Penyucian Pernikahan - Bab 141 Bersetubuh Setelah Mabuk

Aku merasa tidak senang dan berkata kepada pelayan “Apakah kamu salah membuka kamar? Yang aku pesan adalah kamar standar.”

“Saudara” Pelayan itu melirik Vanya yang sudah mabuk, lalu berkata “Dia sudah mabuk dan tidak sadar diri, tidak akan mendengarnya, jangan berakting lagi.”

“Aku paham, semoga kamu bermimpi indah.”

Pelayan itu pergi dan aku termangu.

Pelayan itu mengira aku datang membawa pacar untuk membuka kamar, dia mengira aku sengaja memesan kamar standar, tetapi sebenarnya menginginkan kasur besar.

Membuka kamar, tentu saja untuk melakukan sesuatu.

Pelayan ini sungguh baik hati.

Sekujur tubuh Vanya memancarkan bau anggur dan wangi semerbak seorang wanita.

Aku melepaskan jaket Vanya, di bawahnya adalah baju kaos berleher bundar, sepasang buah dada bagaikan hendak melompat keluar, membuat orang tidak tahan dan ingin meremasnya.

Aku menyingkap selimut, lalu menggendong Vanya ke atas kasur dan menanggalkan sepatu.

Vanya mengenakan rok pendek, sepasang kakinya yang putih ramping terpapar jelas di depan mataku. Aku mengangkat kakinya dan menggesernya ke dalam, ketika bersentuhan dengan kulit kakinya yang lembut, dalam hatiku beriak-riak tak terkendali.

Lembut sekali kulitnya.

Sepatu hak tinggi hitam Vanya tinggi dan ramping, menonjolkan kakinya yang putih halus dan terlihat sangat menggoda.

Permukaan sepatunya adalah beberapa helai tali, kakinya pun tampak lembut dan ramping.

Aku berjongkok untuk melepaskan sepatu Vanya, kakinya putih halus seperti es, pergelangan kakinya langsing namun berisi, kakinya ramping dan panjang, punggung kakinya sedikit tinggi, garis kakinya indah, kakinya tampak lunak, jari kakinya rapi bagaikan daun bawang yang ramping, serta kuku kakinya cerah bagikan mutiara yang ditatahkan di jari kakinya.

Indah sekali kakinya, bagaikan kaki seorang model.

Setelah melepaskan sepatunya, aku menangkap kaki Vanya dan menggesernya ke dalam. Ketika aku hendak menyelimutinya, Vanya tiba-tiba membuka kedua kaki dengan tanpa sadar.

Tatapanku tertuju ke depan, di tengah paha yang putih halus itu, samar-samar terlihat sehelai celana dalam renda berwarna putih. Seketika, aku pun menelan ludah.

Aku menyelimuti Vanya, lalu pergi membersihkan diri ke kamar mandi, seketika, aku merasa jauh lebih segar.

Aku berkata kepada diri sendiri, jangan memiliki niat jahat terhadap Vanya !

Setelah berjalan keluar dari kamar mandi, aku melihat Vanya berbaring di atas kasur dengan posisi telentang, celana dalam di tengah pahanya yang indah terlihat dengan sangat jelas.

Vanya bergumam rendah dengan linglung “Panas, panas sekali….”

Di dalam kamar memang terasa sedikit pengap, aku pergi membuka sedikit jendela.

Tiba-tiba, Vanya menarik baju kaosnya ke atas dengan kedua tangan, lalu menanggalkannya, di bawahnya adalah beha renda berwarna putih gading.

Seketika, udara pun menjadi padat, tatapanku tertuju pada Vanya, melihat Vanya menanggalkan pakaian, hatiku entah kenapa merasa bergairah.

Kulit Vanya sangat bagus, putih halus seperti es. Di bahunya yang bulat bergantungan tali beha yang tipis, di bawah kekangan beha itu, belahan dadanya terlihat sangat dalam dan sebelah buah dadanya pun terpapar.

Di punggung dan perutnya yang langsing, tidak ada lemak yang berlebihan, kulitnya sangat halus, membuat orang tidak tahan untuk meneteskan air liur.

Aku menahan napas, tatapanku melekat erat pada badan Vanya yang montok dan indah, aku menikmati keindahan mata setiap bagian dari badannya.

Tetapi Vanya tidak berhenti begitu saja, dia menanggalkan pakaian secara tidak sadar, dadanya naik turun dengan cepat. Kedua tangannya menarik rok, lalu dengan tenaga kuat, rok itu sudah melorot ke pergelangan kakinya.

Vanya bangkit duduk dengan linglung, dia sama sekali tidak tahu bahwa aku berada di dalam kamar, juga tidak tahu bahwa dia sedang berada di hotel. Aku pun tidak menghentikannya.

Vanya menanggalkan roknya dan melemparnya ke lantai.

Celana dalam renda menutupi daerah kemaluannya dan ada sedikit rambut nakal yang menyembul keluar. Di badan Vanya, hanya tersisa beha dan celana dalam renda saja.

Vanya masih sedang berseru panas, dia menggerakkan pinggang dan pahanya yang putih ramping, membentuk sebuah kurva yang sempurna.

Kemudian, Vanya menjulurkan tangannya ke belakang, meraih kaitan beha, seketika, payudara yang menjulang tinggi itu menjadi sangat menggoda. Segera, beha yang terlepas dari kaitan pun melorot, diikuti juga dengan tali beha.

Payudara yang montok itu jatuh ke bawah karena kehilangan penopang, tetapi segera kembali menjulang. Itu adalah daerah terlarang yang belum tersentuh oleh siapapun, buah dada itu menjulang tinggi dan mengayun pelan, memancarkan suhu tubuhnya yang hangat, serta wangi semerbak, seolah-olah sedang mendemonstrasi padaku….

Melihatnya, wajahku merah hingga ke telinga, hatiku berdegup dengan kencang dan bagian bawahku juga sudah mengacung tinggi.

Vanya segera menanggalkan celana dalam renda dan membuangnya ke samping.

Ini adalah sebongkah kerangka yang mendekati sempurna, buah dada yang menjulang tinggi, paha yang montok dan berisi, sangat seksi dan menggoda….

Bagaikan bidadari yang turun dari kahyangan, murni dan suci, sungguh kudus, serta tak bernoda.

Namun, badan yang seksi itu sedang merangsang setiap sarafku….

Aku sudah tidak bisa mengendalikan diriku sendiri, mungkin karena alkohol, mungkin juga karena aku tidak bisa menahan godaan di depan mata ini. Aku bergegas melepaskan pakaian, lalu menerjangnya bagaikan serigala buas.

Ciumanku mendarat di wajah, pipi dan telinga Vanya. Tangan dan sekujur badanku menjarah di atas badan Vanya, seolah-olah tidak bisa puas untuk selamanya. Perasaan haus memenuhi seluruh pikiranku, memenuhi setiap sel dalam tubuhku.

Vanya segera memiliki reaksi, dia mulai menggerakkan badan dan merespon padaku, dia memelukku erat-erat, lalu mulai meraba tubuhku.

Aku tahu, Vanya sedang berada dalam keadaan linglung, dia belum sadar dari mabuk. Aku tahu ini adalah mengambil kesempatan kotor, tetapi aku tidak bisa mengontrol nafsu dalam hatiku lagi.

Beriringan dengan teknik forelay, aku menyerbu ke dalam tubuh Vanya dengan tidak sabar.

Aku masuk dengan berhati-hati, aku menyadari ini adalah pertama kalinya bagi Vanya, maka aku ingin membuat Vanya merasakan kesakitan dan kenikmatan yang amat besar.

Di saat aku menyerbu masuk, serangkaian aliran energi mulai muncul di tempat persatuan kami, aku mulai melakukan gerakan masuk dan keluar di atas Vanya, serangkaian rasa nikmat membuatku tidak tahan untuk bergumam pelan.

“Sakit… sakit….” Vanya mengerang kesakitan dengan linglung.

Namun belasan detik kemudian, kenyamanan yang tak berujung sudah menggantikan rasa sakit ini, serangkaian rasa yang nikmat dan membara menyelimuti badan Vanya, bagaikan air pasang yang menerjang ke seluruh pelosok tubuhnya.

Vanya membuka matanya yang linglung, mungkin dia sudah sadar di saat ini, tetapi rasa nikmat yang dahsyat itu membuatnya tidak bisa berpikir. Wajahnya merona merah, dia meresponku dan napasnya terengah-engah, hampir tidak bisa bernapas.

Kami mulai menjarah di atas badan masing-masing, menjarah kenikmatan. Setengah jam lebih kemudian, kami serentak memasuki tingkatan yang belum pernah tercapai sebelumnya dan meledak bersama-sama….

Serangkaian kenikmatan yang tak terdefinisikan menerjang kami, Vanya menganga dan berteriak keras….

Kali ini, aku merasakan dengan sangat jelas, ada sebuah aliran energi misterius yang masuk ke dalam tubuhku dari badan Vanya .

Ini adalah pelet perawan, pelatihan ganda!

Setelah semuanya berakhir, kami terengah-engah, bagaikan dua ekor ular yang terdampar di atas kasur.

Begitu rasa kenikmatan memudar, Vanya langsung sadar, api amarah mulai muncul dalam matanya yang linglung dan pipinya yang merah perlahan-lahan menjadi pucat….

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu