My Enchanting Guy - Bab 82 Irvan Lin yang Ketakutan

Kalau dilihat-lihat di dalam ruangan private ini, semuanya adalah tokoh-tokoh besar di Kota Shanghai. Tetapi mereka bersikap hormat dan santun di hadapan Stanley Ning, dan semuanya memasang senyuman untuk mencari perhatiannya.

Di sebelahnya, Irvan Lin masih saja kebingungan dan melongo.

Kalau hanya sekedar pamannya yang bersikap segan, hingga hormat dan patuh terhadap Stanley Ning, yah sudahlah. Tetapi sekarang ini, seluruh tokoh-tokoh besar dunia bisnis Kota Shanghai yang berada di ruangan itu pun juga berbuat demikian. Nah, ada yang janggal di sini.

Sekalipun Irvan Lin adalah seorang idiot, tetapi dia juga dapat menilai bahwa latar belakang dan jati diri Stanley Ning pasti tidak akan dapat ditebak oleh orang biasa.

Mengingat tadi dia sempat meremehkan Stanley Ning, seluruh tubuh Irvan Lin dibanjiri perasaan dingin menusuk. Rasanya dia ingin menampar wajahnya sendiri.

Dia masih berusaha terlihat seperti orang hebat, padahal orang hebat sesungguhnya sedang berdiri di hadapannya.

Bukankah ini terlihat seperti mengibas-ngibaskan golok di hadapan Guangong (Tokoh terkenal, Jenderal Perang).

Bila teringat hal ini rasanya Irvan Lin ingin menangis saja.

Wajah Stanley Ning sih biasa saja saat dihadapkan dengan sikap hormat berlebihan yang ditunjukan oleh orang-orang tersebut. Dengan tenang dia berkata: “Anda-anda sekalian, jangan sungkan-sungkan. Silakan duduk.”

“Tuan Ning, Anda juga jangan sungkan, silakan duduk terlebih dahulu!”

“Betul, betul, Tuan Ning, duduklah terlebih dahulu!” melihat Stanley Ning juga menjaga sopan santun terhadap mereka, mereka merasa tersanjung. Mereka tersenyum, saling mempersilakan.

Stanley Ning tersenyum tanpa berkata apa-apa, kemudian dia duduk.

Yang lainnya saling bertukar pandang, kemudian satu per satu mereka pun ikut duduk.

Wajah mereka masih saja dipenuhi dengan kegembiraan yang tidak hilang-hilang. Nyaris saja mereka menganggap Stanley Ning seperti leluhur yang sedang mendatangi mereka.

Mereka tahu akan jati diri Stanley Ning yang sebenarnya. Keluarga Ning dari Kota Beijing. Itu adalah sebuah keberadaan yang sulit tergapai. Sekarang mereka bisa-bisanya duduk satu meja makan bersama Tuan Muda dari keluarga Ning. Bagaimana mungkin mereka tidak bersemangat.

Hal ini bisa mereka jadikan bahan bualan seumur hidup!

“Tuan Ning dapat hadir adalah kehormatan bagiku. Tuan Ning, satu gelas ini akan aku minum habis untuk menghormatimu. Silakan Anda minum pelan-pelan saja.” Tidak lama kemudian, Direktur Perusahaan Royal Pharmacy, John Guan berdiri sambil mengangkat gelas araknya, memimpin rombongan itu untuk bersulang.

“Tuan Ning, aku juga akan minum untuk Anda!”

“Tuan Ning…” para direktur yang lain juga mulai adu cepat dan takut tertinggal dan melewatkan kesempatan ini.

Para tokoh pebisnis itu hendak bersulang sebanyak tiga gelas berturut-turut.

Stanley Ning berdiri, dengan datar menggelengkan kepalanya: “Maksud baik Anda sekalian, aku yang rendah ini akan menerimanya di dalam hati, tetapi maaf, karena toleransi alkoholku terbatas, aku hanya bisa meminum teh ini untuk menggantikan arak. Mohon pengertiannya.”

Sambil berkata demikian, Stanley Ning menuang segelas teh, dan menghirupnya perlahan.

Orang-orang tersebut mendengar permintaan maaf dari Stanley Ning, melambaikan tangannya. Mereka malah merasa semakin tersanjung saja.

Stanley Ning dapat menggunakan teh sebagai pengganti arak untuk minum bersama mereka saja sudah merupakan suatu kehormatan besar. Dengan demikian saja mereka sudah kepalang senang, bagaimana mungkin mereka merasa keberatan?

Sebaliknya Irvan Lin yang tidak diperhatikan sama sekali dari tadi, duduk tidak, berdiri juga tidak, rasanya serba salah.

Tidak perlu diingatkan betapa menyesal dirinya. Ingin sekali memberi mulut besarnya sebuah pelajaran.

Mereka semua duduk kembali.

Pada saat itu, Laiv Lin baru berdiri, sambil tersenyum mengenalkan Irvan Lin kepada yang laing: “Saudara-saudara, aku perkenalkan, ini adalah keponakanku Irvan Lin. Apabila ada kesempatan di kemudian hari, mohon bimbingan dari saudara-saudara sekalian.”

Selang sejenak tanpa suara, senyum Laiv Lin menghilang dari wajahnya. Dia menatap Irvan Lin dengan tatapan setajam baja: “Untuk apa diam saja di sana? Ayo cepat bersulang dengan para direktur ini.”

Irvan Lin tersadar dari lamunannya, dengan patuh berjalan menghampiri mereka. Dibandingkan dengan dirinya yang angkuh seperti empunya dunia tadi, tampak seperti dua orang yang berbeda.

Stanley Ning sebelumnya sudah menduga bahwa Irvan Lin adalah keponakan Laiv Lin. Dunia ini terkadang memang sempit sekali.

Tapi, dia tidak berencana menyebut-nyebut soal kejadian tadi.

“Pa… para direktur sekalian, aku akan bersulang untuk Anda.” Irvan Lin mengangkat gelas araknya, dengan bulir-bulir keringat dingin di keningnya dan suara bergetar yang terbata-bata.

Baru kali ini dia menghadapi keadaan seperti ini. Dia sama sekali tidak bisa menghadapinya dengan tenang seperti Stanley Ning.

Bicaranya pun sambil gemetaran.

Para direktur itu melihat Irvan Lin, dan dengan dingin mengangkat gelas mereka.

Dibandingkan dengan perilaku mereka terhadap Stanley Ning sangat jauh berbeda.

Tetapi mereka tidak bisa disalahkan. Bagaimanapun juga mereka adalah bagian dari direktorat Perusahaan Ninetop. Kalau saja Irvan Lin bukanlah keturunan Laiv Lin, mereka sama sekali tidak akan memandangnya sekalipun.

Melihat performa Irvan Lin yang seperti itu, Laiv Lin juga diam-diam menggelengkan kepala.

Pengecut sekali dia. Tidak ada daya dorongan sama sekali. Pasti sulit untuk memperoleh kesuksesan besar.

Sambil melihat Stanley Ning yang dari awal sampai akhir memiliki pembawaan santai tetapi mantap.

Tuan Muda keluarga besar, ternyata sungguh luar biasa!

Setelah bersulang, Irvan Lin kembali ke pinggiran ruangan dengan merunduk dan tidak berani bicara. Seluruh kerah bajunya saja basah kuyup terkena keringat dinginnya.

Bila dibandingkan dengan Stanley Ning di sebelahnya, benar-benar bagai langit dan bumi.

“Tuan Ning, apabila di kemudian hari Anda membutuhkan kami, silakan beri tahu kami. Kami pasti akan mengerahkan seluru kemampuan kami untuk mendukung Anda.”

“Benar, Tuan Ning, Anda tidak perlu segan-segan.”

Selanjutnya, Para direktur itu lagi-lagi menggunakan berbagai cara untuk menyenangkan Stanley Ning. Mereka semua sama-sama berharap dapat memiliki koneksi dan bergantung kepada keluarga besar Ning.

Bagaimanapun juga kesempatan seperti ini sangat sulit didapatkan.

“Baiklah.” Stanley Ning menganggukan kepala. Dia tidak berlagak sombong dan membalas mereka dengan senyuman.

Tidak ada jeleknya menambah teman.

Tidak lama kemudian, Stanley Ning bangkit berdiri dan berpamitan: “Isteriku masih menungguku di ruangan sebelah. Aku pergi dulu.”

Setelah berkata demikian, dia hendak beranjak pergi.

Para direktur dan Laiv Lin juga sibuk berdiri untuk mengantarnya: “Tuan Ning, selamat jalan!”

Pada saat bersamaan, mereka juga membuat catatan di dalam hati. Leticia Lin dan Perusahaan Letophika. Apabila mereka bertemu di kemudian hari, mereka harus baik-baik melayaninya.

Stanley Ning mengangguk kecil, dan melangkah keluar dari ruangan private itu.

Laiv Lin cepat-cepat memanggil Irvan Lin dan menginstruksikan kepadanya: “Layanilah Tuan Ning dengan baik. Kalau sampai ada kelalaian, atau ada hal yang membuat Tuan Ning tidak senang, aku akan meminta pertanggung jawabanmu.”

Mendengar kata-kata ini, Irvan Lin nyaris terjatuh, dengan ketakutan mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian dia baru keluar dari ruangan itu dengan lemas. Ekspresi wajahnya sunguh lebih jelek daripada menangis.

Sesaat keluar dari ruang private itu, Irvan Lin dengan cepat berlari menghampiri Stanley Ning. Dia ketakutan sampai nyaris menangis.

Sambil merapatkan gigi, ketakutan, dia berkata: “Tuan Ning, tadi memang aku tidak punya mata. Aku berkata hal-hal yang kurang sopan terhadap Anda. Anda orang besar yang rendah hati, tolong untuk tidak menghiraukan perbuatanku.”

Saat ini Irvan Lin bahkan sempat terpikir untuk mati saja. Kalau sampai Laiv Lin tahu apa yang tadinya dia perbuat terhadapnya, mana mungkin dia tidak akan mengulitinya?

Stanley Ning menatap Irvan Lin, sengaja terlihat ragu dan menggelengkan kepalanya: “Sepertinya tadi tidak terjadi apa-apa. Mengapa kamu minta maaf?”

Begitu mendengar perkataan ini, Irvan Lin kebingungan.

Tetapi dengan cepat dia merespon.

Baiklah. Bila Stanley Ning memang hendak menyalahkannya, dari awal dia sudah dapat mengatakan hal ini kepada pamannya. Dia tidak akan menunggu hingga sekarang.

Dia berbuat demikian pasti karena dia tidak ingin membeberkan jati diri yang sesungguhnya.

“Terima kasih banyak, Tuan Ning. Tenang saja, Aku berjanji akan melupakan semuanya. Aku tahu aku harus berbuat apa!” Irvan Lin yang sudah tersadar kembali memikul tanggung jawab yang berat. Hatinya merasa lebih bersemangat daripada menang lotre. Dengan cepat dia berjanji untuk menjamin rahasia ini.

Stanley Ning melihat Irvan Lin yang mengerti akan keadaannya, menganggukan kepala: “Aku ke toilet sebentar. Kamu boleh kembali terlebih dahulu ke ruangan kita.”

Irvan Lin mengangguk.

Setelah melihat Stanley Ning membalikkan badan dan berjalan pergi, dia menghela napas lega yang mendalam. Hanya saja kakinya masih terasa kaku.

Untung saja Stanley Ning tidak mengejar balasan, kalau tidak, habis sudah dirinya.

Tidak lama kemudian, Irvan Lin tiba kembali di ruangan private mereka. Dia tidak bicara satu patah kata pun. Dia anteng sekali seperti seorang anak kecil yang baru ketangkap basah berbuat salah.

“Irvan Lin, ke mana Stanley Ning?” Abby Mo melihat Irvan Lin yang kembali seorang diri, langsung bertanya-tanya curiga.

Leticia Lin juga melihatnya sambil mengerutkan alis. Dia agak khawatir.

“Itu, Tuan Ni… dia pergi ke toilet.” Irvan Lin baru berani mengangkat kepalanya. Dia teringat akan janjinya kepada Stanley Ning. Dengan lincahnya dia cepat-cepat mengganti gaya bicaranya.

Abby Mo dan Leticia Lin melihat reaksi Irvan Lin seperti itu, mengerutkan alisnya pada saat yang bersamaan. Hati mereka dipenuhi rasa penasaran.

Baru saja pergi keluar sebentar, mengapa bocah ini seperti berubah menjadi orang lain saja.

Tetapi kedua wanita itu tidak melanjutkan pertanyaan mereka. Mereka lanjut mengobrol.

Irvan Lin hanya bisa berdiam seorang diri. Dia tidak berani berkata apa-apa. Terutama terhadap Abby Mo. Melihatnya saja dia tidak berani.

Sementara itu, Stanley Ning kembali dari toilet. Baru saja dia hendak kembali ke ruang private Diamond, tetapi saat lewat di depan pintu ruangan lain langkahnya terhenti.

“Tenang saja, aku pasti tidak akan merugikanmu. Asalkan kamu bersedia untuk bekerja bersamaku dari dalam dan membantuku merebut Perusahaan Letophika pada saat rapat tahunan nanti, aku akan mengangkatmu menjadi manajer.

“Bahkan menjadi seorang wakil direktur pun bukan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.”

Ada suara orang muda yang cerah keluar dari ruangan itu.

Stanley Ning mengerutkan dahinya, pandangannya menjadi tajam.

Dia mendengar dua kata ‘Perusahaan Letophika’, dan yang lebih pentingnya lagi dia mendengar suara yang dia kenal. Benar sekali. Andre Lin.

“Orang ini, ternyata belum putus asa juga!” Stanley Ning menggeleng sambil tertawa dingin. Tubuhnya agak sedikit menyelip masuk. Dia berusaha mendengar jelas percakapan di dalam.

Dari dalam terdengar suara pria lain yang terdengar girang: “Terima kasih Tuan Muda Lin atas promosi kenaikan jabatannya. Aku pasti tidak akan melupakan jasa besar Tuan Muda.”

Andre Lin mengiyakan, kemudian menyeringai dingin: “Kalau begitu, mari kita rayakan lebih awal keberhasilan kita.”

Stanley Ning dapat mendengar jelas percakapan kedua orang di ruangan itu.

Jelas sekali bahwa Andre Lin lagi-lagi berulah. Dia selalu ingin melawan Leticia Lin dan Perusahaan Letophika.

Hanya saja sayang sekali, rencana besarnya ini, kemungkinan akan gagal lagi.

Stanley Ning menyeringai dan pelan-pelan pergi meninggalkan tempat itu.

Dia sama sekali tidak berniat untuk menyerang langsung, dan dia bahkan tidak terlalu menganggap Andre Lin sebagai ancaman. Karena dalam beradu kemampuan bekerja yang sesungguhnya, semua rencana gelap Andre Lin itu hanya akan berakhir sia-sia.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu