Hidden Son-in-Law - Bab 97 Ketakutan Bagi Seorang Petarung

"Sekarang kamu tahu untuk menolong orang? Bukannya tadi kamu begitu sombong?" Morgan Chen tersenyum mengejek. Sumarlin Lee ini begitu datang sudah ingin menamparnya. Benar-benar sangat sombong.

Begitu mengetahui statusnya segera berlutut dan memohon seperti seekor anjing.

Morgan Chen memang sangat muak dengan orang yang sombong di depan yang lemah tetapi begitu bertemu dengan yang kuat dia langsung menangis dan memohon.

"Aku......"

Sumarlin Lee menurut, menundukkan kepala tanpa berani berbicara.

"Potong tangan dia yang lain, agar dia dapat mengingatnya." Morgan Chen berbicara dengan datar.

"Baik Tuan Muda Chen." Teddy Yang mengangguk dengan hormat. Tetapi dia merasa Morgan Chen sedikit baik hati, jika menjadi dia, dia pasti akan segera membunuh David Bai.

"Tidak bisa! Kamu tidak bisa berbuat seperti itu! Lebih baik kamu membunuhku lebih dulu jika ingin memotong tangan putraku!" Melihat Teddy Yang benar-benar akan melakukannya, Sumarlin Lin seketika menjadi panik. Dia seperti wanita gila melindungi David Bai.

"Minggir!" Suara Teddy Yang sangat dingin. Tidak akan berguna bagi Teddy Yang jika Sumarlin Lee memohon seperti ini di depannya.

"Aku tidak mau! Jika kamu memiliki nyali, bunuh saja kami berdua!" Sumarlin Lee sudah bertekad untuk melindungi David Bai. Kekuatan Kelurga Lee juga tidak kecil, dia benar-benar tidak percaya, Teddy Yang akan berani membunuh mereka berdua di depan begitu banyak orang.

"Kamu benar-benar mengira aku tidak berani membunuhmu?!" Wajah Teddy Yang membiru dan berbicara sambil menggertakkan giginya. Perbuatan Sumarlin Lee membuat dia kehilangan harga dirinya di depan Morgan Chen bagaimana mungkin dia seorang Tuan Muda tidak bisa melawan seorang wanita gila?

"Kamu bunuh saja! Kamu bunuh saja kami berdua! Lagipula aku sudah memutuskan untuk tetap hidup!" Sumarlin Lee menggunakan cara yang biasa digunakan pada Martin Bai di rumahnya.

Ekspresi Teddy Yang menggelap, pada tatapannya terdapat tatapan membunuh!

Karena kamu cari mati, maka kamu tidak dapat menyalahkan aku.

"Tuan Muda Yang!" Pada saat ini Martin Bai yang sejak tadi berdiam diri di samping pun berlutut.

"Tuan Muda Yang, tolong lepaskan mereka." Martin Bai menghela nafas, "semuanya adalah salah aku. Aku tidak mendidik anak kurang ajar ini dengan benar, aku sudah terlalu memanjakan Sumarlin Lee sehingga membuat mereka membuat kesalahan separah ini."

"Tuan Muda Yang jika ada apa-apa lampiaskan saja kepadaku."

"Paman Bai apakah kamu sedang memaksa aku?" Teddy Yang bertanya dengan pelan. Bagaimana pun juga Martin Bai merupakan Kepala Keluarga Bai, kedudukan dia terpampang jelas di sana. Meskipun dirinya pun, dia juga tidak akan berani melakukan apa-apa kepada Martin Bai.

Martin Bai menggelengkan kepalanya berkata: "Tuan Muda Yang aku tidak memaksamu. Aku tidak berani memaksamu, tetapi untuk kali ini anakku bisa membuat kesalahan ini karena aku sebagai seorang ayah tidak mendidik dia dengan baik. Aku juga salah, aku rela menggantikan dia."

Ekspresi Teddy Yang semakin muram, dapat terlihat dengan jelas bahwa Martin Bai sedang menyulitkan dia.

"Sudahi saja, lepaskan mereka." Pada saat ini Morgan Chen berbicara sambil menghela nafas.

"Pergi?"

Ketiga anggota Keluarga Bai tertegun. Mengapa Morgan Chen bisa melepaskan mereka secara tiba-tiba?

"Tuan Muda Chen?" Teddy Yang menatap Morgan Chen dengan kebingungan. Mengapa Morgan Chen bisa membuat keputusan seperti ini?

"Pergilah, jangan sampai aku bertemu dengan kalian kembali di Jin Ling." Morgan Chen tidak menjelaskan apa-apa langsung melambaikan tangan.

Kenyataannya Morgan Chen juga tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Hanya saja tiba-tiba teringat kehidupan dirinya dan ibunya di dalam Keluarga Chen.

Sangat mirip dengan kejadian saat ini, dia dan ibunya ditindas oleh orang lain. Tetapi yang berbeda adalah Sumarlin Lee dan anaknya memiliki orang yang melindungi mereka dan orang yang melindungi mereka ini adalah seorang ayah dan juga seorang suami.

Sedangkan dirinya dan ibunya tidak ada.

Orang yang seharusnya melindungi mereka itu, sejak dia lahir, dia sudah tidak pernah bertemu dengannya.

Jadi ketika melihat Martin Bai begitu tulus, hati Morgan Chen tergerak.

"Terima kasih Tuan Muda Chen!" Martin Bai segera membungkuk hormat.

"Terima kasih Tuan Muda Chen!" David Bai dan Sumarlin Lee juga merangkak ke depan Morgan Chen dan berterima kasih. Meskipun mereka tidak tahu alasan mengapa Morgan Chen tiba-tiba melepaskan mereka, tetapi sudah pasti merupakan suatu hal yang baik.

"Jika kedepannya aku melihat kamu masih begitu sombong, aku tidak hanya menghukummu dengan hanya memotong tanganmu saja." Morgan Chen berkata dengan tenang.

"Tuan Muda Chen, aku tidak akan mengulanginya kembali! Kedepannya aku akan menjadi orang yang rendah hati, hingga mati pun aku tidak berani menjadi sombong kembali!" David Bai bergegas berjanji. Kali ini Morgan Chen memang sudah meninggalkan bayangan gelap pada hatinya, seumur hidupnya ini dia pasti akan mengingat Morgan Chen.

"Sudahlah,

Kalian sudah bisa pergi sekarang." Morgan Chen berkata dengan datar. Dia masih memiliki urusan lain yang perlu diurusi.

"Terima kasih Tuan Muda Chen!" Martin Bai kembali memberi penghormatan selama berkali-kali.

Setelah David Bai dan kedua orangtuanya pergi, Teddy Yang dan Jarvis Phang juga pergi.

Pada saat ini Danny Lee keluar dari toilet, betisnya dipukuli oleh Jarvis Phang hingga hancur. Akhirnya dia hanya memiliki satu kaki, tetapi karena dia merupakan seorang petarung, maka tingkat keseimbangannya pun juga lumayan. Dia tidak terlalu kesusahan untuk berjalan satu kaki, hanya saja tidak terlalu enak untuk dilihat.

"Tuan Muda Chen........." Danny Lee mengulas sebuah senyuman, tadi Morgan Chen mengatakan jika bisa membuat Sumarlin Lee membawa David Bai kemari, maka dia akan melepaskan dirinya.

"Aku ingin menanyakan beberapa hal, jika kamu menjawab dengan baik, aku akan melepaskan kamu." Morgan Chen tersenyum tipis.

Danny Lee terkejut, tetapi dia bergegas berkata: "Tuan Muda Chen Anda silahkan bertanya, aku pasti akan menjawabnya dengan jujur."

"Pada saat ini di dunia petarung seni bela diri Jin Ling, ada berapa banyak petarung kungfu tingkat ketiga?" Morgan Chen bertanya. Dikarenakan kurangnya sumber daya di Kota Changzhou, sehingga sangat sedikit adanya petarung seni bela diri. Sedangkan Jin Ling adalah sebuah ibu kota, banyak petarung-petarung dari berbagai daerah akan datang kemari. Saat ini dia sudah datang ke Jin Ling, sudah pasti dia harus mencari tahu mengenai petarung-petarung di Jin Ling.

"Petarung kungfu tingkat ketiga?" Danny Lee berpikir sejenak berkata: "Tuan Muda Chen di Kota Jin Ling ini jumlah petarung kungfu tingkat ketiga yang aku ketahui ada kisaran lima hingga enam ratusan orang. Di antara ini ada 300 orang merupakan petarung kungfu tingkat ketiga tahap awal, 200 orang merupakan petarung kungfu tingkat ketiga tahap menengah dan sisa 100 orang adalah petarung kungfu tingkat ketiga tahap akhir."

Morgan Chen mengangguk-anggukkann kepalanya, lima hingga enam ratusan petarung, hanya di dengar saja memang terdengar sangat banyak. Tetapi yang harus diketahui adalah Jin Ling adalah kota besar dengan populasi lebih dari 20 juta orang, dari 20 juta orang, hanya terdapat lima hingga enam ratus petarung seni bela diri, dapat dibayangkan betapa sulitnya menjadi seorang petarung.

Namun, ini juga terkait dengan lingkungan umum saat ini. Sejak Dinasti Ming dan Qing, tombak dan artileri mulai bermunculan sehingga status petarung sangat terancam. Ada banyak petarung yang sudah berlatih selama puluhan tahun di dalam perdesaan, begitu keluar, belum sempat bertarung, mereka sudah hancur oleh senjata tersebut.

Di zaman modern ini teknologi semakin meningkat setiap harinya dan pengembangan senjata api telah mencapai titik mencapai puncaknya. Hanya dengan sebuah pistol, sudah dapat memberikan pelajaran kepada pertarung kungfu tingkat ketiga.

Hanya petarung kungfu tingkat pertama yang memiliki kemampuan untuk melawan peluru, tetapi itu juga pada jarak tertentu.

Tentu saja dengan berlatih hingga ke kungfu tingkat kedua, peluru hanya menjadi sebuah lelucon.

Ketika Morgan Chen dan Randy Xiao melakukan perjalanan ke luar negeri, mereka telah melihat lusinan militan di sebuah negara di Asia Tenggara, dipersenjatai dengan AK, dan menembak seorang petarung. Setelah peluru itu ditembakkan, petarung itu bahkan tidak sempat mengedipkan matanya.

Ini adalah sebuah ketakutan bagi seorang petarung yang sudah berlatih hingga ke tingkat tertinggi.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu