Diamond Lover - Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
Seperginya dari area keberangkatan internasional, Valerie Pei menarik Leon Gu ke area keberangkatan dalam negeri. Si pria, yang tidak tahu bahwa Javiar Pei juga akan naik pesawat hari ini, sungguh kebingungan.
“Istriku, kita mau pergi ke kota lain?” Leon Gu melihat mereka sama-sama tidak membawa koper dan tiket pesawat.
Alis dan bibir si wanita agak berkerut.
“Mengapa cemberut? Kamu tidak cantik saat cemberut.” Si pria mengangkat tangan dan merilekskan alis dan bibir istrinya. Setelah tidak ada kerutan lagi, ia baru menurunkan tangan.
“Javiar Pei hari ini pulang ke Kota A. Kamu waktu itu juga mendengarnya bilang dia ingin berpasangan dengan Emily Gu, akhir-akhirnya…… Aku juga tidak paham apa yang terjadi di antara mereka. Karena itu, aku juga tidak tahu mengapa Emily Gu tiba-tiba memutuskan melanjutkan pendidikan di luar negeri.” Valerie Pei mengangkat bahu. Soal Jade Song, ia sudah mengingatkan orang ini sebelumnya. Jadi, seharusnya tidak ada perseteruan di antara Javiar Pei dan Emily Gu.
“Kira-kira apa alasannya?” Bagi Leon Gu sendiri, keinginan adik perempuannya untuk pergi ke luar negeri juga berada di luar dugaan. Apalagi, dia sudah mendaftar universitas dan menyiapkan tiket terlebih dahulu, baru menceritakan rencananya pada orang-orang rumah.
Si istri terdiam. Setelah berpikir lebih lanjut, ia merasa tidak punya kepentingan untuk menceritakan hal semacam ini ke suaminya. Meski agak licik, Jade Song sedari awal memang sudah mencintai Javiar Pei. Dia melakukan hal yang tidak baik untuk mendapatkan orang yang dari dulu dicintainya. Jika hal yang tidak baik itu masih berada dalam batas kewajaran, Valerie Pei masih bisa memberi maaf.
Jika ia menceritakan semua ini ke Leon Gu, ia khawatir Jade Song dan keluarga Song akan dia buat tidak memiliki penghidupan yang baik kedepannya.
“Entahlah. Mungkin takdir mereka belum bertemu.” Valerie Pei menjawab dengan tidak berdaya. Soal urusan cinta, ia tidak bisa memaksa kedua belah pihak.
“Walau takdir ditentukan oleh langit, kita juga harus melihat apakah seseorang berniat mengubah takdir perjodohan ini.” Si pria bergumam pelan. Sebelum Valerie Pei mendengarnya, ia sudah mengajak si wanita untuk menghampiri Javiar Pei.
Javiar Pei jelas tidak menyangka Leon Gu dan Valerie Pei akan datang. Ia sebelumnya sudah mengingatkan mereka untuk tidak mengantarnya ke bandara……
“Kakak, Kakak Ipar, ngapain repot-repot kemari?” Sering pergi dinas, si pria bisa digolongkan sebagai pelanggan rutin bandara. Alhasil, ia pun tidak suka diantar-antar orang lain dengan sedih. Baginya, adegan itu agak kekanak-kanakan.
“Kami kebetulan memang habis mengantar seseorang.” Valerie Pei bersandar di pelukan Leon Gu. Perkataan ini sepertinya dipahami dengan detail oleh Javiar Pei. Ia tahu siapa yang habis mereka antar.
Raut wajahnya sedikit berubah, namun ia berpura-pura tidak paham.
“Ada sesuatu yang ingin disampaikan ke orang-orang rumah? Aku akan membantumu menyampaikannya.” Si adik mengubah topik pembicaraan. Secara tidak sengaja, ia melihat jam yang berada tidak jauh di belakang Leon Gu dan Valerie Pei. Sekarang jam segini, itu artinya jarak Emily Gu dengan penerbangannya tinggal sejam lagi. Wanita itu sekarang seharusnya sedang menunggu di ruang tunggu……
Melihat Javiar Pei termenung, Valerie Pei menyenggol-nyenggol bahu Leon GU. Mereka berdua secara kompak saling berpandangan.
“Tidak ada. Sana, masuklah.” Si wanita mendesak adiknya. Kelihatannya, bila tidak dipaksa, dia tidak akan bisa menyadari sakitnya kehilangan seseorang.
“Baik, aku masuk dulu. Jangan lupa menengok kami saat Imlek nanti ya!”
“Siap, siap.” Leon Gu buka suara dan mengeratkan rangkulan pada istrinya. Ia tahu, Valerie Pei sangat kangen dengan keluarganya. Setelah seklian lama pergi meninggalkan rumah, dia tetap terus mengenang para anggota keluarga Pei.
Setelah mengucapkan selamat tinggal, Leon Gu dan Valerie Pei bergegas pergi. Belum jauh mereka berjalan, si wanita sudah mengajak si pria untuk bersembunyi di balik sebuah pilar besar.
Berpikir si istri ingin curi-curi kemesraan dengan dirinya, si suami agak risih. Tetapi, setelah dipelototi, pria itu dengan patuh berdiri di belakangnya. Mereka sama-sama mengamati Javiar Pei yang bersiap menyerahkan tiket pesawat ke petugas dan melalui pemeriksaan keamanan.
“Apa menurutmu dia akan mengucapkan selamat tinggal pada Emily Gu?” Valerie Pei dengan lekat mengamati Javiar Pei, yang sudah menyodorkan tiket dan paspor. Berbagai perasaan campur aduk di hatinya.
“Menurutmu?” Saat menjawab, si pria menutup mata si wanita. Ketika ia membukanya lagi, sosok Javiar Pei sudah menghilang dari area pemeriksaan keamanan. Sudah menengok ke segala penjuru, wanita itu tetap tidak menemukan sosoknya.
“Aku benci kamu. Aku belum melihatnya!” Valerie Pei berbalik badan dan menatap Leon Gu dengan jidat terlipat-lipat.
Yang ditatap malah tertawa. Pria itu mencubit pipi wanitanya dan berkata, “Biarlah hubungan mereka berjalan sesuai kemauan mereka. Sebagai kakak Javiar Pei dan kakak ipar Emily Gu, tidakkah kamu merasa lelah memusingkan mereka melulu?”
“Tidak lelah, aku sekarang lumayan luang……”
Keduanya bergandengan tangan dan berjalan menuju pintu keluar…...
Di ruang tunggu, berbarengan dengan orang-orang yang ingin menginjakkan kaki di Amerika Serikat, Emily Gu duduk di kursi. Sembari menunggu, ia menyaksikan pesawat-pesawat lepas landas dan mendarat.
Wanita itu tidak tahu dirinya menantikan apa, yang jelas ia sesekali menengok ke lift. Setelahnya, si wanita memutuskan memakai earphone dan mendengarkan musik yang ceria. Ia berharap untuk bisa masuk ke pesawat sesegera mungkin. Setiap menit penantian membuatnya merasa sangat sedih……
“Mohon perhatian untuk penumpang penerbangan CA1502. Pesawat akan segera lepas landas, mohon Anda segera mengantri di gerbang boarding untuk melakukan check-in…...” Emily Gu memerhatikan beberapa orang sudah bangkit berdiri dan berjalan ke gerbang bording. Jam penerbangannya nampaknya sudah mau tiba.
Wanita itu memasukkan earphone-nya ke tas, memakai tas, dan bersiap untuk ikut mengantri. Tetapi, baru bangkit berdiri, lengan kanannya sudah ditahan seseorang.
Emily Gu, yang tidak menoleh ke belakang, bisa merasakan jantungnya sendiri berdebar-debar. Bahkan tanpa perlu menoleh, ia bisa menebak siapa yang memegang tangannya sekarang.
Di satu sisi, wanita itu mengharapkannya datang. Namun, di sisi lain, ia juga berharap dia tidak datang. Kebimbangan semacam ini terus menggeluti alam pikirannya.
“Haruskah kamu pergi tanpa memberikan aku salam terakhir?” Nada bicara Javiar Pei agak gelisah. Ia mungkin khawatir tidak akan keburu datang kemari karena harus melewati berbagai prosedur penerbangan.
Masih belum menoleh ke belakang, Emily Gu perlahan-lahan melepaskan tangan si pria dari tangannya. Setelahnya, ia baru berbalik badan.
“Oh, bukankah kamu sudah tahu aku akan terbang hari ini?” Emily Gu sebisa mungkin menenangkan nada bicaranya.
Javiar Pei memandangi antrian yang makin lama makin pendek. Ada sesuatu yang jika tidak ia katakan sekarang mungkin akan terlambat untuk selama-lamanya.
“Emily Gu, aku ingin memberitahu sesuatu yang penting padamu. Aku, Javiar pei, sungguh-sungguh mencintaimu dan tidak punya hubungan apa pun dengan Jade Song. Ketika ia datang ke ruang kerjaku waktu itu, aku hanya bilang padanya bahwa kami tidak mungkin bersatu. Orang yang aku selalu cintai adalah kamu, cintaku selama delapan tahun tidak pernah berubah.”
Si wanita terhenyak. Melihat foto semalam, ia jadi ingat dirinya pernah mendorong pria ini ke kolam renang di tengah cuaca yang sedingin itu.
Sekalinya cinta, maka cinta itu akan berlangsung selama delapan tahun. Rentang waktu yang luar biasa.
Melihat Emily Gu tidak terpikir apa pun dengan kata “delapan tahun”-nya, Javiar Pei agak putus asa. Sepertinya, memori-memori ini hanya dirinya seorang yang ingat.
“Sepertinya kamu tidak ingat. Kita berjumpa sejak delapan tahun yang lalu, yakni saat……”
“Ingat.” Si wanita belum pernah melihat ekspresi kekecewaan dan ketidakberdayaan di wajah si pria.
Sepasang mata Javiar Pei berbinar. Ah, ternyata dia mengingatnya1 Sayang, dirinya delapan tahun yang lalu belum seatraktif dan sehebat yang sekarang. Lagipula, waktu itu ia berpikir, jika hubungan Valerie Pei dan Leon Gu terus bisa dipertahankan, jalinan cinta antara dirinya dan Emily Gu adalah sesuatu yang mustahil.
Untungnya, hubungan Valerie Pei dan Leon Gu akhir-akhirnya berhasil berlanjut ke tangga pernikahan.
“Kapan?” Si pria memiringkan kepala dengan tidak percaya. Matanya menyiratkan kegembiraan sekaligus kekagetan.
“Aku tidak punya waktu lagi.” Melihat kerumunan yang makin lama makin sedikit, Emily Gu ragu-ragu untuk lanjut bicara.
“Kalau begitu…… bisakah kamu tetap tinggal?” Javiar Pei bertanya dengan nada memohon. Ia sendiri tahu, peertanyaannya ini kemungkinan besar tidak akan bisa mengubah apa pun.
Emily Gu memegang paspor dan tiket pesawat di tangannya, sementara di depannya ada Javiar Pei. Pilihan semacam ini……
“Maaf, aku……”
“Baik, aku paham.” Melihat wajah datar si pria, si wanita jadi tidak bisa memahami niatannya. Apakah dia ingin mengatakan bahwa dia mencintainya selama delapan tahun, lalu membiarkannya membawa cinta ini selama berkuliah di luar negeri?
Bukankah ini akan membuat kehidupannya di sana nanti jadi makin berat?
“Aku paham aku barusan memaksakan egoku untuk memintamu tetap tinggal. Tetapi, nampaknya kedudukanku di hatimu…...” Javiar Pei tidak menyelesaikan kalimat itu demi memberi si wanita ruang.
“Javiar Pei, dengarkan aku.” Emily Gu tiba-tiba merasa ada beberapa hal yang mungkin tidak akan bisa disampaikan jika tidak dikatakan saat ini: “Aku mengaku aku mencintaimu. Sejak kamu sangat garang padaku, aku sudah memperhatikanmu. Di kemudian hari, ketika kita menjalin cinta yang palsu, jika tidak ada alasan apa-pun, aku berharap bisa terus bersandiwara denganmu. Aku berharap kita bisa mengubah sesuatu yang palsu jadi sesuatu yang asli.”
“Tetapi, aku menemukan jarak yang lebar di antara kita. Aku hanya nona ketiga keluarga Gu yang punya catatan akademis mentereng. Selain itu, aku tidak punya apa-apa. Dengan kondisi ini, aku tidak merasa cocok untuk berpasangan denganmu. Aku tidak berbeda dari nona-nona keluarga terhormat lainnya. Kamu pasti sudah pernah bertemu banyak wanita model ini, jadi aku tidak ingin hanya jadi salah satu di antara mereka.”
“Kamu telah menyukaiku selama delapan tahun. Aku sangat terkejut dan tersentuh. Aku ingin jadi…… jadi orang yang layak kamu seriusi untuk waktu yang panjang.” Si wanita mengutarakan isi hatinya dengan sangat serius. Inilah salah satu tujuan dirinya berkuliah ke luar negeri.
Setelah kasus Bell gagal, ia merasa masih ada begitu banyak celah di antara dirinya dan Javiar Pei. Itu bukan kondisi yang bisa diubah hanya dengan bekerja di perusahaan selama beberapa bulan. Si wanita ingin menjadi orang yang memang layak bersanding di sisi si pria.
“Dua tahun kemudian, jika kita berdua masi lajang, aku merasa mampu menjadi orang yang berdiri di sebelahmu. Nanti kita bisa berpasangan, oke?”
Emily Gu sudah bicara sejauh ini, masih punyakah Javiar Pei sebuah kesempatan untuk berkata tidak? Jika menolak, ia sama saja dengan menghapus kesempatan mereka menjalin cinta untuk selama-lamanya.
“Aku akan kamu ke sana.” Si pria masih memiliki banyak hal yang ingin dikatakan. Terkait Jade Song, jika ia memberi klarifikasi dari awal, mana mungkin mereka bakal berkonflik seperti ini?
Javiar Pei sama sekali tidak mempercayai pengakuan Emily Gu bahwa dia tidak cocok bersanding di sisinya. Kalau Emily Gu saja tidak cocok, lantas siapa yang cocok? Selama belasan jam di pesawat, mereka harus bisa menjelaskan isi hati masing-masing sejelas mungkin. Jika itu terlaksana, mereka bisa jadi tiba di Amerika Serikat hanya untuk langsung kembali ke China dan mulai menjalin cinta.
“Mohon Nona Emily Gu segera naik ke pesawat, mohon Nona Emily Gu segera naik ke pesawat, pesawat akan segera berlepas…….” Orang di gerbang boarding telah memanggil nama si wanita……
“Javiar Pei, sampai jumpa.” Emily Gu dengan cepat berjinjit dan mengecup bibir Javiar Pei. Sebelum si pria keburu menahan tubuhnya, wanita itu sudah tiba di gerbang boarding dan menyerahkan paspor serta tiketnya untuk dicek petugas.
Dengan jari telunjuk, si pria mengelus bibirnya yang masih terasa hangat. Bayangan tubuh wanita yang dikasihinya itu lalu lenyap di sudut garbarata.
Dibanding delapan tahun, dua tahun adalah masa waktu yang teramat singkat. Ia sudah pernah menunggunya selama itu, jadi ia kali ini pasti akan berhasil menantinya lagi.
Javiar Pei kembali ke ruang tunggu penerbangan domestik. Ia sampai sekarang masih agak tertegun. Dirinya dan Emily Gu punya janji yang berdurasi dua tahun…...
“Javiar Pei?” Di ruang tunggu, sebuah suara tiba-tiba memasuki telinga si pria. Ia menoleh ke sumber suara itu, lalu menjumpai seseorang yang sudah lama tidak ditemuinya. Orang itu memegang tiket pesawat dengan destinasi Kota A, sama persis dengan dirinya.
“Pulang ke Kota A?”
Novel Terkait
Hanya Kamu Hidupku
RenataCinta Yang Berpaling
NajokurataKing Of Red Sea
Hideo TakashiThe Sixth Sense
AlexanderMy Cute Wife
DessyThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensIstri kontrakku
RasudinAdieu
Shi QiDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)