Penyucian Pernikahan - Bab 23 Makan Malam Yang Mewah

Pada sore hari, aku sedang memasukkan jagung yang sudah dipetik ke dalam kendaraan roda tiga, mobil Rizki melaju dari dalam desa, dan berhenti di depanku.

Terlihat Rizki dan Sarwendah yang sedang duduk di dalam mobil.

Rizki melambaikan tangan kepadaku, mengisyaratkan aku untuk ke sana.

Sementara Sarwendah menatap benci kepadaku, lalu memalingkan muka, sepertinya tidak ingin melihatku.

Mengingat kembali adegan kami berdua di dalam mobil tadi malam, aku juga merasa sedikit canggung.

“Ada masalah apa?” Aku bertanya kepada Rizki.

Rizki menatap ke arah Selvi yang berjarak tidak jauh, dan bertanya padaku dengan suara rendah, “Kemarin malam dia bersembunyi di mana?”

“Selesai makan pun dia pulang.” Aku menjawab.

“Sialan!” Rizki mengumpat marah, lalu dia menjulurkan tangannya keluar jendela, dan menggosokkan kelima jarinya kepadaku. Aku tidak paham, dan menanyakan maksudnya.

“Kembalikan dua juta itu padaku!” Rizki berkata dengan jengkel.

“Bukankah kamu sudah berikan aku?” Aku bertanya.

“Tetapi kamu sialan ini apakah sudah menemukan orangnya?” Rizki berteriak.

“Sudah kutemukan, juga sudah dibawa ke rumahmu. Tetapi rumahmu dikunci, maka aku bawa dia pulang.” Aku berbohong.

“Sialan!” Rizki mengumpat lagi.

Pada saat ini, aku mendengarkan suara aneh dari dalam bagasi mobil, aku pun kaget, jangan-jangan mereka menculik orang? Rizki berkata dengan jengkel, “Tidak usah lihat, itu anjing hitam itu!”

Anjing hitam besar dari rumah Sanny.

“Kakak Ipar Tya menjual anjing kepada kamu? Kamu tidak membunuhnya, membawa dia pulang dengan hidup, kamu ini berencana untuk menjadikan dia sebagai pengawalmu?” Aku berkata mengusik.

“Heh, akan aku kebiri dia terlebih dahulu, lalu satu hari satu sayatan, aku akan membuatnya ingin mati daripada hidup!” Mata Rizki memancarkan keganasan, dan dia menyalakan mobil dengan gusar. Mobil langsung melesat pergi, menerbangkan debu dan pasir di jalan.

“Congkak!” Selvi berjalan kemari, dia memelototi mobil yang melaju pergi itu, dan bertanya, “Dua juta yang tadi dia katakan, apa maksudnya?”

“Tidak apa-apa.” Aku lanjut menggotong jagung yang sudah dikemas ke atas kendaraan.

“Apakah dia memberimu dua juta, menyuruhmu mencari aku, lalu antarkan ke depannya?” Selvi pintar sekali, seketika sudah menebaknya.

“Iya, tetapi aku tidak akan berbuat begitu.” Aku berkata, tetapi dalam hati aku berpikir, daripada mengirimkanmu kepada Rizki, lebih baik untukku nikmati sendiri.

“Masih ada hati nurani juga kamu.” Wajah Selvi akhirnya merenggang, dan dia berkata tersenyum, “Jodohmu datang, Alvia mengajakmu bertemu nanti malam jam sembilan di bawah pohon banyan besar.”

Pohon banyan besar ada di ujung desa, di sana lebih terpencil, hampir tidak ada orang yang akan ke sana pada malam hari.

“Kalian jangan mempermainkan aku, aku tidak akan percaya. Lagi pula, malam ini aku tidak punya waktu.” Aku berkata acuh tak acuh.

“Yo, yo, yo, hampir aku lupa, malam ini kamu masih harus pergi memijat untuk Kak Tya. Kalian berdua satunya wanita janda, satunya pria lajang, berduaan sendiri, jangan-jangan kalian….”

Aku membalikkan bola mata kepada Selvi, “Kami masih berduaan sendiri di lahan jagung selama dua hari, kenapa juga tidak terjadi apa-apa?”

“Phui, phui, phui!” Selvi meludah kepadaku, “Pokoknya aku sudah memberitahu kamu, sedangkan pergi atau tidak, terserah padamu.”

Ketika aku menurunkan jagung dari kendaraan tiga roda yang bermuatan penuh ke dalam rumah Rahmat, hari sudah hampir malam. Langit di luar pun sudah berkabut.

Aku berkata kepada Rahmat bahwa malam ini tidak makan di rumahnya, lalu pergi.

Setelah pulang ke rumah, aku pergi mandi terlebih dahulu.

“ Dewi Danau, kamu yakin dengan pijatan bisa menyembuhkan rahim dingin Tya ?”

Sepengetahuan aku, rahim dingin ini, ada sebagian orang yang terbawa dari lahir, lumayan sulit untuk disembuhkan.

“Aku katakan bisa maka bisa, kamu khawatir apa? Pada saat itu, lakukan saja sesuai dengan perkataanku.” Dewi Danau berkata dengan sangat santai.

“Baiklah kalau begitu.” Karena Dewi Danau berkata bisa, aku pun tidak perlu banyak khawatir.

Melihat diriku di dalam cermin yang bersih mulus, lumayan, aku lumayan puas terhadap diriku. Aku berdeham, dan membusungkan dada, lalu berjalan ke arah rumah Tya.

Setelah berjalan sekitar beberapa menit, aku sudah sampai. Tetapi aku tidak melihat ada orang setelah masuk ke dalam, di atas meja masih penuh dengan masakan, aku pikir Tya mestinya masih mengemas di dapur.

“Kak Tya ! Masih sibukkah?” Aku berteriak ke arah dapur.

“Sebentar, sebentar, kamu duduk dan makan dulu, aku masih ada satu sup lagi.” Tya menjawab dari dalam dapur.

Lagi pula juga tidak terlalu lapar, aku berjalan ke arah dapur, dan berdiri di ambang pintu, melihat bayangan punggung Tya yang sedang sibuk. Sebenarnya postur badan Tya bagus juga, tinggi ramping dan kurus, kedua kakinya sangat ramping dan panjang, terlihat indah. Hanya saja nasibnya kurang baik, menjadi wanita janda di usia muda.

“Kenapa kamu masuk ke dalam sini? Cepat, cepat pergi makan.” Tya bergegas berkata, dia masih membawa semangkuk sup yang panas.

“Kak Tya, aku bawakan supnya saja.” Melihat kepalanya yang penuh dengan keringat, aku bergegas mengambilnya, kedua tanganku pun tidak terelakkan untuk bersentuhan dengan tangannya, suhunya juga panas menyengat. Setengah dari tanganku saja sudah bisa menutupi tangannya yang mungil.

“Baiklah, kamu hati-hati, awas panas.” Tya menarik tangannya, dan pipinya memerah.

Aku berbalik badan, lalu berjalan mengikutinya ke depan meja makan sambil membawakan sup.

“Kak Tya, kenapa kamu memasak begitu banyak masakan lezat?” Aku menghitungnya, masakan dan sup ini juga berlebihan untuk dimakan dua orang, terlebih lagi lauk dan sayuran pun lengkap keduanya. Kelihatannya Tya juga menggunakan banyak waktu, tiba-tiba hatiku sedikit terharu.

Entah kenapa, memiliki perasaan rumah.

“Juga tidak tahu kamu suka makan apa, maka aku buatkan banyak, kamu makan saja sepuasnya!” Tya berkata tersenyum.

“Oke!” Jarang juga ada begitu banyak masakan lezat, aku menatap Tya lagi, dan menyadari ada bercak hitam di wajahnya, “Kak Tya, di sebelah hidungmu ada bercak hitam.”

“Bercak hitam?” Tya mengelap wajahnya dengan lengan baju mengikuti arah jariku, “Sudah bersih?”

“Kak Tya, sini, kamu jangan bergerak, aku lap untukmu.” Melihatnya tetap tidak berhasil setelah mengelap beberapa kali, aku maju untuk mengelap dengan tangan. Meskipun kulit Tya tidak termasuk putih cerah, tetapi juga sangat regang, raut wajahnya pun kecil mungil, terlihat cantik dan segar.

“Sudah bersih?” Tya bertanya kepadaku.

“Sudah, sudah. Mungkin terkena abu di dapur tadi.” Aku menurunkan tangan, sepertinya masih ada kehangatan dan rasa sentuhan dari wajah Tya yang tertinggal di jari tangan kananku, entah kenapa membuatku merasa kesemutan.

“Baik, cepat makan, sup daging ini adalah daging babi yang baru aku beli tadi pagi, semuanya daging kurus, segar sekali. Kamu cicipi.” Tya berdiri dan membungkuk untuk mengambilkan semangkuk sup kepadaku.

Mungkin sudah lama sibuk di dapur, kerah Tya sedikit terbuka, membuat mulutku terasa kering melihatnya, aku bergegas memalingkan tatapanku, dan mengambil sup yang diberikan oleh Tya.

“Kak Tya, bukankah sebelumnya kamu katakan bahwa kamu sedikit rahim dingin?” Aku meminum seteguk sup, dan melanjutkan, “Rahim dingin harus pantang daging babi, kurma, dan pare. Kak Tya, sebisa mungkin kamu jangan makan ini lagi.”

Tya mengangguk dan berkata, “Baik, aku akan ingat.”

Melihat tampang Tya yang serius, dan mengingat nanti akan memijatnya, dalam hatiku memiliki rasa penantian yang kuat….

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu