Penyucian Pernikahan - Bab 204 Mengalahkan Wanita Pembunuh

Aku segera menyerangnya. Aku merasakan tubuhku terbang seringan burung layang.

Dalam sekejap, aku berdiri di depan wanita itu dan menendang perut wanita itu. Reaksi wanita itu sangat cepat, dia langsung memegang perutnya dengan kedua tangan, tapi sayangnya wanita itu tetap saja berhasil ditendang olehku.

Aku menendang pistol di tangan wanita itu dan juga mematahkan tangannya.

Inilah kekuatan dewi danau yang sangat kejam.

Wanita itu berlutut di lantai, tampak rasa sakit di matanya. Dia langsung berdiri dan menendang ke arahku dengan kaki kanannya.

Aku meraih kaki wanita itu dengan kedua tanganku, dan langsung melemparkannya. Tubuh wanita itu pun langsung jatuh dengan keras di lantai.

Wanita itu mengernyit dan merintih kesakitan. Dia berteriak, “Gilang, kenapa kamu bisa sehebat ini!"

"Terakhir kali, kamu tidak sehebat ini!”

"Kamu ... kamu benar-benar monster!"

Terakhir kali itu, dewi danau sedang merawat nenek tua karena pendarahan otak. Jadi, dia tidak bisa menggunakan kekuatannya selama setengah bulan. Karena itulah, akhirnya bisa dilukai oleh wanita ini, kalau tidak bagaimana mungkin dia bisa menyakiti ataupun melukaiku?

Aku berjalan selangkah demi selangkah sampai ke depan wanita itu. Dari matanya, aku bisa melihat lubuk hatinya. Ketakutan yang sangat besar dan dia telah menganggapku sebagai monster.

Aku berkata dengan dingin, “Kamu sudah dua kali mencoba membunuhku. Hari ini, sudah waktunya kamu mati!”

Wanita itu tidak lagi melawan. Kedua tangannya sudah patah tulang. Jadi, meskipun masih punya tenaga, tetap saja dirinya tahu kalau aku bukanlah tandingannya. Dia sama sekali tidak punya kekuatan untuk melawanku.

"Aku tidak ikhlas!"

" Kenapa aku bisa mati di sini olehmu!”

"Aku tidak ikhlas, aku sudah belajar bela diri tapi semua itu seolah bukan apa-apa ketika menghadapimu!”

Aku menatap mata wanita pembunuh itu. Matanya merah sekali seolah semerah darah. Mungkin karena dia merasa dirinya akan segera mati, jadi tampak banyak emosi di dalam matanya.

Aku mendapatkan informasi dari ini. Dia dikendalikan oleh keluarga Romlah. Yang aku tidak sangka adalah, yang mengendalikan dia bukan Santo maupun Gerda. Tapi Gerad!

Beberapa adegan muncul bergantian di pikirannya. Kebanyakan adalah tentang Gerad. Tapi satu adegan lainnya adalah pemandangan seorang yang telah lanjut usia.

Orang lanjut usia itu seorang nenek-nenek. Dia menggandeng tangan gadis kecil sambil mengobrol dan tersenyum bersama.

Nenek ini adalah nenek dari wanita pembunuh ini. Dan gadis kecil itu adalah wanita pembunuh ini ketika dia masih kecil.

Orang ketika mau menghadapi kematian pasti tiba-tiba teringat semua kenangan dalam hatinya.

Yang membuatku tidak mengerti adalah Gerad adalah seorang dosen profesor di rumah sakit. Kenapa dia bisa mengendalikan seorang pembunuh?

Hanya ada beberapa informasi ini, aku tidak mendapatkan informasi dengan cara apa wanita pembunuh ini dikendalikan.

Kelihatannya, wanita pembunuh ini tahu banyak informasi mengenai keluarga Romlah. Aku harus bertanya langsung untuk mendapatkan informasi.

Aku pun berkata dengan dingin, “Kamu sudah mencoba membunuhku dua kali. Hari ini kamu pasti akan mati!”

Aku pun berjalan maju ke depan wanita itu, lalu membuka cadar wanita itu.

Sekejap, wajah yang sangat cantik terpampang!

Begitu dingin, kaku, dan tak ada emosi sama sekali. Namun, bentuk dan setiap lekuk di wajah itu seperti ukiran yang sangat indah sekali.

Tidak peduli dari bentuk wajah, alis, kelopak mata, hidung, mata, mulut, semuanya seperti gambar anime di komik. Bahkan, seperti tidak nyata.

Ini terlalu cantik dan sempurna!

Ini seperti garis wajah yang digambar. Benar-benar garis wajah yang diukir langsung degan pisau tajam.

Apakah wajah ini hasil operasi plastik?

Wanita secantik ini, bentuk tubuh seindah ini. Aku benar-benar tidak sanggup membunuhnya.

Aku pun ragu-ragu.

Dewi danau berkata, “Gadis ini cantik juga. kelihatannya tidak tampak begitu sederhana. Bawa dia pergi, tiduri dia, baru bunuh dia.”

Di otakku penuh dengan garis hitam, diperkosa baru dibunuh?

Hal seperti ini, aku benar-benar tidak mungkin bisa dan tidak sanggup melakukannya.

Dewi danau berkata, “Dia ini adalah musuhmu. Apalagi tubuhnya ini punya keunggulan yang sangat bagus. Tentu saja, aku tidak memaksamu untuk harus melakukan apa yang aku katakan. Memang benar, jika kamu melakukan hal seperti ini, akan ada pengaruhnya bagi kualitas hatimu.”

“Sudah tidak usah, langsung bunuh saja dia.”

“Tapi, aku tidak sanggup membunuhnya.” Jawabku.

Dewi danau berkata, “Semua hal pasti ada yang namanya pertama kali. Pertama kali membunuh orang, pasti hati sangat ketakutan. Setelah membunuh orang, itu hal yang wajar kalau mulai merasa ketakutan. Namun, setelah beberapa hari, perasaan takut itu semakin lama akan semakin kuat.”

“Setelah setengah bulan berlalu, maka perasaan itu akan perlahan menghilang.”

“Di dunia yang begitu kacau ini, kamu akan selalu membunuh orang. Kedepannya kalau sudah membunuh banyak orang, maka lama-kelamaan akan terbiasa. Jika sudah terbiasa maka akan baik-baik saja.”

Perasaan takut membunuh orang, aku tidak bisa merasakan karena belum pernah membunuh orang. Tapi, aku sangat takut sekali.

Karena aku juga adalah manusia. Membunuh manusia tidak seperti membunuh makhluk hidup yang lain.

Wanita pembunuh itu melihat aku yang ragu-ragu. Dia pun berkata dengan dingin, “Kenapa, masih tidak segera membunuhku? Kalau mau membunuh langsung saja bunuh! Jangan menatapku dengan tatapan kasihan dan lemah seperti itu!”

“Aku tidak butuh rasa kasihan atau simpati darimu!”

Aku pun berkata, “Beritahu aku mengenai keluarga Romlah. Semua hal mengenai keluarga Romlah. Mungkin dengan cara ini, maka suasana hatiku jadi lebih baik, dan aku bisa melepaskanmu begitu saja.”

“Aku tidak akan mengatakan atau memberitahumu apapun.” kata wanita pembunuh itu dengan tatapan mata yang sangat yakin, “Cepat bunuhlah aku!”

Melihat wajah cantik wanita pembunuh itu, aku benar-benar tidak sanggup membunuhnya. Dewi danau juga menyuruhku membunuhnya, tapi aku tidak sanggup membunuhnya.

“Mahmud, datanglah kesini!”

Aku berteriak memanggil Mahmud. Mahmud pun turun dari mobil. Aku menyerahkan kunci inggris di tanganku kepada Mahmud, lalu menunjuk ke wanita itu, dan berkata, “Cepat habisi dia!”

Mahmud mengambil kunci inggris itu. Wajahnya tampak sangat muram, tepat ketika melihat wajah wanita pembunuh itu, tampak ekspresi frustasi di wajahnya, lalu dia berkata, “Bos, aku...aku tidak sanggup melakukannya.”

“Ini perintah!” aku pun berkata lagi, “Ikut bersama diriku. Cepat atau lambat pasti akan membunuh orang. Ini adalah kesempatanmu untuk berlatih.”

Mahmud menggertakkan gigi, lalu perlahan melangkah mendekati wanita pembunuh itu. Dia berjalan sampai ke depan wanita pembunuh itu, lalu mengangkat kunci inggris di tangannya dan bersiap mengayunkan kunci inggris itu di kepala wanita itu.

Namun, Mahmud juga tiba-tiba berhenti. Dia berbalik memandangku, lalu dengan wajah tersudutkan berkata, “Bos, dulu aku memang seorang preman. Dan sudah banyak hal jahat yang telah ku perbuat. Tapi...”

“Tapi, aku tidak pernah berpikir untuk membunuh orang.”

“Apalagi, wanita yang sangat cantik di depanku ini. Aku mana mungkin tega membunuhnya.”

“Aku....aku tidak berani membunuhnya.”

“Bos, aku tidak sanggup. Aku juga tidak berani.”

Mahmud juga tidak berani. Tampak ekspresi malu dan bersalah di wajahnya.

Dia juga tidak pernah membunuh orang. Dia dulu memang pernah melakukan banyak perbuatan jahat ataupun juga sering mengancam akan membunuh orang. Namun dia tidak benar-benar akan membunuh orang, dia tidak berani membunuh orang.

“Ciih..” wanita pembunuh itu memandang kami dengan ekspresi menghina dan tak berperasaan, “Benar-benar tak berguna. Bisa-bisanya bimbang, bahkan tidak berani membunuh orang! Lalu hal besar apa yang bisa kamu lakukan!”

Mahmud pun berkata dengan marah, "Sialan, siapa bilang aku tidak berani?”

“Aku tidak ingin membunuhmu karena kamu seorang wanita cantik. Jika kamu seorang pria, aku sudah dari tadi membunuhmu.”

“Apalagi, kunci inggris di tanganku ini, dalam sekejap bisa memukulmu sampai mati. Aku cukup beberapa kali mengayunkannya tepat di kepala saja, maka kepalamu akan terbuka, dan kamu pasti akan mati dengan sangat menyedihkan.”

“Benar-benar tidak tahu diri!”

Mahmud tampak sangat kejam saat ini. Tapi aku tahu, dia tidak berani membunuh orang. Dia sama saja sepertiku, tidak berani melakukannya.

Dewi danau juga tak berdaya, lalu berkata, “Karena tidak berani membunuh, kalian lebih baik lapor polisi saja. Wanita berdarah dingin seperti ini, kedepannya akan sangat berbahaya jika dilepaskan begitu saja.”

Aku bertanya, “Apakah ada cara lain? atau bisakah menjadikannya sebagai selir nantinya?”

Tidak tahu kenapa, setelah melihat penampilan luar wanita itu. Aku benar-benar tidak ingin membunuhnya. Juga tidak ingin menyusahkannya. Oh iya ada lagi, aku mendapatkan beberapa informasi dari tatapan matanya, dia dikendalikan oleh orang, dia kehilangan kebebasan dan tak berdaya.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu