Penyucian Pernikahan - Bab 21 Ladang Jagung

...

Waktu berlalu begitu saja, tanpa sadar, dua puluh atau tiga puluh menit telah berlalu, tetapi olah tubuh yang bekeringat ini masih terus berlangsung dengan antusias.

Efek ramuan yang di minum Sanny terlalu kuat, bahkan pria yang setiap hari berolahraga seperti aku dan pria remaja tidak bisa mengendalikannya.

Melihat emosi Sanny yang tidak terkendali, alisnya yang terlihat lelah, ekspresi kesakitan dan bahagia terlintas di wajahnya, hatiku merasa sangat puas dan bahagia.

Kemudian mengubah postur Sanny dan pertempuran olah tubuh yang berkeringat ini terjadi lagi.

Namun, Selvi masih belum ditemukan, aku rasa aku tidak melanjutkan hal ini lagi.

Teringat dengan perkataan Dewi Danau bahwa aku bisa mengendalikan waktuku, jadi aku membaca secara diam-diam di dalam hati, dan berakhir.

Begitu pikiran itu berlalu, semburan listrik melewati tubuh dan tubuh bergetar tiba-tiba, kemudian menyemburkan sperma.

Aku menarik diri dan mengenakan celanaku, tetapi Sanny masih berada dalam posisi yang bagus itu, seolah-olah belum sadar dari kegembiraan barusan.

Mengambil kesempatan ini, aku bergegas berjalan keluar dari pintu.

Setelah keluar dari rumah Sanny, aku pergi ke depan pintu rumah kepala desa dan mengamati sebentar, kemudian mendengarkan dengan seksama sejenak. Dari dalam rumah, terdengar suara lemparan mangkuk dan tendangan dinding, disertai dengan kutukan Rizki.

“Apa yang harus dilakukan sekarang?” Terdengar suara Sarwendah bertanya.

"Cobalah dengan mulutmu," Rizki berkata.

"Tidak, tidak..." Sarwendah berkata dengan nada takut, kemudian, terdengar suara "bang", sepertinya bantingan pintu yang tertutup.

"Sarwendah ! Coba dengan menggunakan mulutmu." Rizki terus mengetuk pintu, "Kamu juga tidak ingin aku menjadi seperti ini di masa depan, kan? Jika ini masalahnya, kamu juga tidak akan diberkati secara seksual di masa depan, benar kan?"

"Jangan memaksaku lagi. Sekarang saat aku berpikir untuk menggunakan mulut, aku... menjadi takut. Mungkin besok hari kamu sudah baik-baik saja," Sarwendah berkata.

Setelah mendengarkan sebentar dan yakin bahwa Selvi tidak ada di sini, aku langsung bergegas ke rumah Rahmat.

Dalam perjalanan, aku sedang berpikir saat ini aku memiliki sedikit uang, sepertinya aku harus membeli sebuah ponsel.

Saat tiba di rumah Rahmat, melihat pintunya sudah tertutup rapat dan dikunci dari dalam. Aku mengetuk pintu cukup lama dan setelah memanggil Selvi beberapa kali, barulah pintu itu dibuka.

Rahmat berdiri di pintu kamar dengan ekspresi cuek, "Mengapa kamu baru kembali sekarang? Aku pikir kamu akan tinggal di rumahmu dan tidak datang lagi!"

“Apakah Selvi sudah kembali?” Aku bertanya.

"Sudah kembali," Rahmat menjawab dengan dingin, kemudian berbalik dan berjalan menuju kamarnya.

Aku masuk ke dalam rumah dan menutup pintu, kemudian berjalan ke kamar Selvi. Melihat lampu di dalam masih menyala, aku mengetuk pintu dan berteriak, "Selvi ?"

Setelah beberapa saat, pintu terbuka dan Selvi langsung bertanya: "Kamu dan Sarwendah pergi ke mana? Mengapa begitu lama tidak kembali?"

Selvi pasti baru saja selesai mandi, rambutnya basah membasahi pundaknya. Selvi mengenakan piyama merah muda, piyama sedikit lebih ketat dan memperlihatkan sepasang payudara yang membuncit tinggi, sepertinya sedang memamerkan kepadaku.

Dari Sarwendah dan Sanny, akhirnya aku merasakan rasa seorang wanita. Begitu melihat Selvi pada saat ini, reaksi pertama dalam benakku adalah penampilannya setelah melepaskan semua pakaiannya, kemudian menekannya di bawah tubuh, wajahnya tampak malu dan sangat menikmati.

Jadi, di bawah tubuh ini juga perlahan-lahan mengangkat kepalanya.

Bagaimana bisa muncul pemikiran yang begitu tidak pantas?

Benar-benar tidak boleh mencoba merasakan nikmat seorang wanita, begitu mencobanya, pola pikir tentang wanita juga akan berubah.

"Ada sedikit urusan," Aku berkata, "Mengapa kamu kembali sendirian? Aku sangat mengkhawatirkanmu."

"Hmph, kalian pergi begitu lama, Rizki menatapku seperti serigala lapar, bagaimana jika dia memakanku? Jadi aku diam-diam kembali saat dia tidak memperhatikannya," Selvi berkata.

“Baguslah kalau sudah kembali,” Setelah selesai bicara, aku kembali ke kamar tidurku.

Siang ini sudah sangat sibuk seharian dan malam harinya, bertempur dengan dua wanita sekaligus, rasanya sangat lelah, setelah berbaring sesaat, aku langsung tertidur.

Pagi hari berikutnya, aku dan Selvi terbangun lagi karena panggilan Rahmat.

Di perjalanan, Selvi merasa bangga dan berkata kepadaku, "Alvia mengatakan bahwa kamu membuat bokongnya sakit dan dirinya tidak akan mengampunimu begitu saja, dia akan membalasmu."

“Katakan padanya, lakukan saja!” Aku tidak takut, lagipula, Alvia saat ini jauh lebih tidak berpengalaman daripada aku.

Setelah tiba di ladang jagung, Selvi meletakkan tas kulit jagung di tanah, lalu berbaring di atasnya, kemudian kembali tidur.

Melihat postur tidurnya yang menggoda, pikiranku teringat dengan adegan menelanjangi pakaiannya dan berguling di tanah.

Mengapa selalu memikirkan hal-hal ini? Aku menepuk kepalaku dengan keras dan berusaha menyingkirkan pikiran jahat itu dari benakku.

Sambil memegang tas kulit ular, aku pergi memanen jagung.

Setelah memanen setas penuh, tiba-tiba ingin buang air kecil. Kemudian berbalik dan melihat jarak Selvi berbaring sangat dekat, kemudian aku berjalan ke sisi lain dari ladang jagung, dan hendak menyelesaikannya di sini.

Daerah ini penuh dengan ladang jagung, sekitar sepuluh hektar, hampir setiap keluarga di desa ini memiliki satu atau dua bidang tanah di sini dan ada jalan kecil di antara setiap plot.

Aku sekarang berdiri di sebuah jalan kecil.

Seberangnya juga merupakan ladang jagung, tetapi bukan milik Keluarga Pota.

Jagung milik keluarga itu tumbuh tinggi dan kuat, isi jagungnya sangat besar dan penuh.

Aku membuka ritsleting celanaku dan mengeluarkan bocah itu sambil menembak ke arah jagung.

Kebetulan ada seekor belalang di tongkol jagung, aku menembaknya dan belalang itu kebingungan, melambung dua kali, kemudian hendak melompat pergi.

Tiba-tiba, terdengar suara lembut tidak jauh dari samping. Aku menoleh ke arah suara dan melihat seseorang muncul dari semak jagung!

Seorang wanita.

“Bersihkan!” Aku sangat ketakutan, air yang ku tembak dengan gembira berhenti tiba-tiba, dan bahkan semburan air yang ditembakkan itu hampir menyusut kembali. Aku buru-buru memasukkan bocah kecil itu ke dalam celanaku dan menutup ritsleting dengan tergesa-gesa.

“Gilang, apa yang sedang kamu lakukan?” Orang itu bertanya.

Aku melihatnya dengan jelas dan menyadari bahwa itu adalah Tya.

Tya menikah dengan Rudi beberapa tahun yang lalu, karena Rudi memiliki budaya dan tidak percaya pada adat istiadat yang telah berlangsung selama ribuan tahun di desa, kemudian menolak untuk membiarkan Tya ditahbiskan. Akibatnya, Tya tiba-tiba meninggal di tempat tidur pada malam pernikahannya dan mengakibatkan Tya menjadi janda.

Hari ini, Tya mengenakan kemeja biru kecil, penampilannya terlihat muda dan cantik. Tubuhnya kurus dan terlihat sangat ramping, kedua kakinya ramping dan indah. Dengan handuk putih di atas kepalanya, ditambah lagi wajah yang cantik, terlihat sangat polos dan sederhana, penuh dengan gaya wanita lokal.

"Tidak... tidak ada. Sedang menangkap belalang," Aku berkata dengan muram.

"Bagaimana mungkin ada orang yang menangkap belalang di ladang jagung begitu pagi? Aku dengar bahwa kamu sedang membantu keluarga Ahmad untuk memanen jagung? Ladang jagung ini milik keluarga Ahmad, kan?" Tya berkata.

“Iya, benar,” Aku menjawab dengan sedikit frustasi.

Sekarang semua orang di desa tahu bahwa aku telah menjadi "budak" keluarga Ahmad karena aku gagal menghabiskan Selvi.

Tidak tahu apakah itu alasan psikologis atau alasan lain, aku merasa cara Tya melihat diriku agak sedikit aneh.

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu