The Great Guy - Bab 21 Orang yang Tidak Tahu Malu

Orang kaya, berkuasa dan bermartabat tetapi tidak terlihat, tentu saja tidak mungkin datang tanpa alasan.

Gredy Du berdiri di depan meja kerja, menganggukkan kepala dan mengisyaratkan kepada Dimas Du: “Katakan saja.”

Tetapi Dimas Du tidak buru-buru memberitahu, sebaliknya menggunakan tongkat berkepala naga yang berada di tangannya mengetuk lantai sebanyak tiga kali.

Setelah mengetuk lantai, pintu kantor terbuka, dan seseorang berjalan masuk ke dalam.

Orang itu sama sekali tidak berekspresi, dia berbadan besar dan tegap, berperawakan sempurna, berjalan memasuki ruangan dengan tenang, membuat orang lain merasakan kehebatan dari tatapan matanya, di mana dia berada, dia tidak akan membiarkan yang lain membuat perselisihan, ini adalah wibawa dirinya.

Sewaktu dia berjalan ke hadapan Dimas Du, wibawa seperti ini menghilang begitu saja.

Tidak tahu apakah dia sendiri yang menahan wibawa itu atau karena tertutup oleh wibawa Dimas Du yang tidak terlihat dan tidak bisa diumpamakan.

Hanya saja, ini bukanlah hal yang paling diperhatikan oleh Gredy Du, tetapi yang paling diperhatikan oleh Gredy Du adalah: Dia pernah melihat orang ini, tetapi sebelumnya dia tidak berwibawa seperti ini!

“Bukankah kamu adalah salah satu bawahan dari si botak yang menyanderaku?”

Terhadap kemampuan sendiri dalam mengenal orang, Gredy Du memang sangat percaya diri.

Dia benar-benar mengingat, saat disandera oleh si botak pada malam itu, orang ini bersembunyi di sudut ruangan, tidak bersuara sehingga orang lain sama sekali tidak tahu keberadaan dia.

Dimas Du berkata: “Dia bernama Hardi Yin, sebelumnya kamu pernah bertemu dengannya, karena aku yang menyuruh dia ke sana.”

Hardi Yin menganggukkan kepala dan memberi salam kepada Gredy Du: “Iya, Tuan Muda, Tuan memerintah aku untuk diam-diam melindungi kamu ”

Gredy Du tiba-tiba sadar, tidak percaya “Si kakek gratis” ini, diam-diam menjaga dia, dia merasa sedikit terharu.

Hanya saja sebelum dia mengatakan sesuatu, Dimas Du melanjutkan perkataannya: “Belakangan ini aku akan mengurus beberapa urusan di luar negeri, kalau ada masalah kamu boleh meminta bantuan kepada Hardi Yin, dia juga bertanggung jawab untuk keamanan kamu.”

“Mengenai urusan bisnis, kamu harus banyak bertanya kepada Edyanto Liu, orang ini cukup berkemampuan dalam pekerjaan. Tetapi kamu harus ingat, banyak hal yang tidak bisa diprediksi, kamu sendiri juga harus lebih berhati-hati, jangan menjadi boneka yang hanya tahu menerima saja.”

“Terkadang, pengkhianatan dari bawahan bukanlah berasal dari ambisi mereka sendiri, tetapi karena kebodohanmu. Asalkan kamu cukup pintar, bisa menakuti mereka, maka mereka tidak akan berani untuk berambisi...”

Malam ini, Dimas Du tidak tinggal terlalu lama di kantor Gredy Du, tetapi apa yang dikatakannya sangatlah penting.

Gredy Du mengerti bahwa ini adalah pembicaraan mengenai pengalaman, Dimas Du sedang mengajarinya sesuatu, maka dia mendengarkan dengan sangat serius, juga mengerti banyak hal, sebagai pengelola dan pemimpin di perusahaan, pembicaraan malam ini sangat bermanfaat baginya.

Sebelum beranjak, Dimas Du berkata: “Aku sudah mengurus Ibumu, kamu tidak perlu khawatir lagi.”

“Ada lagi, besok pagi aku akan menyuruh orang mengirimkan kamu uang sebesar 1 miliar RMB (sekitar 2 triliun rupiah), itu akan membantu kamu dalam mengurus Perusahaan Honeycom”

Mengenai Dimas Du yang membantu dalam pengobatan Ibu, Gredy Du cukup terharu, tetapi uang sebesar 1 miliar RMB...

“Terima kasih kebaikan kamu, aku tidak perlu, aku percaya aku bisa berusaha untuk mandiri, kamu tenang saja. ”

Dimas Du tidak berkata apa-apa lagi, dia memegang tongkat berkepala naga dan beranjak pergi.

Saat kembali ke dalam mobil, mukanya terlihat ada senyuman. Bocah yang pantang menyerah ini, benar-benar membuat dia semakin menyukainya, sangat menyenangkan, sama persis dengan anak keduanya, tetapi lebih mirip dengan dirinya sewaktu masih muda, sangat mirip.

“Tuan, reaksi Tuan Muda di acara malam ini, juga merupakan cara penanganan dia saat disandera, terlihat begitu licik, cara yang dia gunakan lebih sesuai untuk urusan bisnis. Sekarang aku punya alasan kuat untuk percaya, dia akan menjadi penerus perusahaan yang paling cocok.”

Mendengarkan perkataan pengurus rumah Andry Zhong, Dimas Du merasa begitu bangga.

“Omong kosong, dia adalah cucuku...”

Acara malam ini telah berakhir, semuanya sudah beres, dan sudah kembali normal.

Pagi hari Gredy Du tetap pergi kuliah, malam belajar tentang manajemen usaha dengan Edyanto Liu, dia melewati hari-harinya dengan tenang.

Sampai hari ini bubar sekolah, saat dia membereskan barang-barang dan ingin pulang, dia dihalangi oleh ketua kelas Siska Meng.

Siska Meng memanggil dia bukanlah masalah besar, dia bermaksud untuk mentraktir Gredy Du makan malam, sebagai ucapan terima kasih atas bantuan ketika di bar.

Gredy Du tidak merasa ada masalah, saat ingin menolak, tiba-tiba ada yang berteriak dengan lantang.

“Siska Meng, sini kamu, klub kita ada tugas untuk kamu.”

Banyak mahasiswa di universitas yang membentuk berbagai klub sendiri, salah satunya adalah Klub Yonkert.

Siska Meng sejak kecil suka bernyanyi, selalu latihan vokal, saat masuk universitas, dia bergabung di Klub Yonkert.

Tetapi orang yang baru saja berteriak dan memberikan tugas padanya, adalah ketua Klub Yonkert, Budi Qian.

Gredy Du kurang lebih juga mengenal Budi Qian, nyanyian dia tidak seberapa bagus, tetapi pergaulan sangat lumayan, membawakan banyak dukungan terhadap kegiatan di Klub Yonkert, dia juga sanggup mengumpulkan banyak dana untuk mendukung berbagai perlombaan di Klub Yonkert.

Tetapi menurut kabar, wanita yang bisa menggunakan dana di Klub Yonkert untuk mengikuti lomba, semua adalah yang pernah berhubungan intim dengan dia, dan bagi yang pria, semua adalah yang selalu bermulut manis dan yang terus mengangkat dia.

Jadi dari cerita mengenai Budi Qian, Gredy Du tidak merasa kalau dia adalah orang baik.

Kenyataan memang begitu, setelah Budi Qian berdiri di depan Siska Meng, langsung berkata kepada dia: “Siska Meng, belakangan ini, kita mengalami kesulitan dengan urusan keuangan di Klub Yonkert, kamu sebagai anggota lama, juga sebagai anggota Perserikatan Siswa, seharusnya sedikit berperan.”

“Aku tahu keluargamu mengalami sedikit kesulitan, jadi tidak bermaksud memaksa kamu untuk memberi sumbangan, hanya berharap kamu ikut berpartisipasi dalam mencari sponsor.”

Siska Meng sebagai anggota di Klub Yonkert, dikarenakan masalah keluarga, dia tidak ikut dalam memberi sumbangan, sebenarnya dia juga merasa tidak enak hati, oleh karena itu langsung menyetujui tugas ini: “Ok ketua, katakan saja, saya harus mencari seberapa banyak dana sponsor, aku akan berusaha mendapatkan dana itu.”

Budi Qian tertawa terbahak-bahak dan memegang bahu Siska Meng: “Aku tahu kamu sadar akan kondisi kamu, begini saja, kamu cukup dapatkan 200 ribu RMB (sekitar 400 juta rupiah).”

“Berapa?” Mendengar jumlah sebesar ini, Siska Meng bingung: “200 ribu RMB, ke mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?”

“Kenapa, keberatan yah?” melihat ekspresi Siska Meng, raut wajah Budi Qian langsung berubah: “Kamu yah Siska Meng, sebagai anggota Perserikatan Siswa, juga anggota lama di Klub Yonkert, kamu cukup aktif menggunakan uang kas untuk mengikuti semua kegiatan, tetapi tidak bersedia membantu mencari sponsor dari luar.”

“Kamu hanya tahu mengambil keuntungan dan tidak mau membantu di saat kesulitan, berani kamu melakukan hal begini?”

Budi Qian tertawa sambil menghina, sehingga Siska Meng merasa bersalah: “Ketua, aku tidak bermaksud begitu, aku...”

Siska Meng sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk berbicara, Budi Qian langsung melambaikan tangan: “Sudahlah, tidak usah berbicara lagi, lakukan saja tugasmu.”

Siska Meng sangat risau: “Tetapi ini adalah 200 ribu RMB, bagaimana aku bisa mendapatkannya, aku benar-benar tidak sanggup”

Saat ini, Budi Qian memperlihatkan niat sebenarnya.

Seperti hidung belang sambil melihat jaket tebal Siska Meng, sambil memperhatikan badannya yang padat berisi, Budi Qian berkata: “Kalau kamu tidak tahu harus bagaimana mencari sponsor sebanyak 200 ribu RMB, sore setelah bubar sekolah langsung temui aku, aku akan mengajari kamu cara mencari sponsor.”

Perkataan ini sepertinya sangat wajar, tetapi dilihat dari kelakuan dan ekspresi Budi Qian, Siska Meng langsung mengerti.

Budi Qian menggunakan 200 ribu RMB untuk memaksa dia berhubungan intim dengan dirinya!

“Kamu tidak tahu malu!!!”

Setelah tahu niatnya, wajah Siska Meng langsung memerah.

Niat Budi Qian yang begitu jelas di hadapan semua orang, dia juga malas berpura-pura: “Malu atau tidak malu, penilaian kamu tidak ada gunanya. Hadapilah kenyataan hidup ini, dari pada kamu mendapat perlakuan buruk, lebih baik kamu nikmati saja, siapa tahu itu akan lebih indah.”

“Sudahlah, pergilah cari sponsor, kalau seandainya tidak dapat, aku yang sebagai ketua Klub Yonkert, akan memberi tahu ketua Perserikatan Siswa bahwa kamu tidak bisa bekerja sama di klub ini, dan aku akan meminta ketua Perserikatan Siswa mengeluarkan kamu, mereka semua adalah teman baikku.”

“Oh ya.. dengar-dengar mahasiswa yang dikeluarkan dari Perserikatan Siswa, tidak akan mendapat beasiswa lagi, kamu berhati-hatilah!”

Siska Meng sangat marah, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Jika benar dikeluarkan dari Perserikatan Siswa dan tidak mendapat beasiswa lagi, dengan apa dia membayar uang kuliah!

Saat ini, Gredy Du berdiri.

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu