Penyucian Pernikahan - Bab 61 Pengakuan Kembali

Rahmat menatapku dalam-dalam, mengangguk dan dengan suara pelan berkata kepadaku: "Gilang, bisakah kamu kembali bersamaku? Paman ingin menanyakan sesuatu padamu."

Aku melihat ke luar aula leluhur, mengangguk dan berkata, "Baik, Paman Pota, aku akan meletakkan obat herbal dulu di rumah dan aku akan mencarimu sebentar lagi, apakah kamu tidak keberatan?”

"Baik, Paman Pota akan menunggumu di rumah."

Aku mengangguk, lalu mengeluarkan obat herbal tersebut dari tumpukan kayu bakar, menaruhnya di halaman dan minum beberapa teguk air.

" Gilang, apa kamu baik-baik saja hari ini?"

Suara lembut dan menawan datang. Aku melihat ke belakangku, itu adalah Tya . Aku merasa dia baru saja menatapku di aula leluhur. Tidak perlu memikirkannya juga tahu kalau dia ingin aku memijat tubuhnya.

"Kakak ipar Tya, tidak ada apa-apa, Trejo memancing amarah dari orang banyak, masalah apa yang akan kudapatkan."

"Terlebih lagi, aku malah dianggap seorang pemberani, masalah apa yang akan kudapatkan."

Tya segera menempelkan tubuhnya ke tubuhku, meletakkan tangannya di belakang pinggangku, dengan lembut mengeluarkan aroma feminin di tubuhnya dan berbisik di telingaku: " Gilang ... Jangan lakukan hal-hal yang berbahaya lagi. Setelah kamu memijat kakak iparmu ini terakhir kali, kakak iparmu tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkanmu, seluruh tubuh menjadi kesemutan. "

Sambil dia berbicara, dia semakin mendekati diriku. Hatiku mati rasa dan bokong gemuknya terus bergesekan dengan ‘adik kecilku’. Aku menelan ludah, sambil berhati-hati dan dia mengerang panjang, seperti seorang perokok yang telah menerima nikotin. Pandangan menjadi kabur, dia menatapku dengan tatapan bagai sutra dan aromanya sampai di leherku.

" Gilang, bagaimana pendapatmu mengenai kakak iparmu ini ..."

"Kakak ipar, sifat dan tubuhmu ini, masih perlukah aku untuk mengatakan seperti apa kamu? Tak terhitung banyaknya orang yang mengejarmu di desa ini. Masih bisakah kamu menghitung orang yang merindukanmu di malam hari?"

"Gilang, mulutmu sangat manis... Ah! Sangat nyaman ... Gilang, pijatanmu ... sangat enak."

Aku berusaha santai dan Tya berkata lagi kepadaku: " Gilang, apakah kakak ipar baik terhadapmu, selalu tidak ada laki-laki yang menemaniku, jika kamu tidak keberatan, biarkan kakak ipar bersama denganmu. Kakak ipar akan menjagamu setiap hari. Bagaimana? "

Aku tidak menyangka Tya akan mengakuinya lagi kepadaku. Sangat penting bagi seorang pria untuk dapat ditemani oleh seorang perempuan.

Aku menyentuh hidungku dan berkata kepada Tya, "Kakak ipar Tya, kenapa repot-repot denganku? Aku tidak punya uang, tidak ada tanah. Apa gunanya bersama denganku menanggung kesulitan? Kondisimu sangat baik, jauh lebih baik dariku. Sepertinya tidak pantas bersama denganku, juga tidak ... "

Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Tya meletakkan jarinya di mulutku, mendekat ke telingaku dan berkata, " Gilang, yang kamu katakan itu kakak iparmu ini tidak peduli. Bagi kakak ipar, memilikimu saja sudah cukup. Kakak ipar sangat menyukaimu. Tidak disangka kamu meremehkan kakak iparmu? Atau kamu tidak menyukai kakak ipar?"

Aku segera berkata: "Kakak ipar Tya, kamu tahu aku tidak bermaksud begitu. Kakak ipar mungkin tidak peduli, tetapi aku, Gilang adalah seorang laki-laki. Bagaimana bisa aku membiarkan seorang perempuan menderita bersamaku, benar kan?”

Tya sepertinya tersentuh oleh perkataanku. Dia menatapku dengan penuh kasih di matanya, tangannya menyentuh wajahku dengan lembut dan berkata, " Gilang, aku mengerti yang kamu katakan ini, tetapi kakak ipar sangat menyukaimu. Setelah suamiku yang sudah meninggal, tidak ada lagi yang begitu mencintai kakak ipar."

Aku memandangi wajah Tya dan mendengar kata-katanya seperti ini membuatku benar-benar tidak dapat menahan pikiranku, aku merasa ‘adik kecil’ yang sudah panas itu akan segera keluar dari pakaian.

Tya merasakannya juga, bokongnya yang gemuk menggosok lebih keras. Dia menatapku dengan mata berair dan berkata, " Gilang, jangan lakukan ini, kakak ipar ... kakak ipar tidak nyaman."

"Ini adalah…"

Ketika kita saling melihat satu sama lain, tiba-tiba aku melihat titik merah kecil di sisi dalam kakinya dan aku secara refleks meletakkan tanganku di sana dan mengangkatnya.

"Ini sangat gatal, aku ingin ... aku ingin ..."

Tya menaiki pinggangku dan terus mencium leherku. Aku tidak bisa menahannya lagi, aku langsung memutar tubuhnya sehingga berada di bawah tubuhku dan bersiap untuk langsung melancarkan aksiku.

Tapi saat ini juga, terdengar ada ketukan di pintu dan Kepala Desa berteriak: " Gilang, apakah Gilang ada di rumah?"

Ketika aku mendengar suara Kepala Desa, aku tahu bahwa dia datang kepadaku untuk mengambil obat, orang tua ini tidak baik, aku tidak mau memedulikannya.

Tetapi aku mendengar Kepala Desa lanjut berkata: " Gilang, apakah kamu di sana? Kalau tidak ada suara aku akan langsung masuk.”

Aku langsung panik begitu mendengarnya dan buru-buru melanjutkan: "Pak Kepala Desa, tunggu dulu, aku sedang berada di toilet, aku akan segera datang.”

Mendengar ini, Pak Kepala Desa langsung berhenti mengetuk pintu.

Tya juga mendengar suara Pak Kepala Desa, langsung dengan tergesa-gesa mengenakan pakaiannya dan duduk di tempat tidur, wajahnya memerah dan dia tampak sedikit bingung.

Aku buru-buru memakai pakaianku dan membuka pintu untuk Pak Kepala Desa dengan wajah kusam. Sebelum aku membuka mulut, Kepala Desa langsung berkata, " Gilang, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu terlihat sangat canggung? Lalu kenapa kamu sangat lama?"

Aku menggaruk kepalaku dengan canggung dan tergagap: "Pak Kepala Desa, aku baru saja dari toilet."

Dalam hatiku berkata aku baru saja akan melancarkan aksi, tetapi diganggu olehmu. Bisakah wajahku terlihat baik?

"Baik, jangan bicarakan ini lagi, cepat ambilkan obat untukku.”

Sebelum aku sempat mengucapkan beberapa patah kata, Kepala Desa itu sudah berjalan ke depan, begitu masuk ke kamar, dia langsung melihat Tya sedang duduk di ranjang klinikku.

Tya segera memalingkan muka, tidak berani menatap langsung Kepala Desa itu karena takut ketahuan.

Kepala Desa itu tertegun sejenak dan berkata sambil tersenyum, " Tya, apakah kamu juga sedang memeriksakan penyakit dengan Gilang ?"

Tya masih menundukkan kepalanya, wajahnya yang memerah meneteskan air dan dia berkata dengan malu-malu: "Iya... Pak Kepala Desa, aku ingin menemui Gilang untuk diperiksa."

Setelah mendengar kata-kata Tya, Kepala Desa itu memalingkan wajah untuk menatapku dengan tersenyum dan berkata, " Gilang, Tya mendatangimu lagi untuk dipijat?"

Tak disangka, Kepala Desa itu tahu bahwa Tya suka memintaku untuk memijatnya, tidak tahu darimana dia bisa mendapat informasi itu.

Tetapi makna dari perkataan orang tua ini bisa dipahami dengan jelas maksudnya oleh orang yang cerdas.

Aku berbisik-bisik: “Jangan terlalu mencampuri urusan orang lain, bajingan tua…”

Ketika Tya mendengar kata-kata ini, wajahnya yang memerah menjadi lebih merah lagi, bahkan telinganya juga menjadi merah dan dia hanya menundukkan kepalanya tanpa berbicara apapun.

Aku berkata kepada Kepala Desa itu, "Iya, kakak ipar Tya berkata dia tidak enak badan, jadi dia datang menemuiku… Baru saja aku menyuruh kakak ipar untuk duduk di ranjang sebentar, lalu anda datang."

Begitu kata-kata itu keluar, Tya langsung buru-buru berkata: "Baik, Gilang, kalau begitu aku ... Aku tidak akan merepotkanmu, Pak Kepala Desa, aku pergi dulu, sampai jumpa."

Kepala Desa menyetujuinya, menatap punggung Tya dan tersenyum kecil.

Tya berlari keluar seolah-olah dia sedang melarikan diri.

“Pak Kepala Desa, kenapa kamu begitu terburu-buru? Apa ada masalah?” Tanyaku curiga.

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu