Penyucian Pernikahan - Bab 82 Kematian Rizki Syafarudin

Jika Sarwendah kembali malam ini dan Rizki mengetahui bahwa Sarwendah sudah tidak perawan, dia pasti akan sangat marah, dan akan bertanya dengan paksa kepada Sarwendah mengenai siapa yang mengambil keperawanannya.

Jika Sarwendah mengaku aku pelakunya, maka aku akan benar-benar menyinggung perasaan Rizki, dan tiga juta rupiahku juga akan hilang.

Aku tidak takut menyinggung perasaan Rizki. Sarwendah juga tidak akan berani memberi tahu Rizki tentang skandal semacam ini. Masalah terburuknya adalah jika berkata aku meniduri dia malam ini.

Aku merasa sangat tidak rela dengan uangku.

Aku tiba-tiba teringat iklan yang kulihat di tiang kota, memperbaiki membran, operasi kecil, empat ratus ribu rupiah.

Aku sangat memuji kecerdasanku.

Aku duduk di sebelah Sarwendah dan berkata, "Kak Sarwendah, aku minta maaf, yang terjadi terakhir kali adalah ketidaksengajaan.”

"Jangan mengungkit masalah itu." Sarwendah memelototiku, "Jangan menyebutkan masalah ini kepada siapa pun, termasuk aku!"

"Baik, baik." Aku berkata: "Aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Kamu khawatir akan kembali malam ini dan tidak bisa menghadapi Rizki kan?"

Sarwendah sedikit terkejut, "Bagaimana kamu tahu?"

Aku berkata, "Aku melihatmu mengerutkan kening. Kamu pasti memiliki sesuatu di pikiranmu, dengan mudah aku bisa menebaknya."

"Sebenarnya, hal semacam ini sangat sederhana, aku punya cara untuk membantumu menyelesaikannya."

Mata Sarwendah berbinar, "Caranya bagaimana?"

Aku memutar ibu jari dan jari telunjuk tangan kananku, dan berkata sambil tersenyum: "Kak Sarwendah, kamu menikah hari ini. Pada hari kegembiraanmu ini, berikan aku amplop merah, dan aku akan memberitahumu caranya."

Sarwendah berkata: "Aku tidak membawa uang sekarang. Katakan, apa caranya, dan aku akan memberimu uang besok."

Aku bisa membaca pikiran Sarwendah, dia memiliki dua amplop merah, empat ratus ribu rupiah.

Dengan tak berdaya aku berkata: "Kak Sarwendah, salahmu jika kamu seperti ini, harganya hanya 1, empat ratus ribu rupiah, kamu katakan padaku, aku pasti akan menyelesaikan masalah ini untukmu."

"Jika kamu tidak memberikannya kepadaku, maka tidak ada cara lain lagi. Malam ini di kamar pengantinmu, jika Rizki menemukan bahwa kamu sudah tidak perawan, aku penasaran apa yang akan kamu lakukan."

Sarwendah tiba-tiba menjadi cemas, "Kamu menagih begitu banyak uang kepada suamiku, dan kamu masih meminta uang dariku, apakah kamu benar-benar tidak tahu malu."

Aku tertawa dan berkata, "Jika manusia tidak punya malu, segala hal dapat dilakukannya, Kak Sarwendah, kamu jadi mau memberikannya atau tidak?"

Aku mengulurkan tanganku, dengan tergesa-gesa meminta uang.

Sarwendah tidak punya cara lain untuk menghadapiku. Pertama dia memberiku dua ratus ribu. Aku tidak setuju, jadi terpaksa dia memberiku semuanya empat ratus ribu.

Sangat mudah untuk menghasilkan uang ini.

Kemudian, aku memberi tahu Sarwendah tentang ideku.

Setelah Sarwendah mendengar ini, matanya bersinar, dan kemudian dia tampak aneh, "Apakah itu benar-benar mungkin? Gilang, apakah kamu membohongiku?"

Aku mengatakannya sambil berjanji: "Itu pasti benar. Aku sudah melihat iklan semacam ini sejak aku masih kecil, aku sudah melihatnya di berita, dan benar-benar bisa memperbaikinya. Dengan cara ini, bukankah kamu sudah bisa mengelabuinya?"

Sarwendah mengangguk, masih mengerutkan kening, "Lalu apa yang harus aku lakukan malam ini?"

Aku berpikir sejenak, "Malam ini, kamu buat Rizki mabuk, dan besok kamu pergi ke rumah sakit untuk operasi, bukankah semuanya sudah beres?"

Sarwendah berkata: "Rizki tidak mudah mabuk. Dia selalu menginginkanku dan dia pasti tidak akan membiarkanku pergi malam ini."

"Lagipula, itu ... tapi ini adalah sebuah operasi, bisakah sembuh dalam satu atau dua hari?"

Sarwendah tidak bodoh, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pulih, aku juga tidak tahu.

Aku berkata, "Ini tidak mudah, kamu adalah wanita, kamu bisa melakukan segala hal untuk memenuhi keinginanmu. Jika kamu tidak ingin melakukan itu, jangan sampai membiarkan dia menyentuhmu."

"Selain itu, dalam melakukan hal semacam itu, asalkan sudah melihat darahnya maka sudah beres. Lapisan membrane setipis itu juga akan sembuh dalam dua hari."

Sarwendah mengangguk, dan mempercayai aku sepenuhnya.

Setelah sepuluh menit, Sarwendah pergi.

Aku memeluk uang tunai dua juta rupiah lebih dan tidur dengan nyenyak.

Keesokan paginya, aku tidur dalam keadaan setengah sadar, lalu ada ketukan dari luar pintu. Aku memakai pakaianku dan membuka pintu halaman.

Tiba-tiba, dua sosok berbadan tinggi bergegas masuk, langsung menahanku, mencoba membawa aku pergi.

Aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.

Ternyata itu adalah Gusron dan Mahmud.

"Ada apa dengan kalian berdua?" Aku melepaskan tangan mereka dan berteriak, "Untuk apa kamu menangkapku?"

Keduanya marah, dan Gusron berkata dengan kejam: "Rizki sudah mati. Kamu pasti gagal dalam melakukan pencucian dan membunuh seseorang lagi."

"Ikuti kami!"

Aku benar-benar kebingungan, dan tiba-tiba aku kehilangan rasa ingin tidur, dan mataku sudah tidak mengantuk sama sekali, Rizki sudah mati?

Bagaimana Rizki bisa mati? Apakah desa kita benar-benar desa terkutuk, jika tidak melakukan pencucian maka akan mati?

Tapi Sarwendah sudah lama menjalin hubungan denganku, bukankah itu berarti sudah melakukan berhubungan ?

Hatiku terasa menggigil.

Rizki masih berhutang ratusan ribu rupiah padaku. Dia adalah investorku, kenapa sudah mati?

Dengan segera, aku dimasukkan ke dalam mobil Van Mahmud Pota, yang membawaku ke depan pintu rumah Rizki.

“Turun!” Pintu terbuka dan Gusron mendorongku.

Setelah keluar dari mobil, Gusron dan Mahmud memelintir tanganku ke belakang seperti tahanan, mendorongku ke rumah Rizki.

Kepala Desa yang meminta penduduk desa untuk membawaku ke sini, Gusron dan Mahmud melakukannya secara sukarela, tampaknya ini adalah balas dendam.

Rumah Rizki sudah penuh dengan orang, di tengah ruang tamu ada mayat yang ditutupi kain putih, ibu Rizki menangis dan ayahnya tampak sangat marah.

Sarwendah dalam keadaan setengah sadar, dia tampak putus asa.

Kepala Desa dan istrinya menangis, menantu yang berharga mereka sudah meninggal dan merasa sangat sedih. Mereka juga masih harus menghibur ayah Rizki, Rosiki Syarifudin .

"Kepala Desa, bocah ini, Gilang sudah di sini!"

Mahmud dan Gusron mendorongku ke ruang tamu lalu baru melepaskan tanganku. Semua mata tertuju padaku.

Rosiki melihatku, dengan geram menunjuk ke arahku, "Gilang, beri tahu aku, mengapa anakku bisa mengalami hal ini!"

Aku merasa tidak bersalah, "Komisioner Rosiki, Anda sedang berduka, masalah yang menimpa putramu ini, apakah ada hubungannya dengan aku?"

“Masih berani berkata tidak ada hubungannya?” Rosiki mengertakkan gigi, “Katakan padaku, apakah kamu sudah melakukan berhubungan kemarin malam?”

"Ahmad baru saja meninggal, dan sekarang anakku yang meninggal, pasti ada hubungannya denganmu!"

Kepala Desa juga datang dan memelototi aku, "Gilang, setelah makan siang kemarin, aku sudah memberitahumu secara khusus, sekarang beritahu aku, apa yang sudah kamu lakukan kemarin malam?"

Aku sangat tertekan. Pencuci di desa kami sebelumnya tidak pernah mengalami semua ini. Mengapa giliranku, ketika mereka berdua datang kepadaku dan keduanya mengalami musibah?

Mengapa Komisioner Rosiki dan Kepala Desa bertanya kepadaku tentang apa yang terjadi tadi malam, dan mereka curiga bahwa masalah mengenai aku tidak melakukan hubungan intim yang membunuh Rizki.

Apakah mereka tidak bertanya kepada Sarwendah?

Mengapa semuanya disalahkan kepadaku seorang diri.

Aku menatap mata Sarwendah, pandangannya kosong, seperti tidak ada apapun dalam pikirannya, sepertinya dia benar-benar ketakutan.

“Bicaralah, kenapa malah melamun.” Kepala Desa bertanya dengan cemas, “Apakah kamu melakukan berhubungan tadi malam?”

Sarwendah sudah gila, sekarang banyak mata menatapku dan aku harus menjawabnya.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu