Alvia, mana yang lebih baik?” Dewi Danau bertanya ketika dia berdiri di depanku. Wajahnya yang yang dingin seperti es sudah mendekat, dengan sorotan matanya dan hembusan nafasnya.

Aku melihat dewi membuka bibir tipisnya, mulut yang seperti ceri terbuka sedikit, membuat semua jiwa pasti terpikat.

"Tentu saja kamu cantik, mereka semua cuma debu, mana bisa dibandingkan dengan kamu? "

Dewi Danau adalah dewi, dewi yang bersinar seperti batu mulia, bagaimana bisa dibandingkan dengan orang biasa?

“Hehe.” Suara Dewi Danau jelas dan indah seperti melodi pada loceng.

"Gilang, lihat apa yang hilang di saku kamu? " Aku menyentuh sakuku, kosong, melihat Dewi Danau lagi, yang dia ambil adalah uang 1000 rupiah di sakuku.

“Luar biasa!” Aku tidak bisa menahan nafas dari lubuk hatiku. Apa yang Dewi Danau telah curi adalah barang-barang pribadiku, tapi aku tidak merasakannya sama sekali, teknik mencuri ini sangat luar biasa.

"Selama kamu rajin belajar, bahkan sebatang pulpen bisa membuatmu bertahan seumur hidup.” Dewi Danau selesai berkata. Dengan lembut menjentikkan jari di lengan bajunya yang lebar dan tipis, berdiri berjinjit dan mundur dengan ringan, gerakannya begitu anggun dan elegan.

"Aku berdiri di sini tanpa bergerak, kamu mencoba untuk datang dan memukulku, lihat apakah kamu bisa memukulku. Dewi Danau berdiri di atas tangga batu, lengan baju berkibar karena angin, baju di sepanjang pinggang bergerak mengikuti angin.

Apakah ada cara untuk melakukan pelatihan seperti ini? Aku berpikir, meskipun metode ini belum pernah terdengar sebelumnya, tapi karena itu kata-kata dari Dewi Danau, aku hanya bisa merasa ini benar untuk kuikuti. Aku menarik nafas dalam-dalam, melihat ke arah Dewi Danau, mengangkat tinjuku, dengan tenaga maju dan menyerang kesana. --"Sett" Aku melihat Dewi Danau memiringkan pinggangnya dengan sangat cepat. Menghindari seranganku, kepalanku hanya berhenti di udara, karena terlalu banyak tenaga, lenganku hampir mati rasa.

"Terlalu lambat, sini, lagi. " Rambut Dewi Danau terurai jatuh, alisnya naik, sepasang mata yang indah tampak. Aku meninju lagi, kepalanku hanya melayang di udara lagi. Lagi dan lagi, bolak-balik, aku kira itu sudah setengah jam, aku menghabiskan semua kekuatanku, lenganku jatuh dengan lemah di samping tubuh.

"Melatih kecepatan seperti ini, tidak ada cukup waktu” Dewi Danau mengerutkan kening dan menatapku. Mata hitamnya memancarkan tatapan tak beradya, berkata: "Ada satu jalan, dengarkan, pria jika menghadapi tubuh wanita akan meledakkan potensi yang besar "

“Saat laki-laki menghadapi tubuh perempuan, akan meledakkan potensi besar?” Aku mengulanginya lagi.

Pernyataan macam apa ini? Aku diam-diam mengeluh. Tiba-tiba semburan asap putih membubung, aku kehilangan penglihatanku, tunggu sampai aku melihat Dewi Danau, rahangku hampir jatuh ke tanah karena terkejut.

Tubuh bagian atas Dewi Danau hanya dibalut bra berwarna biru muda, dia memang sudah cantiknya ngawur, pada saat ini, kulit sebening kristal itu seperti butiran salju, seperti putih telur yang baru dimasak, sangat empuk namun bersinar, seluruh tubuh memancarkan aura dingin dan bersinar, membuatku semakin tidak bisa melepaskan pandangan mataku.

Aku melihat wajah Dewi Danau yang lembut, matanya seperti bintang, rambut hitam itu jatuh seperti air terjun, tersebar di bahu.

Aku tidak bisa tidak melihatnya, kulit putih dan mulus memiliki warna merah muda yang samar, sosoknya anggun, seperti malaikat yang benar-benar datang dari langit, sangat suci.

"Gilang, lihat aku. Kamu coba lepas bh-ku.” Kata Dewi Danau.

Tiba-tiba sebuah kalimat muncul di benakku: "Termotivasi dengan tarikan yang kuat ".

Mungkin ini situasinya. Melihat tubuh mulus Dewi Danau, tubuh yang awal sudah lemas tiba-tiba penuh dengan kekuatan, aku merasa tidak hanya anggota tubuhku yang penuh kekuatan, pikiranku juga menjadi lebih sadar.

Aku menatap dada gunung Dewi Danau, hanya ada satu pikiran dalam pikiranku: Sobek bra, melihat surga!

“Aku datang!” Aku datang dan akan menarik bra Dewi Danau. Tapi, tubuh Dewi Danau bergerak sedikit, aku menarik angin. Datang lagi! Aku kembali meraih dada Dewi Danau... Mencoba menangkap banyak kali berturut-turut, aku kehabisan nafas. Tapi, aku seperti mesin uap, meski berkeringat, masih penuh energi.

Metode Dewi Danau benar-benar berhasil, untuk melepas pakaian wanita, pria akan memaksimalkan potensinya. —— "Bret" Setelah sejumlah kegagalan yang tidak terhitung, kecepatanku tiba-tiba menjadi secepat kilat, memutar tangan, aku hanya merasakan antusiasme di bawah telapak tanganku - tanpa diduga menyambar dada Dewi Danau. Lalu mengangkat kepala dan menatap wajah Dewi Danau.

Pipi merah mudanya merona. “Boom!” Terdengar suara keras, dengan suara derit tulangku, wajahku panas. Rasa tamparan Dewi Danau benar-benar tak terlupakan saat ini, seperti ditusuk jarum yang tak ada habisnya.

“Kenapa memukulku?” Tanyaku penuh arti.

"Huh! Gilang, kamu lulus pelatihan ini.” Dewi Danau menyibakkan rambut hitam yang tersebar di pundaknya. Bra biru tergantung, lalu dia berkata: "Ini adalah 1000 rupiahmu, aku memasukkannya ke dalam lengan bajuku. Coba pikir bagaimana cara kamu mengambilnya? "

“Hei!” Aku menatap lengan Dewi Danau. Cobalah untuk berkonsentrasi melihat gerakan Dewi Danau. Sosoknya bergerak, kuamati dengan seksama, aku memutuskan untuk menyelinap ke kiri.

“Ha! Hey!” Aku mengulurkan tangan kananku dan ingin menyambar ke kiri. Hembusan angin bertiup, lengan terasa dingin, hasilnya hanya memegang segelintir udara, tidak mendapat apapun. Aku tidak yakin, datang lagi! Sosok Dewi Danau yang anggun dan cantik, dan tubuh selalu mengeluarkan nafas dingin, dan aromanya seperti es.

"Haha!” Ujung-ujungnya, aku bahkan tidak menyentuh lengan Dewi Danau. Mengambil napas, aku melihat lengan Dewi Danau yang berkibar dengan napas tertahan, aku berkata pada diriku sendiri ini kesempatan terakhir, tidak boleh ada lagi kesalahan.

"Huh!" Aku memiliki ide, tanganku harus menangkap lengan Dewi Danau di udara, menjaga keadaan mata dan kepala tetap tegak, perhatikan seluruh gerakan yang ada! Waktu yang tepat! Dengan kecepatan mata dan tangan aku menangkapnya. Kesempatan yang langka, tidak boleh ada yang terlewatkan.

"Ahhh!” Aku berteriak dengan keras, karena tanganku menuju ke tempat yang salah lagi, tanganku kembali menangkap dada Dewi Danau... Seperti yang diduga, Dewi Danau menamparku lagi. Tubuhku terbang ke udara seperti layang-layang... Kemudian menabrak tanah seperti mayat. Saat mendarat, aku membuka mataku tiba-tiba, menemukan bahwa aku masih terbaring di tempat tidur. Tapi, wajahku terasa sakit, ini seperti ditampar dua kali barusan. Tidak terduga, ternyata sama seperti kenyataannya.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu