The Great Guy - Bab 31 Apakah Uang Ini Wangi?

Jordan Cao adalah preman yang sangat kejam. Jika dalam pembicaraan tidak mencapai kesepakatan, maka dia akan tidak akan segan untuk bertindak, karakter tersebut memang sudah terbentuk dari sekian lama hidup di dunia kejahatan seperti ini.

Tetapi wakil direktur hanyalah pengusaha biasa. Sewaktu Jordan Cao dalam kondisi yang begitu emosi, wakil direktur berusaha menenangkan dia: “Kakak Cao, tetap tenang, jangan terbawa emosi!”

“Gredy Du bukanlah orang biasa, dia adalah cucu dari Dimas Du, jika kita menyinggung dia, itu berarti kita juga akan bermasalah dengan kakeknya...”

Jordan Cao membanting asbak rokok dengan emosi: “Dimas Du si bajingan, begitu lama aku berada di dunia preman seperti ini, apakah aku masih perlu takut dengannya? Cepat perintahkan bawahan, hal ini harus dilakukan dengan waspada, jangan sampai orang lain mendapatkan bukti bahwa kita yang melakukannya.”

Walaupun Jordan Cao begitu sombong, tetapi dia juga perlu berhati-hati. Semua harus dilakukan dengan waspada dan jangan sampai ada kecerobohan.

Dia juga sudah memikirkan bagaimana cara untuk melarikan diri, jika terbukti dia yang melakukan semuanya!

Lagipula, dalam beberapa tahun ini mereka telah mendapatkan begitu banyak uang. Jika mencari tempat untuk memulai hidup yang baru, hal tersebut juga tidak akan membuat dia merasa sulit. Tetapi saat ini, dia masih belum bisa terima dengan kelakuan Gredy Du, Jordan Cao hanya ingin mencelakai dia.

Di saat Jordan Cao memerintahkan wakil direktur, tiba-tiba ada laporan dari sekretaris, bahwa semua media yang telah menerima sogokan dari Jordan Cao, sudah mulai memberontak dan meminta penjelasan dari Perusahaan Golden Tiger.

Berita dari sekretaris membuat Jordan Cao semakin emosi. Dia menghabiskan begitu banyak uang menyewa wartawan untuk menyebarkan permasalahan restoran dan Perusahaan Honeycom di berbagai sosial media. Tidak terpikir, dikarenakan ulah Gredy Du, menyebabkan Perusahaan Golden Tiger juga ikut terlibat, benar-benar harus menanggung perbuatan sendiri.

Gredy Du berjalan keluar dari perusahaan dengan perasaan senang, dia menelepon Malvin Mu dan mengajaknya makan malam.

Malvin Mu tentu saja menyetujui ajakan dari Gredy Du dan langsung berangkat. Malvin Mu ingin makan di Restoran Sea Wave.

Sebelumnya mereka juga ada sedikit masalah mengenai makan gratis di Restoran sea Wave, Malvin Mu bermaksud untuk sekalian menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam perjalanan menuju Restoran Sea Wave, Gredy Du tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari Siska Meng.

Siska Meng memberitahu Gredy Du sesuatu hal yang sangat penting. Dia telah mendapat bantuan Perusahaan Honeycom, sekarang Ibunya sudah rawat inap dan menjalankan proses pengobatan, biaya sekolah serta biaya hidup akan ditanggung oleh Perusahaan Honeycom secara totalitas.

“Tetapi ada persyaratan dari mereka, yaitu setelah lulus kuliah, aku harus bekerja di perusahaan mereka, apakah suatu hari perusahaan itu akan merugikan aku?”

Gredy Du merasa tidak berdaya dengan kekhawatiran Siska Meng.

Awalnya Gredy Du hanya berbaik hati dan berniat membantu, sekaligus memikirkan pekerjaan Siska Meng setelah lulus kuliah, dia sama sekali tidak terpikir Siska Meng bisa begitu waspada dengan Perusahaan Honeycom.

“Coba ceritakan apa yang kamu khawatirkan! Kamu hanya lulusan dari perguruan tinggi, mengapa ada pemikiran mereka akan merugikan kamu?”

Terus terang akan membawakan hasil pembicaraan yang lebih baik. Siska Meng termenung sambil menganggukkan kepala dan berkata: “Benar juga!”

Tidak lama setelah itu, Akhirnya Gredy Du dan Malvin Mu sampai di Restoran Sea Wave.

Sewaktu berjalan ke arah ruang private, seseorang memanggil mereka: “Hei! Kalian berdua ke sini!”

Perkataan tersebut seperti sedang memerintah pelayan.

Gredy Du memalingkan wajah dan melihat orang itu ternyata adalah manajer yang sedang menjalankan tugas dan pernah bermasalah dengannya. Manajer berjalan menghampiri mereka dan melihat Malvin Mu dengan tatapan tidak senang.

“Dari jauh aku sudah menebak itu adalah kalian, tidak menyangka kalian masih berani datang ke tempat ini. Kenapa? Ingin makan gratis lagi di sini?

“Benar-benar tidak tahu malu! Kemarin kalian cukup beruntung karena ada yang membayar untuk kalian. Hari ini masih berani datang ke sini. Kenapa? Masih belum cukup malu? Sengaja datang ke sini dan ingin mempermalukan diri lagi?”

Manajer itu tidak berhenti menyindir. Saat ini, seorang pelanggan Restoran Sea Wave berjalan masuk dan menyapa manajer, suara itu terdengar begitu akrab. Manajer tersebut langsung tersenyum dan menyambut orang itu dengan ramah.

Sewaktu orang itu bertanya mengenai Gredy Du dan Malvin Mu, manajer memaksakan senyuman dan menjelaskan: “Mereka adalah sampah, kemarin pernah memesan makanan tanpa membawa uang dan terus mencari alasan untuk kabur. Akhirnya aku menghalangi mereka. Waktu itu ada orang baik yang membayar untuk mereka, tetapi mereka hari ini masih berani datang ke sini.”

“Sangat keterlaluan. Benar-benar tidak sadar dengan identitas sendiri dan masih berani muncul di restoran yang semewah ini. Tidak tahu malu! Aku akan memanggil security untuk mengeluarkan mereka dari tempat ini, supaya tidak mengganggu kalian.”

Pelanggan itu melihat Gredy Du dan Malvin Mu dengan tatapan yang begitu menghina. Dia langsung meninggalkan mereka setelah sekilas menyapa manajer.

Setelah mengantar pelanggan itu dengan senyuman, manajer kembali membentak Gredy Du dan Malvin Mu: “Sebelum aku emosi, lebih baik kalian cepat pergi dari sini! Kalau sampai aku benar-benar memanggil security, maka kalian akan harus menanggung akibatnya!”

Malvin Mu langsung emosi mendengar perkataan yang begitu kasar dari manajer: “Dasar tidak tahu menilai orang, kamu...”

Sebelum Malvin Mu selesai berbicara, Gredy Du langsung menghalangi dirinya.

“Buat apa kamu berdebat dengan orang seperti ini! Apakah kamu ingin menampar dia?”

Malvin Mu tentu saja ingin menghajar orang ini habis-habisan, hanya saja belum tahu bagaimana cara menamparnya.

Detik selanjutnya, Gredy Du memberikan kunci mobil kepada Malvin Mu.

“Ada sesuatu yang tersimpan di koper dalam bagasi mobil, ambillah dan hajar saja orang ini! ”

Manajer merasa tidak senang mendengar pembicaraan mereka, dia memerintahkan bawahan untuk segera memanggil security.

Gredy Du tetap tenang dan sama sekali tidak emosi, dia hanya menghidupkan sebatang rokok dan tetap tersenyum kepada manajer tersebut.

“Tertawa saja sesukamu, sebentar lagi kamu akan tahu akibatnya!”

Setelah itu, semua security Restoran Sea Wave langsung ke sini.

Sewaktu manajer ingin memerintahkan mereka untuk mengeluarkan Gredy Du, Malvin Mu berjalan masuk dengan membawa sebuah koper.

“Bajingan! Benar-benar sampah! Masuk ke restoran dengan membawa koper, apakah kamu mengira di sini adalah tempat jual beli barang bekas?”

Begitu banyak kata-kata kasar. Manajer memerintahkan bawahan untuk segera bertindak.

Sebelum security berdiri di hadapan mereka, Malvin Mu sengaja membuka koper tersebut.

Itu adalah sebuah koper yang sangat besar. Koper tersebut berwarna merah dan terlihat begitu banyak uang yang masih terikat dengan rapi!

Sewaktu koper tersebut terbuka, jangankan security bahkan manajer juga ikut terkejut.

Malvin Mu sangat puas dengan ekspresi mereka.

Dia menarik koper yang berisi begitu banyak uang dan berjalan dengan sikap sombong ke hadapan manajer.

Setelah itu, Malvin Mu mengambil segepok uang dari koper dan langsung melemparkannya ke muka manajer.

“Bagaimana? Apakah uang itu wangi? Apakah sudah cukup membuat kamu merasa tertarik?”

“Ini...”

Manajer mulai merasa serba salah. Sejauh ini dia menilai Gredy Du dan Malvin Mu hanya ingin makan gratis dan membuat kekacauan di tempat ini.

Siapa tahu, kali ini dia memang salah prediksi, mereka bukanlah pembuat onar, tetapi mereka memang orang kaya dan memiliki begitu banyak uang.

Manajer ingin meminta maaf kepada mereka, tetapi sama sekali tidak tidak ada kesempatan. Malvin Mu sekali lagi melemparkan uang ke muka manajer.

“Bukankah kamu berkata kami hanya ingin makan gratis? Bukankah kamu bilang kami adalah pengemis yang hanya ingin meminta makanan? Bukankah kamu juga berkata kami benar-benar tidak tahu malu?”

“Brengsek! Kamu lihat saja sendiri. Apakah kamu sudah sadar siapa kami yang sebenarnya? Tetapi sudah telat, kamu benar-benar salah menilai kami.”

Malvin Mu mengambil segepok uang, menampar wajah manajer di depan semua orang sampai mukanya berubah menjadi warna merah.

Manajer menerima semua tamparan dengan senang hati karena dia berharap setelah ini, uang-uang itu akan menjadi milik dia, semua uang itu lebih banyak berkali lipat dari gajinya...

Sewaktu manajer masih menunggu pukulan selanjutnya, Gredy Du langsung menghalangi Malvin Mu.

Malvin Mu akhirnya berhenti dan menyimpan kembali semua uang yang digunakan untuk melempar dan menampar manajer.

“Haizz... Sebenarnya aku hanya ingin pamer, aku tidak akan memberikan uang ini kepada kamu. Kamu menerima tamparan yang sia-sia, apakah itu sangat menyebalkan?”

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu