Hidden Son-in-Law - Bab 665 Suku Terpencil Turun Gunung 2

"Baik."

Kepala keluarga Ji mengangguk dan mengingatkan:"Namun, kamu tidak bisa terlalu meremehkan musuh. Pemuda bernama Morgan Chen itu bisa membunuh Pewaris Keluarga Jing, dia tentu punya beberapa kemampuan."

"Selain itu, kali ini selain kamu, pewaris dari Aliran Pedang Gunung Langit, Sekte Buddha Wilayah Barat, dan Pewaris Dian Wang semuanya seharusnya akan turun gunung untuk bersaing memperebutkan tempat di Global Martial Arts Tournament."

“Kakek jangan khawatir, aku pasti akan mendapatkan tempat untuk Global Martial Arts Tournament!” Thomas Ji mencibir, dan senyumnya penuh percaya diri. “Selain itu, aku akan membiarkan seni bela diri keluarga Ji bersinar dalam Global Martial Arts Tournament!"

...

Nansa adalah salah satu tempat jiarah suci umat Buddha di Cina bahkan dunia, memiliki Istana Potala yang terkenal di seluruh dunia.

Aliran Buddha Tantrayana adalah aliran Buddha Tibet dan dikenal sebagai Buddhisme Utara, termasuk dalam tiga aliran utama Buddhisme bersama dengan Aliran Buddha Han dan Aliran Buddha Selatan, yang mana semuanya termasuk aliran Buddha Mahayana, dengan warisan Tantra sebagai ciri utamanya.

Pada siang hari, di gunung tak dikenal yang jaraknya seratus kilometer dari Nansa, seorang pemuda berkepala gundul dan berjubah hitam, dengan matahari di atas kepalanya, menemukan setumpuk kayu kering dan bersiap untuk menyalakan api.

Satu jam yang lalu, dia memegang batu di tangannya dan membunuh lima burung dengan memetikkan batu dengan jari tangannya, lalu mencabut dan membersihkan kulitnya, siap untuk makan barbekyu.

"Tiga Sila, kamu melanggar pantangan lagi."

Sesaat kemudian, ketika pemuda itu menyalakan api dan hendak memanggang burung itu,

Seorang biksu paruh baya yang mengenakan jubah datang dengan wajah masam,"Kamu tidak hanya ingin membunuh, tetapi juga ingin memakan daging."

"Bhikkhu senior, kamu mulai lagi. Aku telah mengatakannya berkali-kali. Jika kamu tidak dapat memahamiku, tolong usir aku keluar dari agama Buddha sekarang. Biar aku bisa makan daging, minum arak dan merasakan cita rasa wanita." Setelah mendengar perkataan biksu paruh baya dan melihat biksu paruh baya mendatangi dirinya, pemuda itu mengerutkan bibirnya, lalu meletakkan burung yang telah tertusuk di atas api. "Sudah kubilang, aku ditipu oleh kalian masuk agama Buddha. Aku menyesal setengah mati, jelas sekali masuk agama Buddha yang sedalam lautan, sekarang aku ingin keluar dari lautan penderitaan secepat mungkin."

"——"

Wajah biksu paruh baya menjadi masam, otot-otot sudut matanya berdenyut-denyut dengan liar, dan sudut mulutnya mengerut, perasaan seperti ingin membunuh pemuda itu dengan satu tamparan.

Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, dia telah berpikir untuk mengusir pemuda itu dari Buddhisme berkali-kali, dan juga berpikir untuk menampar pemuda itu sampai mati berkali-kali, tetapi dia akhirnya menahannya.

Hal ini dikarenakan pemuda itu adalah Ketua Aliran Buddha wilayah barat, penerus yang ditunjuk langsung oleh Biksu Agung yang dikenal sebagai Guru Bijak. Sang Guru Bijak mengatakan bahwa pemuda itu berbakat dalam seni bela diri dan memiliki akar kearifan.

Biksu paruh baya tidak bisa berkomentar tentang bakat luar biasa pemuda itu dalam seni bela diri -- pe muda memiliki pemahaman yang kuat tentang seni bela diri dan telah memasuki tahap awal Kungfu tingkat ketiga di awal usia dua puluhan.

Apalagi sang pemuda tidak berusaha keras dalam seni bela diri.

Ya, orang ini termasuk type orang yang bekerja tiga hari dan istirahat dua hari dalam melatih bela diri, sepenuhnya tergantung pada suasana hatinya. Dia mengatakan karena dia adalah pewaris Aliran Buddha, maka dia harus berlatih seni bela diri dari Aliran Buddha!

Jika tidak, dengan bakat yang dimilikinya, bila pemuda itu bekerja keras, sekarang setidaknya bisa memasuki tahap tengah Kungfu tingkat ketiga, menyapu bersih Fighter dari generasi yang sama tanpa kekhawatiran!

Mengenai akar kebijaksanaan sang pemuda ...

Dia tidak bisa membayangkan bagaimana bisa seorang yang tidak pernah melantunkan syair suci maupun mempelajari kitab suci bisa memiliki akar kebijaksanaan?

Terlebih lagi, pemuda itu telah berulang kali melanggar sila pembunuhan, makan daging dan minum alkohol sejak kecil hingga sekarang.

Jika bukan karena tempat sini sangat terpencil, bahkan seorang wanita tidak terlihat dalam jarak seratus mil, dia curiga pemuda itu akan melanggar sila asusila -- pemuda itu baru saja mengatakan ingin mencicipi seorang wanita!

Mengenai berbagai kejahatan pemuda, biksu paruh baya pergi melaporkan pada Biksu Agung Aliran Buddha wilayah barat lebih dari sekali, tetapi tidak berhasil.

Sang Biksu Agung mengatakan bahwa Buddha tidak berada di luar, tetapi di dalam hati.

Biksu paruh baya tidak mengerti namun tidak dapat membantah, jadi dia terpaksa memendam semua pertanyaan dalam hatinya, dan akhirnya memberi julukan Tiga Sila pada pemuda itu, berharap pemuda itu dapat memperbaiki kejahatan, kembali ke jalan benar dan benar-benar masuk agama Buddha.

Tetapi sekarang tampaknya pemuda tidak hanya tidak mampu melakukan tiga sila, tetapi juga melanggar sila keempat!

"Bang--" Biksu paruh baya yang marah setengah mati, tanpa berbicara langsung melesit muncul di depan pemuda itu dengan sekejap, menendang api di depan pemuda itu.

“Bhikkhu senior, kamu terlalu menindas orang!” Pemuda bergelar Tiga Sila sangat kecewa. Biksu paruh baya hanya menatap pemuda dengan wajah masam, mempertimbangkan untuk memberi pelajarn pada pemuda itu.

"Huh, kamu tunggu, tunggu aku menerobos tahap tengah Kungfu tingkat ketiga, kita akan menghitung hutang lama dan hutang baru bersamaan. Jika tidak menghajarmu hingga menangis minta tolong, anggap saja aku kalah!"

Pemuda itu melihat bahwa biksu paruh baya akan menghajarnya, tetapi dia tidak takut, dia telah dipukuli berkali-kali dan sudah terbiasa, dan dia keberatan dipukul lagi.

“Aku menantikan hari itu segera tiba, tetapi dapatkah kamu membuat terobosan itu?” Biksu paruh baya itu berkata dengan nada menghina.

“Bhikkhu senior, kamu tidak perlu mendesakku, waktunya tiba maka akan datang sendiri, hanya masalah cepat atau lambat.” Tiga Sila mengerutkan bibirnya, menunjukkan sikap jangan berharap bisa menyembunyikan pikiranmu dariku.

“Kamu pikir kamu hebat, atau berbangga diri dengan pencapaian seni bela diri kamu yang tidak berarti. Baik juga, kali ini biar buka mata kamu dan beri tahu kamu bahwa ada langit di atas langit, dan ada orang di atas orang!” Biksu paruh baya berkata dengan jengkel.

"Bhikkhu senior, jangan-jangan kamu ingin aku bersaing dengan Pewaris Aliran Buddha dari India itu? Dipukul mati pun tidak sudi pergi, disuruh latihan seni bela diri ya aku latihan. Itu pertarungan dengan bulu!" Tiga Sila bersikap wanti-wanti, dulu Aliran Buddha wilayah barat ingin Tiga Sila mengembangkan diri, sehingga secara khusus menghubungi pewaris aliran Buddha di India dan meminta keduanya untuk bersaing, tetapi pertandingan baru saja dimulai, dan tiga sila menyerah dengan sangat tidak berprinsip, mempermalukan Alirang Buddha di Wilayah Barat.

“Guru Suci memintaku untuk membawamu ke Kota N untuk berpartisipasi dalam kompetisi kualifikasi Global Martial Arts Tournament.” Biksu paruh baya itu berkata dengan serius: “Selain kamu, pewaris Aliran Pedang Gunung Langit, Keluarga Ji, dan Raja Golok semuanya juga akan berpartisipasi."

“Pergi ke Kota N? Oke, oke, kapan kita akan pergi? Haruskah kita pergi sekarang?” Tiga Sila sangat gembira hingga matanya yang berbinar-binar, dan tidak mengatakan apa-apa tentang kompetisi seni bela diri.

Apa hubungannya itu dengan dia?

Dia hanya peduli tentang pergi ke Kota N!

Karena dia dari dulu ingin pergi ke dunia yang penuh warna-warni, apa daya dia terus terjebak dalam tempat sunyi senyap ini, tanpa kebebasan sama sekali.

"——"

Biksu paruh baya itu langsung tidak bisa berkata-kata, dan dia sangat kesal karena pemuda itu tidak perduli.

Sebab, dia juga tahu bahwa Tiga Sila tidak tertarik dengan menjadi peserta Global Martial Arts Tournament, hanya ingin merasakan dunia yang penuh warna-warni!

...

Pada waktu bersamaan.

Di hutan liar di barat daya.

"Argh--"

Saat cahaya putih berkilat, kepala beruang hitam terbelah menjadi dua oleh sebuah golok, darah muncrat seperti hujan darah.

Seorang pemuda bertelanjang dada bermandikan hujan darah, seluruh tubuhnya berlumuran darah beruang hitam, tetapi golok pusaka di tangannya tetap putih berkilau tanpa jejak darah.

Membunuh tanpa ternodai darah.

Golok pusaka di tangannya dinamakan sebut Golok Xuanyuan, yang merupakan pusaka turun temurun dari nenek moyang keluarga Wang!

Namanya Jodie Chu, dia adalah pewaris sekarang yang dipilih oleh pewaris sebelumnya Dian Wang dengan cermat!

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu