Diamond Lover - Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya

Valerie Pei baru terbangun pada pukul tiga subuh. Ia jelas tidak tahu bahwa yang membawaya ke rumah sakit adalah Leon Gu. Ketika terbangun, wanita itu melihat Jennifer Shen terbaring di sebelah tempat tidurnya. Sebagai seorang atasan, ia merasa agak tidak enak hati. Tugas asistennay itu hanya menemaninya tugas dinas saja, eh ini malah harus menghabiskan waktu dengannya di rumah sakit juga.

Pada momen ini, Valerie Pei juga tidak melihat Leon Gu.

Hanya dengan sedikit gerakan si bos, si asisten langsung terbangun. Ini karena tidurnya sama sekali tidak dalam. Melihat tatapan lemah Valerie Pei, ia seketika terbayang Leon Gu yang hanya berjaga sekitar dua jaman tadi. Jennifer Shen heran mengapa pria itu tidak bersedia berjaga sampai Valerie Pei bangun saja.

“Aku baik-baik saja. Kembalilah ke hotel dan istirahatlah, maaf sekali ya.” Valerie Pei melambaikan tangan dengan senyum minta maaf.

Jennifer Shen buru-buru membantu Valerie Pei merapikan selimut, lalu menjawab, “Tidak, aku tidur di sini saja, kembali ke hotel kan juga memerlukan waktu. Kamu haus tidak? Mau aku tuangkan segelas air?” Sebelum penawaran itu dijawab, si asisten tanpa sadar sebenarnya sudah langsung bergerak menuangkan air untuk bosnya. Setelah menuangkan air, ia menegakkan posisi tempat tidur Valerie Pei dan menaruh sedotan di gelasnya supaya lebih mudah diminum.

Terhadap perhatian Jennifer Shen, Valerie Pei merasa terhangatkan. Ia teringat masa-masa di mana kakak selalu berjaga di sisinya tiap sakit dulu. Kala itu, kakak tidak pernah mengizinkan siapa pun untuk menyentuhnya. Setelahnya, begitu masuk keluarga Gu, ia harus merawat dirinya sendiri ketika sakit. Pilek, demam, dan lain-lain…… semuanya hanya dilawan dengan minum obat tanpa disertai tambahan istirahat.

“Terima kasih.” Setelah menegak air, Valerie Pei merasa tenggorakannya jauh lebih nyaman. Selain itu, benaknya juga tidak ngantuk seperti saat barusan baru bangun. Ia seketika teringat bagaimana dirinya tersungkut, lalu diangkat oleh sebuah dekapan yang familiar. Apakah pemilik dekapan itu adalah si dia?

“Tuan Pei, kamu sangat kelelahan. Sepulangnya dari tugas dinas ini, kamu harus banyak-banyak istirahat, daripada nanti tersungkur lagi.”

Valerie Pei sendiri juga sangat ingin beristirahat, namun situasi sekarang tidak mengizinkan.

“Lelah itu bagian dari hidup,” respon si bos dengan tidak acuh. Dua puluh tahun pertama hidupnya berjalan sangat mulus, jadi mungkin di masa sesudahnya ini ia memang harus banyak berlelah-lelahan.

“Tapi jangan sampai berlebihan juga lah. Eh, ada banyak orang yang sangat peduli pada CEO Pei loh. Kalau aku jadi kamu, entahlah sebahagia apa aku!” ungkap Jennifer Shen dengan kekaguman. Ia tadi menyaksikan sendiri betapa paniknya Leon Gu ketika bosnya pingsan. Walau statusnya mantan suami, ia bisa merasakan bahwa pria itu masih punya cinta pada Valerie Pei.

Hati Valerie Pei tiba-tiba terasa hampa. Ia punya banyak orang yang berhubungan dekat dengannya. Kakak, papa, mama, kakek, nenek, juga begitu banyak sahabat. Namun, dengan tidak adanya hubungan cinta yang satu itu, ia selalu merasa ada yang kurang.

“Waktu pingsan tadi, bagaimana aku bisa dibawa kemari?” Si wanita semakin penasaran apakah yang membopongnya adalah Leon Gu.

Jennifer Shen ragu-ragu sejenak, lalu berbohong demi kebaikan: “Aku meminta bantuan pelayan hotel untuk membawamu kemari.”

Ia masih ingat, beberapa jam yang lalu, Leon Gu berpesan padanya untuk tidak memberi tahu Valerie Pei bahwa dialah yang membawanya ke rumah sakit.

Valerie Pei merasa kecewa karena jawabannya tidak sesuai harapan. Walau begitu, ia sendiri juga bingung mengapa dirinya kecewa. Leon Gu sudah bilang bahwa dia tidak mau berhubungan lagi dengan dirinya di masa depan. Pria itu sekarang sangat benci dengan dirinya, bahkan sampai membawa pacar barunya ke hadapan. Bagaimana mungkin si pria peduli hingga melarikannya ke rumah sakit?

Melihat raut kecewa di wajah si bos, si asisten agak tidak tahan untuk jujur. Namun, ia kemudian ingat untuk tidak melibatkan diri dalam hubungan Leon Gu dan Valerie Pei. Si pria pasti punya alasan untuk memintanya bertutur begini. Mereka kan dua orang yang sudah bercerai, jadi pantaslah masing-masing tidak ingin tahu mantannya masih peduli. Dengan begini, garis pemisah hubungan mereka bisa jadi lebih jelas. Seharusnya kurang lebih inilah maksud Leon Gu, jadi Jennifer Shen pun tidak menceritakan yang sebenarnya.

Setelahnya, Valerie Pei tertidur sebentar. Lalu, teringat bahwa hari ini dirinya ingin menandatangni berkas-berkas, ia langsung bangun pagi-pagi. Ketika perawat datang untuk menganti infus, ia bukan hanya tidak membiarkannya melakukan, namun juga menyuruh Jennifer Shen mengurus prosedur keluar dari rumah sakit.

Semakin cepat mereka menyelesaikan masalah perizinan, maka semakin cepat pula mereka bisa kembali. Itu artinya, ia bisa semakin cepat pula menghindari Leon Gu!

Proses pengurusan berkas hari ini berjalan sangat lancar. Sebelum pukul dua siang, mereka sudah kelar mengurusnya. Kini, yang tersisa adalah satu urusan lagi, yang mana baru diurus pada Selasa minggu depan. Jennifer Shen sebenarnya khawatir mengeluarkan Valerie Pei dari rumah sakit, namun bosnya itu sangat benci aroma di sana. Sebagai solusi, si wanita menyuruh asistennya pergi ke tempat-tempat menarik di Kota Jing. Ia lalu keluar sendiri dan naik taksi ke hotel.

Mungkin karena lagi sakit, Valerie Pei lupa bahwa Leon Gu juga menginap di hotel ini. Seturunnya ia dari taksi, beberapa mobil jeep langsung menghalangi segala sisi taksi. Situasi ini jauh lebih menegangkan dari yang semalam, bahkan si supir mengira dirinya telah membawa penumpang yang tidak seharusnya dibawa. Pria itu menatap mobil-mobil di sekitar dengan panik.

Valerie Pei tahu bahwa mobil-mobil ini adalah milik Leon Gu, namun tidak tahu apa motifnya melakukan ini. Setelah memberikan uang, si wanita mengucapkan maaf ke supir darn turun dari mobil. Ketika Valerie Pei turun dari mobil, Leon Gu juga ikutan turun. Sehabis itu, mobil-mobil jeep yang berada di sisi depan baru membukakan jalan buat taksi.

Valerie Pei saat ini tidak ingin berselisih dengan Leon Gu. Ia sangat lelah, ia ingin segera tidur. Sialnya, Leon Gu malah menghalangi langkahnya.

Beberapa orang berkerumun di sekitar lobi hotel. Mereka ingin melihat apa drama yang lagi dimainkan oleh sepasang pria dan wanita yang terlihat seperti artis dan aktris ini.

Si wanita memandangi orang-orang di sekitar. Tidak ingin menjadi objek perhatian, ia bertutur pelan pada Leon Gu: “Aku segan bertengkar denganmu. Kalau ada urusan, nantilah kita bicarakan baik-baik.” Setelah mengingat-ingat, ia tidak tahu apa sebenarnya yang masih harus mereka berdua bicarakan. Semua hal rasanya sudah didiskusikan hingga tuntas.

Leon Gu memandangi wajah Valerie Pei yang agak pucat. Wanita ini sudah berganti pakaian, namun pakainnya masih saja kelewat sedikit. Kemeja sifon merah, mantel wol dengan warna yang sama, celana ketat hitam, dan sepatu hak tinggi. Cuaca di Kota Jing Kota Jing masih agak dingin dan dia semalam pingsan, kok bisa-bisanya dia berpakaian sesedikit ini sih? Pakai acara mengenakan sepatu hak tinggi pula! Ini namanya tidak sayang dengan tubuh!

Buat apa Valerie Pei menyiksa dirinya sendiri begini? Biar dirinya khawatir?

Memikirkan hal ini, Leon Gu tanpa sadar mengerutkan kening. Si wanita mengira dia tidak senang dengan kehadirannya. Berhubung dia tidak senang, buat apa coba dia menginap di satu hotel yang sama dengannya? Bukankah itu sama saja dengan mencari kekesalan?

Melihat Leon Gu tidak menanggapi juga, Valerie Pei buka suara lagi: “Oke, aku akan segera pindah hotel. Aku tidak akan muncul dalam radius lima kilomter dari kamu.” Si wanita bertutur dengan sedikit pasrah. Apa itu yang namanya masih bisa jadi teman setelah berpisah? Sekarang, kalau Leon Gu tidak membunuhnya saja, ia sudah patut berterima kasih pada langit dan bumi.

“Siapa yang membiarkanmu keluar dari rumah sakit!” Setelah beberapa lama, Leon Gu akhirnya berbicara juga. Valerie Pei mengira dia bakal mengusirnya, namun ternyata dia malah bertanya mengapa dia keluar dari rumah sakit. Jadi, pria ini lagi memedulikannya?

“Kamu tahu aku masuk rumah sakit?” Si wanita sedikit tertegun. Ia merasa gendongan semalam sangat familiar. Selain itu, bau tubuh si penggendong juga sangat mirip dengan bau tubuh Leon Gu. Tetapi, Jennifer Li bilang, dia ditolong oleh petugas hotel……

“Kamu semalam persis di belakangku, bagaimana mungkin aku tidak tahu kamu pingsan?” Leon Gu bertutur dengan sinis, namun seberkas kekecewaan juga melintas di matanya.

Ia sangat tidak paham dengan Valerie Pei. Wanita itu sekilas terlihat peduli pada dirinya, namun pada saat bersamaan juga melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati. Sebenarnya bagaimana pola pikirnya sih? Ia sungguh ingin membongkar otaknya dan mengecek isinya dengan seksama.

“Oh…...” Valerie Pei mengangguk, lalu berjalan ke arah lobi hotel dengan melewati Leon Gu. Berhubung sudah tahu bahwa si pria hanya sekadar tahu dirinya pingsan tanpa membawanya ke rumah sakit, ia pun tidak perlu berucap terima kasih.

“Mau ke mana?” Si pria mengulurkan tangannya untuk menghentikan si wanita. Ia tidak berani mencubit lengannya terlalu keras. Tangannya itu kemarin baru ambil darah, jadi cubitan yang keras mungkin bisa terasa sangat sakit.

Melihat tangan Leon Gu yang berada di tangannya, satu tangan Valerie Pei yang lain reflkeks mencubit mantel. Walau begitu, wajahnya masih tenang-tenang, “Mengemas koper.”

“Mengemas koper untuk apa? Urusanmu di Kota Jing sudah kelar semua?” Si pria sedikit cemas. Ia hanya fokus pada frasa “mengemas koper” dan lupa bahwa si wanita tadi bilang mau pindah hotel.

Di depan Valerie Pei, kecerdasan Leon Gu selalu turun drastis.

“Untuk menjauh darimu.”

“Valerie Pei, apa kamu berniat membuatku kesal?” Kekuatan tangan si pria sekejap meningkat. Jawaban si wanita membuat aliran darahnya terasa agak tidak lancar.

“Kamu sendiri yang menyuruhku menjauh darimu. Aku hanya mengikuti kata-katamu, mengapa kamu malah marah lagi?” Valerie Pei melepaskan tangannya dari tangan si pria. Ia tidak punya energi untuk lanjut bersitegang dengan Leon Gu. Di samping itu, ia juga merasa perselisihan ini sama sekali tidak ada gunanya.

“Sejak kapan kamu begini patuhnya dengan perintahku?” Leon Gu bertanya dengan kesal. Sejak dirinya bangun, si wanita tidak pernah mendengarkan kata-katanya. Kalau mendengarkan, mana mungkin mereka bisa ribut sampai ke tahap ini? Sekarang, Valerie Pei dengan anehnya malah sangat mematui perintahnya!

“Kamu kan mau membunuhku, mana mungkin aku berani tidak patuh?” Tanpa melanjuktan bicaranya, Valerie Pei melangkah ke lift dengan kedua tangan di saku mantel.

Ditinggali tanpa ucapan selamat tinggal, Leon Gu segera menyusulnya. Bersamaan dengan ini, orang-orang yang berkerumun pada bubar. Mereka mengira ini hanya pertengkaran klasik antara sepasang kekasih.

Melihat Leon Gu mau masuk, Valerie Pei menekan-nekan tombol tutup lift. Saat ini tidak ada orang lain selain dirinya di lift, jadi ia sangat takut bakal terjadi sesuatu kalau mereka berdiri berduaan. Sial, Leon Gu memiliki kaki yang panjang. Sebelum pintu tertutup, pria itu sudah berhasil melangkahkan satu kaki ke dalam.

Ekspresi wajah si pria terlihat seperti eksprei seseorang yang mimpinya baru terkabul. Ini membatu si wanita sangat sebal.

Melihat jari Valerie Pei berada di tombol tutup pintu, sudut mulut Leon Gu bergerak tanpa sadar. Ia terlihat sedikit risih. Pasrah dengan situasi sekarang, si wanita tidak punya pilihan lain selain berdiri di titik terdalam lift supaya jarak di antara mereka mencapai jarak maksimum.

“Ehem…...” Si pria berbatuk kering demi memecah kecanggungan di lift. Ini pertama kalinya ia melihat mereka berdua sangat kompak. Dirinya tidak buka suara, Valerie Pei ikutan hening juga!

Tetapi, yang disindir dengan batuk palsu tidak meladeni si penyindir sama sekali. Wanita itu terus menunduk dan menatap ujung-ujung kakinya, selain sesekali menghentakkan lantai. Ini adalah cara si wanita menunjukkan kegugupan. Ia tidak mau Leon Gu melihat ekspresi wajahnya!

Ketika Leon Gu akhirnya mau berbicara, lift sudah sampai di lantai tempat mereka menginap. Melihat Leon Gu tidak keluar juga dari lift, ia melewati tubuhnya tanpa keraguan sedikit pun. Tanpa mengindahkan langkah kaki di belakang, ia buru-buru berjalan ke kamarnya dan meng-scan kartu yang daritadi sudah digenggam di tangan.

Teringat momen ketika Leon Gu tiba-tiba muncul di kamar hotel Kota S, Valerie Pei juga buru-buru mengunci pintu. Kejadian seperti itu cukup terjadi sekali buatnya. Ia masih ingat betul perkataan Henry Gu. Kata-kata itu berbunyi, “Berhubung kamu sudah bercerai dengan Leon Gu, maka jangan sampai terjadi keterkaitan di antara kalian lagi.”

Putus hubungan, putus hubungan setuntas-tuntasnya. Jangan sisakan ikatan apa pun!

Si wanita bersandar pada pintu dengan jantung yang berdebar kencang. Semua ketenangan yang ditunjukkannya hingga masuk ke kamar tadi sama sekali tidak bisa dipertahankan. Ia sekarang juga bingung pada dirinya sendiri. Jelas-jelas sudah bilang ingin berpisah, begitu berjumpa dengan orang yang mau ditinggalkan, ia malah gagal total dalam pengendalian diri!

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu