Diamond Lover - Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali

Sebenarnya urusan pemakaman ini tidak membutuhkan banyak bantuan dari Fransiska, ketika dia bertanya kepada Jack untuk urusan pemakaman, dia telah hampir menyelesaikannya.

Hanya saja daftar nama tamu yang hadir di pemakaman ini terasa aneh, dengan Brandon yang masih sibuk dengan urusan kantor tidak bisa mengurusi ini.

Fransiska yang melihat daftar nama ini dengan seksama, di sana tertera selain nama kerabat, juga beberapa partner kerja, dan beberapa para saingan ini membuat Fransiska mengerutkan dahinya.

“Apakah ini juga harus di undang?”

“Benar, ini adalah daftar nama yang diberikan tuan muda, beberapa undangan telah di kirimkan, dan juga aku merasa ragu jika mereka datang, pemakaman tuan besar juga nyonya...” Pengurus rumah merasa tidak mengerti Brandon.

“Jika Brandon menginginkan mereka datang, dia pasti memiliki rencananya.” Fransiska memberikan daftar nama ini kepada pengurus rumah tetapi dia merasa kurang beberapa orang, kemudian kembali mengambilnya lagi.

“Tidak ada kak Leon?”

Pengurus rumah tidak menjawab, dengan perbuatan Brandon sekarang, seperti ingin memutuskan hubungannya dengan Leon, jika bukan karena Fransiska yang ingin disini, dia pasti telah membiarkan dirinya pergi.

Fransiska juga tahu jika pengurus rumah tidak bisa di tanyakan apapun, lalu dia terlebih dulu melihat dekorasi di aula duka, pengurus rumah sangat mengenal tuannya, di aula ini mereka meletakan tulip putih kesukaannya tante Chu, kemudian meletakan lagi anggrek putih untuk nyonya besar.

Seluruh dekorasi di ruangan ini di desain dengan serius, aula ini di penuhi empat foto orang, dengan foto yang di berikan minyak di depannya ini terlihat sangat dingin juga menyakitkan.

Pada saat yang bersamaan ke 4 pemakaman ini, membuat rasa sakit ini dirasakan sekali, dan mungkin merasa kehidupan ini sangat lucu.

Sekarang sebagai tunangannya Brandon, Fransiska ingin semakin mencintai dia setelah kepergian keluarganya, bukan karena dia mengasihani dia, tetapi karena dia ingin hidup bersama dengannya.

Fransiska berdiri di depan foto ini dengan tatapan penuh air mata sambil melihat ke empat orang ini, mereka ini seperti keluarganya sendiri, lalu sekarang mereka selamanya akan berada di atas.

“Kakek nenek, papa mama.” Fransiska berkata di dalam hati, walaupun dia tidak menikah dengan Brandon, tetapi mereka seperti keluarganya sendiri, “Selanjutnya aku akan menjaga Brandon dengan baik, kalian baik-baiklah di atas sana, karena aku akan bahagia bersama Brandon.”

Fransiska sendiri menyesal kenapa tidak lebih cepat mengatakan semua ini, mereka sendiri memang sangat mengharapkan mereka berdua agar bersama, tetapi karena hatinya yang tidak bisa melepaskan seseorang dan sikap Brandon yang terlihat canggung dan tidak canggung.

Walaupun keluarga Chu tidak mengatakan hal ini, tetapi mereka juga khawatir, khawatir jika ketika mereka pergi, dan akan tetap memikirkan kedua orang ini.

Fransiska berdiam sejenak di aula duka ini, lalu mempersiapkan beberapa hal, setelah dia sibuk dengan kesibukannya dia lupa akan waktu, hingga waktu telah menunjukan pukul 11 malam ketika kesibukan ini berakhir.

Dia melihat jam di ruang tamu lalu melihat ke luar ruang tamu, dia tidak tahu kapan Brandon akan kembali, juga dia tidak ingin menghubungi dia, bagaimana jika dia sedang sibuk...

Kota Roma, sebuah bar di tengah kota, dengan alunan musik blues di dalam bar ini.

Di bar, seorang wanita eksotis dengan riasan wajah smokey eyes, memegang sebuah gelas kaca dan sebuah botol anggur yang hampir habis.

Tatapan wanita yang terasa kabur ini, melihat ke orang di bar, sambil mendengar alunan musik blues, dengan sudut bibir yang di naikan, tetapi juga dengan tatapan mata yang terlihat sedih.

“Anggur...” Wanita ini menaikan gelasnya kepada bartendernya.

“Nona, kamu sudah mabuk, mungkin kamu bisa mencari keluargamu untuk menjemput kamu.” Bartender dengan baik hati mengingatkan.

“Tidak perlu ikut campur! Berikan anggurnya!” Wanita ini seketika duduk dengan tegak, lalu tatapan yang terluka itu terlihat berbeda sekarang, sambil menunggu bartendernya.

Bartender ini seketika merasa terkejut, disini adalah bar yang terkenal dan beberapa orang yang berkumpul karena melakukan acara sambil menikmati minuman, wanita ini seperti ingin memabukan diri, sungguh tidak terbiasa dengan kondisi di sini.

“Berikan segelas teh untuknya.” Melihat bartender yang ragu ini, seorang pria yang memakai jas hitam duduk di samping wanita ini, dengan tersenyum kepada bartender ini.

Bartender ini mengira dia adalah temannya, lalu memutarkan tubuhnya dan segera menyeduh teh.

Wanita ini menaikan kepalanya, sambil mengecilkan matanya melihat pria yang memesankan teh untuknya.

Seorang pria tampan berwajah asia, entah dari mana rasa percaya dirinya ini, ketika dia melihat, dengan anggunnya dia menuangkan gelas anggur ini.

Wajahnya sangat mirip dengan orang itu, anggur yang mengalir ke tenggorokannya dengan jakun yang bergerak, semuanya persis seperti orang itu, tetapi cara nya tidak seanggun ini.

Dia tidak bisa minum, dia menggoda gadis ini sambil menuangkan anggur ke gelasnnya, baru saja dia meneguknya, tetapi dia telah merasa tidak kuat dan wajahnya memerah.

“Seorang wanita di luar, jangan terlalu banyak meminum alkohol, karena akan sangat merugikan.” Brandon meletakan alkoholnya, sambil memutarkan tubuhnya ke arah wanita yang telah mabuk ini.

Wanita ini dengan tidak peduli tersenyum, lalu mengambil gelasnya Brandon, yang masih tersisa setengah, dia mengangkat kepalanya lalu memasukan alkohol ini seperti sedang meminum air.

“Kenapa kamu tahu jika aku yang rugi?” Wanita ini memukul dan meletakan gelasnya, dengan tatapan menantang ke arah Brandon.

Brandon sendiri tidak langsung menjawab pertanyaannya, juga tidak mengerakkan gelas itu lagi.

“Mendengar alunan musik blues, di malam yang mabuk ini, apakah sedang bermasalah dengan perasaan?” Brandon seperti seorang yang ahli dengan urusan perasaan, lalu bertanya kepada wanita ini.

Wanita ini menganggukan kepalanya.

“Oh, coba katakan.” Brandon bertanya.

Pada saat ini bartender tersebut datang untuk menuangkan teh, dan wanita ini tidak meminta alkoholnya lagi, dia mengambil gelas teh itu sambil mendengar alunan musik blues ini, dengan tatapan sedih yang terlihat kembali.

“Dia mati di depanku, aku melihat dia mati, awalnya aku ingin menyelamatkannya, tetapi aku tidak.” Wanita ini melihat ke arah gelas, tidak tahu apakah perkataan dia terdengar asli atau mabuk.

Brandon tersenyum dan berkata : “Tega sekali.”

Mendengar perkataan ini, wanita ini hanya tercengang, lalu perlahan memutarkan kepalanya ke arah dia, dan melihat dia dengan dalam.

Lalu seketika, wanita ini maju dan memegang leher Brandon dan mendekati dia.

Tubuhnya sangat wangi, bukan aroma parfum tetapi aroma bunga, karena telah terbiasa dengan aroma tubuh Fransiska ketika dia menghirup aroma ini, dia merasa tidak nyaman.

Walaupun wanita ini sangat menarik, tetapi dia merasa tidak tertarik.

“Kita... pergi...” kata terakhir wanita ini berbisik pelan di telinga Brandon, lalu mengecup telinganya.

Brandon mendorong wanita ini, lalu membiarkan wanita ini kembali duduk dan berkata : “Apakah kamu serius?”

“Bukankah kamu datang kesini untuk bertemu wanita cantik?” Wanita ini berkata dengan dingin.

Brandon menaikan sudut bibirnya, lalu dia menarik pinggang wanita ini, dan mereka keluar dari bar ini.

Sepanjang perjalanan mereka menemukan sebuah hotel, belum tiba di kamar, kedua orang ini telah berkecup dengan hangat di lift, hingga berada di depan pintu kamar.

Wanita ini dengan tidak sabar ingin segera membuka pintu kamar ini, dengan tergesa-gesa membuat kartu kamar ini terjatuh, dan di antara mereka tidak ada yang memunggut kartu ini, dari lorong hingga depan pintu, kedua baju mereka sudah terlihat terbuka dan Brandon mendorong wanita ini ke kasur.

Diruangan yang gelap ini, wanita ini hanya merasakan nafas dari pria ini lalu menjadi mabuk...

Wanita ini kembali bangun dan terdengar sebuah suara dari kamar mandi, dengan mata kabur dia membuka kedua matanya, lalu merasa dirinya tertidur dengan seseorang yang asing.

Di bawah kasur, adalah bajunya dan baju pria ini, kejadian kemarin berputar di benak wanita ini, belum sempat dia memikirkan semua ini, dia melihat seorang pria yang berbalut handuk keluar dari kamar mandi.

Dengan rambut Brandon yang basah, lalu melihat wanita yang sadarkan diri ini lalu tersenyum.

“Kamu sudah bangun.” Brandon sambil berkata sambil berjalan ke arah kasur, lalu memunggut baju ini.

Rasa pegal di wanita ini membuat dia mengerti apa yang terjadi kemarin, kepalanya terasa berat, lalu dia mengambil bajunya, seperti tidak peduli dengan seseroang di kamar ini.

Hanya saja ketika Brandon melihat wanita ini mengenakan bajunya, dia memutarkan tubuh dan berpura-pura sedang mengeringkan rambut.

Wanita ini menuju ke kamar mandi, lalu ketika keluar, dandanan wajahnya telah di bersihkan, dan wajahnya terlihat tidak genit dengan mata biru yang dingin.

Dia mengambil dompetnya, sambil mengeluarkan beberapa uang cash dan berkata : “Ini adalah kerjamu tadi malam.”

Brandon menaikan alisnya sambil menghitung uang yang diberikan wanita ini.

Wanita ini yang melihat Brandon menghitung uang ini dengan ahli lalu tersenyum dan pergi.

“Nona Conti, apakah pergi begitu saja?” Luccy seketika terhenti, Conti adalah nama perusahaannya, tetapi jarang ada orang yang mengetahui ini, dan untuk dunia luar dia hanya menggunakan nama Luccy.

Luccy memutarkan kepalanya, lalu melihat Brandon dengan dalam dan tidak berencana untuk pergi, dia ingin tahu seberapa banyak Brandon mengetahui ini.

Brandon dengan tidak cepat juga tidak lambat dengan rambut yang belum kering, mengambil baju di lantai, sambil memakainya dengan pelan, lalu pada akhirnya Luccy memberikan tatapan tidak sabar.

“Siapa kamu?” Tatapan Luccy melihat ke arah Brandon, seketika dia seperti mengingat wajah ini tetapi dia juga tidak bisa mengingatnya.

Brandon telah mengenakan baju ini dengan rapi, dengan rambut yang hampir kering dia berdiri sambil melihat ke arah Luccy.

“Keluarga Conti baru tiba di Itali, wajah jika tidak mengenal aku.” Brandon terdengar seperti seorang raja, dan menggunakan nada yang sombong kepada Luccy.

Luccy menaikan alisnya, berusaha untuk mencari wajah pria ini di otaknya, karena wajah ini membuat dia marah karena tidak mengenalinya.

“Brandon Chu, senang berkenalan denganmu.” Melihat Luccy yang tidak mengenalnya, Brandon memperkenalkan diri, lalu mengeluarkan tangan kanannya untuk bersalaman.

Luccy yang mendengar nama Brandon ini, dengan raut wajah sedikit marah, lalu membuat perasaan yang tidak nyaman dengan Brandon, dan tersenyum.

“Ternyata kamu.” Luccy mengeluarkan tangannya, lalu bersalaman dengan dia.

Kenapa malah beada di kasur yang sama dengan Brandon? Sepertinya alkohol ini memang merugikan.

“Lebih baik bertemu dari pada mendengar nama saja.” Brandon melihat ke arah Luccy, dengan tatapan tidak memikirkan perasaan orang lain.

Luccy sendiri tidak suka dengan tatapan ini lalu berkata : “Kita ini adalah orang dewasa, lebih baik urusan kemarin malam kita lupakan.”

Brandon menaikan sudut alisnya, seperti sangat menyetujui perkataan ini.

“Aku juga tidak berharapa kejadian kemarin malam di ungkapkan, apalagi Chu’s Corp dan keluarga Conti air sungai yang tidak bisa menganggu air danau, jika ayahmu tahu, apakah efeknya akan sangat mengerikan.” Setelah berkata, Brandon mengambil jasnya sambil tersenyum dan berjalan ke luar.

Setelah pintu tertutup, Brandon merasa menghelakan nafas lega, sambil memutarkan tubuhnya ke kamar lain...

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu