Penyucian Pernikahan - Bab 26 Rahasia Wanita

Aku menolehkan kepala, terus mendengarkan mereka berbicara.

Alvia berkata lagi, “Terkadang tiba-tiba ada perasaan bengkak dan sedikit sakit. Kamu?”

“Aku? Sakit sih tidak ada, tetapi terkadang memang sedikit bengkak, aku pun kira karena tertekan ketika tidur.” kata Selvi.

“ Selvi, kamu pernah raba tidak?” tanya Alvia.

“Ah?”

Jelas Selvi tertegun.

“Itu, payudara, sebelumnya terasa tidak enak karena bengkak, aku menggosoknya pelan.” ujar Alvia.

“Tidak ada.” Selvi menjawab.

Alvia sepertinya sangat perhatian pada bidang ini, dia tahu banyak, sedangkan Selvi, sepertinya masih naif.

“ Selvi, sebelumya aku membaca beberapa buku medis, katanya jika tempat yang bengkak di sana tidak benar, mungkin akan berpenyakit.” Alvia berkata dengan prihatin.

“Ah? Berpenyakit? Benarkah?” Selvi berkata dengan kaget.

“Iya, penyakit yang mematikan.” Alvia berkata dengan serius. Tidak tahu dia benar-benar serius, atau sengaja menjaili Selvi.

Mendengar percakapan mereka berdua, aku merasa ingin tertawa.

“Sini, aku raba untukmu.” Ketika Alvia selesai berbicara, tangannya sudah diletakkan di atas dada Selvi.

“Aahh, hhmm… sakit.” Selvi bersuara tak tertahankan, tempat yang diremas oleh Alvia pasti memiliki perasaan yang aneh.

Alvia terkekeh dan melepaskan tangannya dengan rasa belum puas.

Aku pun terkejut, tak disangka suara Selvi begitu manis, rasa kemudaan dari gadis itu, menimbulkan kobaran api dalam hatiku. Hanya mendengar suara saja, sudah memiliki hasrat untuk melakukan kejahatan.

“ Selvi, kenapa kamu tiba-tiba mengeluarkan suara yang begitu seksi? Alvia berkata jail.

“Ah? Siapa suruh kamu tiba-tiba kemari, aku kaget, aduh!” Selvi mengerang, pasti tempat yang Alvia remas tadi masih terasa sedikit sakit.

“ Selvi, dadamu lembut sekali, tetapi tidak sebesar punyaku.” Alvia mengangkat alis kepada Selvi dan berkata tidak senonoh.

Aku tidak tahu harus menangis atau tertawa, Alvia ini, benar-benar percaya diri sekali. Tak disangka ketika kedua gadis ini sedang menungguku, akan membahas tentang kenaifan masa muda dan perasaan aneh, membuat orang sangat tertarik mendengarnya.

“Untuk apa berdada besar? Tidak sakit?” kata Selvi.

“Kamu tidak tahu, semua pria suka yang dadanya besar.” Alvia mulai berkata cabul.

“Kenapa kamu tahu begitu banyak?” tanya Selvi.

“Lihat di buku, semakin besar dada wanita, semakin lembut diraba, semakin pula disukai oleh pria. Maka dari itu, aku ingin dadaku lebih besar lagi ke depannya.” Alvia berkata serius.

“Kalau begitu bagaimana menjadi besar?” Selvi bertanya penasaran.

“Hhmm… dengar dari janda Wijaya di desa sebelah, menjadi besar tidak bisa dilakukan oleh satu orang, harus dengan bantuan pria baru bisa.” Alvia berkata dengan serius.

Aku pun tertawa karena pemikiran Alvia yang aneh. Begitu wanita mulai berkata cabul, maka tidak bisa dihentikan.

“Tadi ketika aku meraba kamu, kamu merasa nyaman tidak?” tanya Alvia.

Tangan Selvi menyentuh pada tempat yang diraba tadi dan mengangguk.

“Selain itu… aku dengar, ketika pria dan wanita melakukan hal itu, semakin besar dada wanita, semakin memiliki perasaan bahagia.” Alvia berkata dengan suara kecil.

“Wah, wah, wah, Alvia, kamu cabul sekali.”

“Yang kukatakan adalah keadaan yang sebenarnya dari badan wanita kita, oke? Tidak ada hubungannya dengan cabul.” Alvia berkata dengan serius.

“ Alvia, akhir-akhir ini kamu ada bermimpi aneh tidak?” Selvi bertanya tiba-tiba.

“Ah? Mimpi aneh?”

“Lusa kemarin, aku memimpikan seorang pria, badannya kekar.” Selvi tertegun, dia menutupi wajahnya dan berbisik, “Badan bagian atasnya tidak mengenakan baju.”

“Lalu? Pria itu ada melakukan sesuatu kepadamu tidak?” Berbeda dengan reaksi Selvi yang malu-malu, penampilan Alvia sangat menarik.

“Dia… dia… aku juga tidak terlalu ingat dengan tampangnya, lalu dia tanpa kata langsung menyerbu memelukku.” Bahkan leher Selvi pun memerah, “Dia mencium mulutku, lidahnya menjulur masuk ke dalam, sekujur tubuhku terasa panas membara….” Sambil berkata, suara Selvi pun hilang.

“Rasanya bagaimana?” tanya Alvia.

“Aku… ingat waktu itu, segenap tubuhku bagaikan mengambang di awan, di bawah kakiku semuanya lunak, di telingaku ada suara napas pria itu yang berat, sekujur tubuh terasa panas membara.”

“Bukankah sangat nyaman?” tanya Alvia sekali lagi.

Selvi mengangguk pelan.

Aku bisa membayangkan, mimpi kali itu, pria itu merangkulnya dengan erat menggunakan tangannya yang kuat, Selvi bagaikan boneka yang menggantung di badan pria itu, setiap hantaman keras dan serbuan dalam darinya, Selvi ingat dirinya hampir gila karena siksaan dari rasa bahagia yang aneh dan asing itu.

Mendengar pembahasan kedua orang ini, wajah dan telingaku juga memerah, tak disangka wanita juga akan mimpi basah pada masa pertumbuhan.

“ Alvia, kalau kamu? Ada hal yang aneh tidak?” tanya Selvi.

“Aku? Aku pikir dulu, ada satu juga.” Alvia berpikir sejenak dan berkata, “Hari itu aku ke pasar untuk membeli barang, ada orang yang menabrakku, orang itu berlari terburu-buru juga, langsung menjatuhkanku.”

“Lalu? Tidak terluka bukan?”

“Tidak sih, hanya saja… tangan orang itu kebetulan menekan di tempat itu.” ujar Alvia..

“Aku meraba tempat itu sendiri, tidak ada perasaan bagaimana. Tetapi entah kenapa, ketika pria itu merabaku hari itu, aku merasa sekujur tubuh seperti tersambung dengan listrik, rasanya kesemutan.”

“Ah? Aku juga, ternyata bukan aku sendiri. Entah kenapa, sekarang begitu pria menyentuhku, badanku mudah menjadi panas dan dada pun semakin bengkak.” kata Selvi.

“Aku juga, lusa kemarin ada pria di jalan yang sering kali menatapku, aku merasa apakah dia menyukai aku?” ujar Alvia.

“Aahh, kamu terlalu banyak berpikir sendiri.” Selvi tertawa terbahak-bahak.

“Tidak ada!”

Aku benar-benar ingin berdeham untuk menunjukkan keberadaanku. Selvi dan Alvia sangat galak terhadapku sejak kecil, dalam pandanganku, mereka berdua sangat angkuh, membuat orang ingin menarik jarak dengan mereka. Tetapi mendengar percakapan mereka tadi, aku merasa kedua gadis ini, angkuh dari mana, jelas-jelas adalah dua orang mesum.

“ Gilang kenapa masih belum datang? Apakah tidak datang?” tanya Selvi.

“Tunggu sebentar lagi saja, jika dia tidak datang, kita pulang sama-sama.” Alvia tertegun dan bertanya, “ Selvi, menurutmu, apakah dada pria juga terasa sakit?”

“Pria seharusnya tidak, tidak pernah terdengar.” kata Selvi.

“Kalau begitu, dada wanita menjadi besar, menurutmu, barang dari pria itu apakah juga akan memanjang? Apakah akan sakit?” tanya Alvia.

“Aku juga tidak tahu. Masalah seperti ini juga tidak bisa ditanyakan begitu saja.” ujar Selvi.

“Bukankah kamu pernah memimpikan itu? Siapa pria di dalam mimpi itu?” tanya Alvia sekali lagi.

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu