Penyucian Pernikahan - Bab 412 Sembilan Matahari

"Setelah itu ..." Bibi Wijaya berkata, "Aku sudah siap untuk meninggalkan rumah ini, aku tidak ingin menghabiskan waktu dengan paman Wijaya, ketika aku pindah, aku menemukan tiga lukisan dari dasar kotak, dan ketiga lukisan ini dikemas dengan sangat bagus."

"Saat itu aku sangat miskin, jadi aku berencana untuk menjual lukisan itu, aku bisa mendapatkan beberapa ratus ribu, tetapi aku tidak menyangka ... saat aku pergi ke galeri di kota untuk menjualnya, bos-nya hanya memberiku 60 ribu, seorang pelanggan melihat lukisan itu dan berkata bahwa bos itu berniat untuk menipuku."

"Dia bersedia membayar 600 juta untuk lukisan itu."

600 juta? Lukisan ayahku, 600 juta?

Bibi Wijaya tampak bersemangat, "Tentu saja aku pikir aku telah salah dengar, dan pemilik galeri juga sangat terkejut, tetapi pria itu berkata bahwa akan membeli ketiga lukisan itu, dan dia menawarkan membayar 1 miliar 800 juta, dan dia akan membayar tunai."

"Aku langsung setuju, tapi saat mau menerima uangnya, aku merasa ada yang salah, orang ini mau membayar dengan sangat cepat, apakah harga lukisan ini bisa jauh lebih tinggi lagi?"

"Aku tidak ingin menjualnya lagi, orang itu tidak bisa menerimanya, dia mengatakan bahwa kami sudah bernegosiasi, makanya orang itu marah, jika aku mengatakan tidak jadi menjualnya, dia akan membelinya dengan paksa, aku hanya seorang wanita dan aku takut, jadi aku terpaksa harus menjual dua lukisan itu dan menyisakan satu. "

"Lukisan terakhir, tergantung di ruang tamu kita, dilukis oleh ayahmu."

Paman Wijaya juga berkata: "Dengan uang ini, kami melunasi hutang, dan lambat laun hidup kami menjadi lebih baik, kami memulai usaha dan membeli rumah."

"Gilang, ini semua berkat ayahmu."

Bibi Wijaya berkata: "Sekarang kalau dipikir-pikir, ketika ayahmu memberi kami lukisan itu, wajahnya agak pucat, dan dia mengucapkan banyak kata dengan serius, lalu, tidak lama setelah itu sesuatu yang buruk terjadi pada orang tuamu."

"Mungkin ... ayahmu tahu dia akan mengalami kecelakaan, jadi dia memberikan tiga lukisan mahal."

Orang macam apa ayahku? Apa yang terjadi pada waktu itu?

Paman Wijaya dan bibi Wijaya sekarang sudah punya uang dan mereka bahkan melupakanku, itu lukisan ayahku!

Paman Wijaya sepertinya telah menebak apa yang aku pikirkan, dan berkata: "Beberapa tahun yang lalu, setelah kami memiliki uang, kami mengingat kehidupan kamu di desa, kami memberi uang untuk kepala desamu dua kali total 400 juta, 100 juta untuk berterima kasih kepada kepala desa karena telah merawat kamu selama bertahun-tahun, dan 300 juta diberikan kepada kamu."

Kepala desa!

Sial! Aku tidak pernah menerima sepeser pun, kepala desa mengambil semua uang itu!

Aku bertanya: "Lalu ... mengapa kamu tidak memberikannya kepadaku secara langsung?"

Wajah paman Wijaya sedikit bersalah, "Aku merasa bersalah untuk orang tuamu, aku merasa berdosa juga kepadamu, karena telah membuatmu menderita selama bertahun-tahun, bagaimana mungkin kami punya keberanian untuk bertemu langsung denganmu?"

“Ya.” bibi Wijaya juga menghela nafas, “Aku mengusirmu dari rumah, bagaimana bisa aku bertemu denganmu? Selama kamu memiliki kehidupan yang baik sudah bagus.”

"Sekarang kamu sudah berprofesi sebagai dokter, dan kamu juga sudah menjadi dekan, kami juga ikut senang."

Aku tidak memberi tahu faka tentang uang itu tidak kuterima, karena memang tidak perlu.

Sialan kepala desa, sudah mengambil uangku!

Kepala desa sudah meninggal, dan kepala desa tua juga meninggal, uang dari keluarga diambil oleh Sarwendah dan ibunya lalu melarikan diri.

Ternyata dari awal sampai akhir paman Wijaya dan bibi Wijaya tidak pernah melupakan aku, setelah 1 jam ngobrol, orang tua aku mengalami kecelakaan, dan kematian mereka tidak jelas, mereka sangat ketakutan, sehingga mereka mengganti nama aku dan mengirim aku kembali ke desa.

Tetapi uang sekolahku, aku numpang makan dari orang-orang di desa, paman Wijaya dan bibi Wijaya membayar kepala desa untuk merawat aku, mereka menjual lukisan ayah aku dan memberikan 400 juta untukku.

Mereka telah menjaga aku dengan baik secara rahasia, tetapi aku tidak mengetahuinya.

Paman Wijaya berkata lagi: "Gilang, bukannya maksudnya aku tidak mau memberitahumu, setelah bertahun-tahun, memberitahumu hanya akan membuatmu sedih, lagipula, urusan orang tuamu ... mungkin sangat rumit, aku takut kamu hanya akan terkena masalah lebih jauh."

Bibi Wijaya berkata: "Ketika Ulama tua pergi, dia menyuruh kami untuk membiarkan anak itu menjalani kehidupan yang baik, jangan beri tahu anak itu tentang hal-hal yang terjadi dalam hidupnya."

"En, itu benar." paman Wijaya berkata, "Ulama tua itu memang menjelaskan hal itu."

Apakah karena Ulama tua juga takut aku akan memeriksa kehidupan lamaku?

Dewi danau berkata: "Kamu memiliki bakat yang berbeda, dan hidup kamu jelas tidak sederhana, atau kamu mungkin dikejar oleh musuh, jadi kamu disembunyikan di desa terpencil."

"Pada akhirnya, kamu sudah bebas, tapi ayah dan ibu angkatmu mengalami kecelakaan."

Analisis dewi danau masuk akal.

Omong-omong, masalah sudah selesai, paman Wijaya dan istrinya tidak tahu siapa yang membunuh orang tuaku.

Hanya Ulama tua yang tahu, tetapi setelah bertahun-tahun, pasangan itu telah melupakan seperti apa Ulama tua itu, tetapi mereka ingat bahwa mereka mengenakan jubah putih dengan rambut abu-abu dan panjang serta banyak kerutan di wajah.

“Benar.” bibi Wijaya tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata: “Ada satu hal lagi yang bisa diberikan padamu.”

Bibi Wijaya turun dari tempat tidur, lalu mengeluarkan kotak di lemari, dan menemukan kotak merah kecil di dalamnya, setelah membukanya, ada liontin batu dengan tali merah di dalamnya.

“Gilang.” bibi Wijaya menyerahkan liontin batu itu padaku dan berkata: “Gilang, ketika ayahmu mengadopsi kamu dan Yosepin, kalian berdua memakai liontin batu di tubuhmu, saat itu, aku takut kamu akan kehilangannya, jadi, aku melepaskannya dan menyimpannya."

Liontin batu ini lebih besar dari pada koin recehan 500 rupiah, berbentuk setengah lingkaran dan berwarna putih, persis seperti liontin batu lengkap yang dipotong menjadi dua.

Itu terlihat biasa, dengan kilap yang buruk, seperti barang yang bisa ditemukan di toko pinggir jalan.

Aku mengambil liontin batu itu, dan saat liontin batu menyentuh telapak tanganku, aku merasakan kekuatan aneh dan misterius sepertinya bergetar dari liontin batu itu.

Dewi danau berseru, "Sembilan Matahari!"

Dewi danau mengejutkan aku, aku belum pernah melihatnya begitu terkejut.

Aku bertanya, "Apa itu liontin sembilan matahari? Tahukah kamu liontin batu ini?"

Dewi danau menekan pikirannya, dan berkata, "Aku tahu, tentu saja aku tahu ... tidak apa-apa, jangan tanya sekarang, kekuatan kamu saat ini seharusnya tidak perlu mengetahui asal-usul Sembilan Matahari, dan aku akan memberi tahu kamu nanti."

"Kamu cukup ingat saja, harta ini adalah harta tiada duanya."

Harta tiada duanya?

Aku ingat dewi danau mengatakan bahwa batu lima elemen di tubuh kikyo juga merupakan harta tiada duanya.

Harta dunia yang tiada duanya, entah bagaimana bisa aku menemukan semua itu.

Aku sangat penasaran dan berkata: "Lalu bagaimana Sembilan Matahari ini dibandingkan dengan batu lima elemen dalam tubuh kikyo?"

Dewi danau berkata: "Jelas tidak bisa dibandingkan, liontin batu ini 10 ribu kali lebih kuat daripada batu lima elemen di tubuh Kikyo"

"Tentu saja, semakin kuat senjata sihirnya, semakin kuat juga kekuatan yang dibutuhkan untuk mengaktifkannya, sekarang liontin batu ini ada padamu, tapi masih tidak berbeda dengan liontin batu biasa."

Sepuluh ribu kali lebih kuat dari batu lima elemen kikyo? Ya tuhan!

Aku terkejut.

Ini benar-benar harta tiada duanya!

Aku tidak memiliki kemampuan untuk menggunakannya sekarang, aku pasti akan memilikinya di masa depan.

Siapa yang meninggalkanku dengan senjata ajaib yang begitu kuat?

Atau apakah senjata ajaib ini berhubungan dengan hidup aku?

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu