Penyucian Pernikahan - Bab 24 Pijatan Pertama Kali

Segera, masakan kali ini sudah habis terlahap dengan senang, aku bersendewa kenyang, membuat Tya tertawa.

Senyuman Tya terlihat cantik, matanya juga membawa perasaan. Terkadang ketika dia tersenyum menampakkan gigi, masih ada gigi gingsul yang tidak terlalu kelihatan.

Orangnya lembut, pandai memasak, juga rajin, benar-benar adalah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai istri.

Tetapi Tuhan justru begitu tidak adil, membuatnya menjadi wanita janda di hari pernikahan.

Aku melihat waktu juga sudah malam, setelah makan dan minum dengan puas, saatnya untuk bekerja, “Kak Tya, aku coba pijat, kamu lihat rasanya bagaimana?”

Tya memandang sekeliling, di atas meja berantakan sekali, dia berpikir sejenak, dan berkata kepadaku, “Kalau tidak, ke kamarku saja? Aku baring di atas kasur dan kamu pijat.”

Aku berpikir sesaat, “Baiklah.”

Kamar Tya sangat bersih, bisa dilihat biasanya betapa rajin. Juga dikemas dengan rapi.

“Kalau begitu, Kak Tya, kamu baring saja, aku pijatkan.”

Aku melihat Tya perlahan-lahan berbaring di atas kasur, dan menyingkap bajunya ke atas, menunjukkan perutnya yang datar. Rasa sentuhan tadi siang masih ternyiang di kepala, aku meletakkan tanganku dengan pelan di atas perutnya yang datar.

“Bagaimana caranya?” Aku bertanya kepada Dewi Danau di dalam hati.

“Mengusap perutnya satu lingkaran berlawan arah jarum jam.” Dewi Danau berkata.

Tanganku perlahan-lahan mengusap perut Tya, dan jariku sedikit bergetar. Aku bisa merasakan badan Tya yang awalnya tegang, perlahan-lahan meregang dengan pijatan aku, fluktuasi napasnya juga perlahan-lahan menjadi tenang. Muncul sedikit butiran keringat di dahiku, tiba-tiba udara terasa pengap.

“Tekan titik V dia, tiga kali ringan dan dua kali berat.” Dewi Danau memberi perintah.

“Baik, titik V di sini bukan?” Sebelumnya aku juga pernah melihat di buku medis, titik V ada di sini.

“Benar, di sana, kamu coba tekan.” Suara Dewi Danau pelan sekali.

Aku menekannya, tiga kali ringan dan dua kali berat, kehangatan yang merambat dari jari membuat hatiku tegang, seolah-olah orang yang dipijati adalah aku. Aku melihat wajah Tya yang tenang, dan pipinya yang sedikit berona merah, terlihat begitu menggoda di bawah cahaya lampu yang terang benderang.

Aku mengayun kepala, apa yang sedang kupikirkan?

“Kak Tya, bagaimana?” Aku bertanya.

“Hhmm… lumayan nyaman, sepertinya benar-benar ada sedikit khasiat.” Tya berkata dengan nyaman, wajahnya juga menjadi santai, dan badannya juga menjadi lembut, segenap orangnya sangat bersantai dan nyaman. Kelihatannya cara ini berkhasiat juga.

“Ini adalah titik V, aku menekan di sini.” Rasa sentuhan di tangan sangat nyaman, aku berkata melanjutkan, “Sering kali memijat titik V, memiliki kegunaan besar dalam mempertahankan energi panas, dan mencegah rahim dingin.” Selesai berkata, aku menekan beberapa kali lagi.

“Ah… sedikit sakit.” Perut Tya menegang. Tangannya secara refleks menahan tanganku, menyuruhku untuk jangan bergerak.

Lalu aku memijat perutnya dengan berlawan arah jarum jam, satu putaran demi satu putaran, barulah dia perlahan-lahan melonggarkan tangannya, tetapi masih di atas tanganku.

“Kak Tya, pada awal memijat titik V memang sedikit sakit, tetapi lain kali kamu seringlah memijat sendiri, cara ini juga aku temukan di buku medis, berkhasiat juga.”

Lalu aku menekan Titik Uterus, empat inci Cina di bawah pusar, dan aku menambah tenaga.

“Hhmm, aahh… nyaman sekali.” Tya berseru dengan tak tertahankan. Aku kaget, seruan yang menggoda itu membuat sekujur tubuhku membara.

“Hhmm, aahh… kenapa begitu nyaman.” Tya mendesah.

Mulut kecilnya sedikit terbuka, aku ingin sekali menerjang ke arahnya, dan menggigitnya.

Namun, teringat akan adegan Tya yang mengambilkan sayur untukku di meja makan, juga teringat bahwa dia adalah wanita janda, aku diam-diam menampar diriku sendiri di dalam hati, bagaimana bisa memiliki niat yang tidak senonoh seperti itu kepada Kak Tya ?

Melihat tampang Tya yang menikmati, bahkan perlahan-lahan menjadi tidak jernih, aku khawatir jika terus memijat, takutnya masalah akan menjadi di luar kendali, pada saat itu aku mungkin akan melakukan kesalahan besar. Oleh karena itu, aku bergegas menarik kembali tanganku, dan berkata, “Kak Tya, hari ini sampai di sini saja.”

“Ah, cepat sekali.” Tya masih belum puas, wajahnya terlintas sedikit kekecewaan.

“Iya, hari sudah larut malam, aku harus pulang.” Aku berkata.

Tya merangkak bangun dari kasur, dia merapikan pakaiannya, dan bertanya, “Kalau begitu, lain kali kamu masih datang tidak untuk memijat aku? Aku traktir kamu makan ayam.”

Tya Wijaya sangat rajin, di rumahnya memelihara banyak ayam dan bebek.

“Aku akan datang lain kali jika ada waktu kosong.” Aku berbalik badan berjalan keluar pintu.

“Kalau tidak, kamu duduk sebentar lagi saja.” Tya menjulurkan tangan ingin menahanku.

“Kak Tya, waktu sudah malam, aku harus pergi.” Aku bergegas kabur.

“Tidak mudah untuk berjalan di malam hari, kamu bawa senter saja.” Tya memberikan sebuah senter kepadaku.

“Terima kasih, Kak Tya.” Aku menerimanya, dan berterima kasih kepadanya.

Setelah pergi dari rumah Tya, tiba-tiba aku teringat dengan perkataan Selvi tadi pagi, katanya Alvia menungguku jam sembilan di bawah pohon banyan besar.

Aku merasa mereka pasti akan membiarkan aku menunggu kosong, lagi pula, Alvia tidak punya alasan untuk berkencan denganku, kalaupun ingin berkencan denganku, juga tidak mungkin pergi ke pohon banyan besar di ujung desa yang katanya ‘hantu membunuh orang’.

Yang di maksud dengan hantu membunuh orang, adalah bahasa daerah di tempat kami, artinya adalah di sana sangat sepi dan sunyi, penuh dengan hantu. Jika ada orang yang pergi ke sana, maka hantu akan memukulnya hingga mati.

Namun, orang selalu memiliki perasaan beruntung.

Siapa tahu, Alvia benar-benar menungguku di sana.

Atau mungkin, Alvia memasang sebuah perangkap untukku di sana. Karena Selvi pernah berkata, Alvia akan mencariku untuk balas dendam, membalas dendam tusukan itu!

Aku sangat penasaran, seperti apakah perangkap ini.

Oleh karena itu, membawa satu poin perasaan beruntung, dan dua poin penasaran, aku pergi ke sana dengan membawa senter.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu