Penyucian Pernikahan - Bab 126 Ditangkap

Aku ingin memeriksa jenazahnya, pasti bisa menemukan penyebab kematian kepala desa tua, tapi kepala desa dan penduduk desa berusaha menghalangi, tidak membiarkanku memegang jenazah kepala desa tua.

Beberapa menit kemudian, dua mobil polisi menderu dari kejauhan, berhenti di depan pintu rumah kepala desa.

Dua orang turun dari mobil polisi, yaitu Kapten Kov dan Vanya.

Kepala desa bergegas ke sini, wajah penuh kesedihan, menangis hebat “Kapten Kov, kamu harus menegakkan keadilan untukku, ayahku mati tragis.”

Istri Kapten Kov juga bergegas kemari, terus mengatakan aku yang telah mencelakai ayah mertuanya hingga meninggal, ingin Kapten Kov menangkapku, lalu menembakku.

Ini pasti ada rencana buruk, rencana untuk membunuhku, dulu, tidak peduli bagaimana kepala desa, Komisioner Syafarudin dan Gusnur menghadapiku, tapi tidak ada orang yang meninggal.

Tapi kali ini berbeda, kepala desa tua sudah meninggal!

Kepala desa tua sangat baik padaku, masalah ini harus aku selidiki sampai jelas, pasti harus balas dendam untuk kepala desa tua!

Siapa yang telah membunuh kepala desa tua, tidak peduli siapa orang itu, aku akan membunuhnya!

Aku muncul niat membunuh, ini juga pertama kalinya aku muncul niat membunuh, dulu, aku tidak berani membunuh orang, bagiku membunuh orang adalah hal yang sangat menakutkan, tapi kali ini berbeda.

Aku tidak bisa membiarkan kepala desa tua mati sia-sia, apalagi mati karena diriku.

Dua polisi membuat semuanya jadi tenang, mulai menyelidiki apa yang telah terjadi, pada pertemuan kemarin, kepala desa tua dibuat marah, aku pergi mengambilkan obat tradisional, direbus agar kepala desa tua meminumnya.

Seluruh keluarga kepala desa bisa bersaksi, sejak kejadian yang terjadi kemarin sampai pagi ini, kepala desa tua tidak makan apa pun.

Satu-satunya hanya minum obat yang aku resepkan.

Obat untuk tiga hari, totalnya ada tiga bungkus, masih ada satu bungkus yang belum digodok dan tersimpan di rumah.

Kematian kepala desa tua, aku adalah tersangka utamanya.

“Kenapa kepala desa tua bisa marah sampai sakit?” Kapten Kov interogasi secara detail, Vanya sedang merekam gambar dengan kamera badan polisi.

Para penduduk desa menjelaskan, kemarin menggelar rapat desa, masalah pemilihan Pencuci, konflik antara aku dan kepala desa serta Komisioner Syafarudin, semua itu disampaikan.

Kapten Kov mendengarnya, raut wajah menjadi agak berat dan tidak bertanya banyak lagi.

Kapten Kov dan Vanya memeriksa jejak di tempat kejadian, tidak ada hal aneh lainnya, memeriksa jenazah kepala desa tua, Vanya mengambil foto dengan kamera, tidak melepaskan sudut mana pun.

Raut wajah kepala desa tua putih abu-abu, orang normal, setelah meninggal tidak lama wajah berwarna putih bersih, memang ada tanda-tanda keracunan.

Kapten Kov berkata “Kami akan membawa jenazah ke kabupaten untuk diperiksa oleh dokter forensik.”

“Kepala desa, para penduduk desa, kalian tenang saja, masalah ini, kami pihak kepolisian akan menyelidikinya hingga jelas dan menghukum narapidana!”

“Gilang.” Kapten Kov melihatku “Sekarang kamu adalah tersangka, harus ikut kami pegi.”

“Sekarang kamu berhak untuk tetap diam, semua yang kamu katakan akan menjadi bukti di pengadilan.”

Aku menjadi tersangka dan ditangkap, aku mengerti, sebelum adanya bukti dan sebelum menyelidiki semua ini dengan jelas, paling lama juga hanya ditahan 24 jam.

Penduduk desa membantu membawa jenazah kepala desa tua ke dalam mobil, sebungkus obat itu juga dibawa pergi, klinikku juga ditutup, nanti masih ada penyelidikan.

Kapten Kov yang membawa jenazah, aku diborgol dan dibawa oleh Vanya dengan mobil lain.

Diborgol oleh orang, hatiku terasa tidak nyaman sekali.

Dalam perjalanan, Vanya dengan dingin mengatakan “Gilang, akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi di desa kalian, setiap kali pasti ada hubungannya denganmu.”

“Kematian Ahmad, kematian Rizki, terakhir kali kamu memukul Anton, kali ini kematian kepala desa tua, Gilang, kali ini kamu tidak akan bisa lolos lagi!”

Aku melirik Vanya sejenak “Apakah menurutmu aku yang membunuhnya?”

Vanya berkata “Kamu bahkan berani memukul putra orang terkaya di kota, apalagi yang tidak berani kamu lakukan?”

“Gilang, kali ini kamu jatuh ke dalam tanganku, aku akan selidiki secara tegas, jika kamu membunuh orang, pasti akan dibawa ke pengadilan.”

Situasi saat ini sangat tidak menguntungkanku, tapi aku melakukan sesuatu yang membelakangi hati nurani, sedikit pun tidak merasa takut.

Keterampilan mengemudi Vanya sangat biasa saja, Kapten Kov telah menyalip ke depan, tidak lama kemudian, Kapten Kov menelepon Vanya, menyuruh Vanya membawaku ke kabupaten.

Vanya berkata “Kenapa harus dibawa ke kabupaten? Kasus kali ini milik kita, Kapten Kov apakah kamu ingin menyerahkan Gilang ke kabupaten?”

Aku bisa mendengar suara Kapten Kov, berkata “Vanya, kamu masih terlalu muda, kasus semacam ini, kita harus mempercayakannya pada otopsi forensik kabupaten, langsung serahkan ke kabupaten yang mengurusnya, semakin sedikit masalah semakin baik.”

“Kenapa berkata seperti ini?” Vanya sangat tidak puas “Kasus ini tidak sulit untuk diselidiki, kemungkinan besar Gilang yang melakukannya, kita bisa menyelidiki kebenarannya, kamu malah menolaknya.”

Aku yang melakukannya? Gadis ini selalu mengira aku yang melakukannya, apakah wajahku seperti seorang pembunuh?

Kapten Kov berkata “Apakah kamu tidak tahu Gilang bocah itu berhubungan baik dengan keluarga walikota? Apalagi masalah ini melibatkan kepala desa, Komisioner Syafarudin, tahukah kamu di belakang Komisioner Syafarudin adalah orang dari Keluarga Romlah .”

“Apakah kamu mengira kematian kepala desa tua sesederhana itu, pada saat menyelidiki kasus ini, kita akan serba salah, tidak boleh menyinggung yang sebelah ini, tidak boleh menyinggung yang sebelah sana.”

“Jadi, lebih baik melemparnya ke orang lain saja, tidak peduli terjadi masalah apa pun, tidak ada hubungannya dengan kita, sebaliknya kita malah bisa bersantai.”

Apakah Kapten Kov mengira aku memiliki hubungan dekat dengan keluarga walikota, jadi baru menyerah terhadap kasus ini? Aku pikir tidak sesederhana itu.

Vanya sangat tidak puas “Kapten Kov, kita adalah polisi, kita harus menjunjung tinggi keadilan dan menegakkan keadilan, apakah kita harus takut dengan mereka yang berkuasa itu!”

Kapten Kov berkata “Apa yang kamu katakan benar, polisi harus menegakkan keadilan bagi rakyat jelata, tapi kita kekurangan orang, peralatan juga buruk, yang paling penting adalah polisi juga manusia, butuh makan dan hidup.”

“Ada sebagian hal, kita juga tidak memiliki kekuatan sebesar itu untuk melakukannya, selain itu masih akan mendatangkan banyak masalah.”

Vanya berkata dengan suara keras “Kapten Kov, aku tidak takut masalah, tanggung jawab kita adalah menegakkan keadilan bagi almarhum, memberikan kejelasan bagi almarhum, Kapten Kov, kali ini, aku ingin menyelidiki kasus ini, mohon Kapten Kov memberiku satu kesempatan saja!”

Vanya baru lulus dari akademi kepolisian belum lama ini, datang bekerja di kantor polisi kota kami, masih belum terlalu mengerti metode dan prinsip hubungan antarmanusia, anak muda tidak banyak kekhawatiran dan lebih berani melakukan segalanya, namun, semangat Vanya mencari keadilan bagi orang yang sudah mati, aku sangat menyukainya.

Aku merasa Vanya sama denganku, pengalaman masih terlalu sedikit, jika bertemu banyak masalah, dia tidak terlalu banyak pikir.

Polisi harus menegakkan keadilan, tapi harus perhatikan caranya, polisi di kabupaten jumlahnya lebih banyak, berpengalaman, juga tidak perlu khawatir dengan berbagai hubungan rumit antara desa dan kota, bisa langsung menyelesaikan kasusu ini, tidak perlu menjaga perasaan siapa pun.

Kapten Kov sangat tidak berdaya, berkata “Di desa kita jarang terjadi kasus pembunuhan, kematian Ahmad dan kematian Rizki, semua itu masih belum berhasil diselidiki, sekarang kepala desa tua juga meninggal, semua terjadi di Desa Nagoya.”

“Dua kasus sebelumnya masih belum terpecahkan, apakah kamu tahu seberapa besar tekanan yang diberikan atasan pada inspektur polisi Jika masalah ini tidak bisa diurus dengan baik, posisi inspektur polisi juga sulit dipertahankan lagi.”

“Tadi aku sudah melaporkan masalah ini pada inspektur polisi, inspektur polisi yang menelepon, menyuruhku langsung mengalihkan kasus ini ke kabupaten.”

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu