Hidden Son-in-Law - Bab 141 Leony Tsu

Begitu Morgan masuk, semua mata tertuju padanya.

Edison Tsu mengerutkan kening, melihat Morgan begitu santai, tidak seperti seorang petarung, dia juga masih sangat muda, mungkinkah orang seperti dia mengenal Garrison?

“Hei kawan, kamu kenal dengan Garrison?” Edison bertanya. Meski kebingungan, dia tetap tidak ingin mengabaikan sopan santun berbicara.

Morgan menggelengkan kepala, berkata: “Belum kenal.”

“Lalu untuk apa kamu mencari Garrison?” Kening Edison semakin mengerut.

“Kelahi.” Morgan menjawab sambil tersenyum kecil.

Wajah Edison Tsu sontak menjadi suram, mencari Garrison untuk kelahi? Kamu pasti sudah bosan hidup.

“Pfffttt.”

Leony tidak mampu menahan lagi, langsung tertawa lepas.

“Hei saudaraku, tahukah kamu siapa Garrison?” Ernando Zhao mulai emosi, dia curiga Morgan datang untuk mengacaukan suasana, bukan seorang petarung saja berani mencari Garrison untuk berkelahi, mungkin saja satu jari telunjuk Garrison cukup untuk membuatnya kehabisan nafas.

“Tahu.” Morgan tersenyum.

“Tahu apanya kamu!” Ernando membalikkan bola mata, berkata dengan kasar: “Hei Saudara, jujur saja padamu, Garrison bukanlah orang yang pantas kamu tantang, jika kamu sadar diri, segera tinggalkan arena kami, jangan menambah beban disini.”

“Aku memang datang mencari Garrison untuk berkelahi.” Morgan tersenyum pahit, kenapa berkata jujur saja tidak ada yang percaya.

“Kelahi? Tepatnya mencari mati.” Ernando Zhao berkata dingin.

“Hei, Paman, apakah kamu seorang petarung?” Saat ini, Leony tiba-tiba berkata sambil tertawa.

Paman? Morgan meraba hidung sendiri, sedikit kehabisan kata-kata, mungkinkah dirinya setua itu?

“Leony!” Edison melototi Leony dengan kesal, dari hari ke hari anak ini semakin tidak bisa diatur, apakah semua tentang seorang petarung boleh disebarkan ke orang biasa?

Leony Tsu menjulurkan lidah, memasang wajah setan kepada Morgan.

“Hei kawan, kamu punya dendam apa dengan Garrison?” Edison bertanya, dia bisa melihat yang diucapkan Morgan tidaklah sembarangan, hanya saja dia tidak mengerti Morgan yang bukan seorang petarung, bagaimana bisa punya masalah dengan Garrison.

“Memang ada sedikit dendam.”

“Harus dibalaskan?” Edison mengangkat alis.

“Harus dibalaskan!” Morgan berkata dengan sangat tegas.

Edison menghela nafas, berkata: “Hei kawan, dengarkan saran dariku, segera tinggalkan tempat kami, Garrison bukanlah tandinganmu.”

“Jika tidak dicoba kenapa bisa tahu bukan tandinganku.” Morgan berkata sambil tersenyum, perkataan Edison tentu saja demi kebaikannya, tetapi sesungguhnya Edison telah memandang rendah dirinya.

Edison mengerutkan kening lagi, mulai tidak senang dengan Morgan, dia sudah berbicara sangat jelas, kenapa anak itu tetap saja tidak mengerti juga.

“Jika memang seperti itu, terserah kamu saja.” Nada bicara Edison mengandung hawa-hawa mematikan, jika Morgan sendiri ingin mencari mati, dia pun tidak bisa menghadangnya.

“Baik.” Morgan tersenyum, berjalan ke samping.

Di sisi lain Ernando, Tanadi dan lainnya mulai melakukan pemanasan, mempersiapkan diri untuk pertarungan yang sebentar lagi akan dimulai.

Tidak ada yang menyoraki Morgan, Morgan pun merasa diabaikan, dia mulai melihat-lihat ke sekeliling arena, arena bela diri Edison dilengkapi peralatan-peralatan yang sangat lengkap.

Manusia kayu, kantong pasir … dan lain-lain, semua yang diperlukan ada disana.

Saat ini tatapan Morgan jatuh pada sebuah kantong pasir di dalam arena, dikatakan sebagai kantong pasir, tetapi sesungguhnya bukan kantong pasir biasa.

Karena yang tersimpan di dalamnya bukan lagi pasir biasa, melainkan pasir besi.

Benar sekali, pasir besi.

Kantong pasir yang digantung setinggi 2 meter, memiliki diameter sebesar drum air, penuh oleh pasir besi.

Hanya digantung disana saja cukup memberikan tekanan besar bagi orang-orang.

Kantong pasir lain di sekitar memiliki berat 10 kg, 20kg, dan 30kg, kantong-kantong pasir biasa itu digunakan sebagai alat latihan bagi pemula dari luar.

Ada juga kantong pasir seberat 50kg dan 80kg, dikhususkan untuk para petarung dalam arena.

Dan kantong pasir besi yang menarik perhatian Morgan ini, terlihat memiliki berat setidaknya 500kg, para petarung biasa akan sangat kewalahan untuk menggerakkannya, apalagi berlatih menggunakannya.

“Hei, Paman, apa yang kamu lihat?” Saat ini, semua suara jernih terdengar dari arah belakang, tanpa menoleh saja Morgan tahu itu gadis kecil yang cerdas tadi.

“Melihat kantong pasir.” Morgan berkata dengan nada datar, kantong pasir seperti itu juga ada dalam arena latihan bela diri Keluarga Chen, tetapi lebih berat dari yang terlihat di depan mata, dengan berat mencapai 1000 kg.

Leony kehabisan kata-kata mendengarnya, menbalikkan bola mata, lalu berkata: “Tentu saja aku tahu yang kamu lihat itu kantong besi.”

“Jika sudah tahu kenapa masih bertanya?” Morgan Chen tersenyum.

Leony Tsu menggigit gigi, berkata dengan kesal: “Hei Paman, kenapa kamu berbicara seperti itu?”

“Maksudnya?” Morgan sedikit terkejut.

“Tidak ada apa-apa!” Leony menghentakkan kaki dengan kesal, anak ini sungguh tidak bedanya dengan idiot.

“Oh.” Morgan mengiyakan, mulai mengalihkan pandangan ke arah kantong besi lagi.

Melihat Morgan masih mengabaikannya, Leony Tsu benar-benar marah, memangnya apa yang bagus dari kantong pasir itu, memangnya lebih cantik dari diriku?

Tidak boleh dibiarkan, orang ini harus dikerjai! Leony sungguh tidak terima, dia merasa harus memberi hukuman seberat-beratnya pada orang itu.

“Paman, apakah kamu ingin mencobai kantong pasir itu?” Mata SuLinyu berputar, mendadak berkata.

“Hm? Bagaimana caranya?” Morgan menatap mata Leony, tersenyum iseng.

Ditatap seperti itu oleh Morgan membuat Leony tidak tahu harus bagaimana, tetapi segera berkata dengan serius: “Tentu saja mencobai dengan tinjuanmu, Paman, sama seperti meninju kantong pasir biasa, tinjulah sekuat tenaga, nanti juga tahu bagaimana kualitas kantong pasir itu.”

“Benarkah?” Tatapan iseng dalam mata Morgan semakin kuat, anak perempuan ini, bisa-bisanya berencana mengerjai dan menertawakannya.

Bagaimanapun juga, isi dari kantong pasir itu adalah pasir besi, meninjunya dengan tangan sama halnya dengan meninju besi, mungkinkah orang biasa tidak merasakan sakit saat meninju besi?

“Benar.” Leony berkata dengan sangat yakin.

“Baiklah jika begitu, aku coba.” Morgan tersenyum kecil.

“Hihi, semangat Paman.” Leony tertawa cekikikan, terlintas senyum bangga dalam mata indahnya. Hasil sudah terlihat, setelah melepaskan tinjuan, Morgan pasti akan berteriak kesakitan, bahkan tidak menutup kemungkinan akan mengalami kilir di pergelangan tangan. Tiba saatnya nanti, jika Morgan memintanya mengantar ke rumah sakit, dia pasti akan menolak, biarkan saja orang itu menanggung malu.

Morgan berjalan ke depan kantong pasir, melihat sekilas kepalan tangan sendiri, bersiap-siap meninju kantong itu.

“Tunggu sebentar!”

Melihat Morgan meninju sambil berdiri, Leony segera mencegatnya.

Morgan melihatnya dengan heran, ada apa lagi dengan anak perempuan ini.

“Paman, gerakanmu tidak memenuhi standar.”

Leony berjalan menghampirinya, ‘berbaik hati’ membenarkan posisinya sembari berkata: “Paman, saat meninju kantong pasir, kita harus mengandalkan tenaga pada pinggang, jadi kamu harus memulai dari kuda-kuda dulu, barulah bisa mengeluarkan tenaga dari pinggang, berdiri lurus seperti ini tidak akan mengeluarkan tenaga maksimal.”

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu