Diamond Lover - Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
Valerie Pei baru terbangun pada pukul tiga subuh. Ia jelas tidak tahu bahwa yang membawaya ke rumah sakit adalah Leon Gu. Ketika terbangun, wanita itu melihat Jennifer Shen terbaring di sebelah tempat tidurnya. Sebagai seorang atasan, ia merasa agak tidak enak hati. Tugas asistennay itu hanya menemaninya tugas dinas saja, eh ini malah harus menghabiskan waktu dengannya di rumah sakit juga.
Pada momen ini, Valerie Pei juga tidak melihat Leon Gu.
Hanya dengan sedikit gerakan si bos, si asisten langsung terbangun. Ini karena tidurnya sama sekali tidak dalam. Melihat tatapan lemah Valerie Pei, ia seketika terbayang Leon Gu yang hanya berjaga sekitar dua jaman tadi. Jennifer Shen heran mengapa pria itu tidak bersedia berjaga sampai Valerie Pei bangun saja.
“Aku baik-baik saja. Kembalilah ke hotel dan istirahatlah, maaf sekali ya.” Valerie Pei melambaikan tangan dengan senyum minta maaf.
Jennifer Shen buru-buru membantu Valerie Pei merapikan selimut, lalu menjawab, “Tidak, aku tidur di sini saja, kembali ke hotel kan juga memerlukan waktu. Kamu haus tidak? Mau aku tuangkan segelas air?” Sebelum penawaran itu dijawab, si asisten tanpa sadar sebenarnya sudah langsung bergerak menuangkan air untuk bosnya. Setelah menuangkan air, ia menegakkan posisi tempat tidur Valerie Pei dan menaruh sedotan di gelasnya supaya lebih mudah diminum.
Terhadap perhatian Jennifer Shen, Valerie Pei merasa terhangatkan. Ia teringat masa-masa di mana kakak selalu berjaga di sisinya tiap sakit dulu. Kala itu, kakak tidak pernah mengizinkan siapa pun untuk menyentuhnya. Setelahnya, begitu masuk keluarga Gu, ia harus merawat dirinya sendiri ketika sakit. Pilek, demam, dan lain-lain…… semuanya hanya dilawan dengan minum obat tanpa disertai tambahan istirahat.
“Terima kasih.” Setelah menegak air, Valerie Pei merasa tenggorakannya jauh lebih nyaman. Selain itu, benaknya juga tidak ngantuk seperti saat barusan baru bangun. Ia seketika teringat bagaimana dirinya tersungkut, lalu diangkat oleh sebuah dekapan yang familiar. Apakah pemilik dekapan itu adalah si dia?
“Tuan Pei, kamu sangat kelelahan. Sepulangnya dari tugas dinas ini, kamu harus banyak-banyak istirahat, daripada nanti tersungkur lagi.”
Valerie Pei sendiri juga sangat ingin beristirahat, namun situasi sekarang tidak mengizinkan.
“Lelah itu bagian dari hidup,” respon si bos dengan tidak acuh. Dua puluh tahun pertama hidupnya berjalan sangat mulus, jadi mungkin di masa sesudahnya ini ia memang harus banyak berlelah-lelahan.
“Tapi jangan sampai berlebihan juga lah. Eh, ada banyak orang yang sangat peduli pada CEO Pei loh. Kalau aku jadi kamu, entahlah sebahagia apa aku!” ungkap Jennifer Shen dengan kekaguman. Ia tadi menyaksikan sendiri betapa paniknya Leon Gu ketika bosnya pingsan. Walau statusnya mantan suami, ia bisa merasakan bahwa pria itu masih punya cinta pada Valerie Pei.
Hati Valerie Pei tiba-tiba terasa hampa. Ia punya banyak orang yang berhubungan dekat dengannya. Kakak, papa, mama, kakek, nenek, juga begitu banyak sahabat. Namun, dengan tidak adanya hubungan cinta yang satu itu, ia selalu merasa ada yang kurang.
“Waktu pingsan tadi, bagaimana aku bisa dibawa kemari?” Si wanita semakin penasaran apakah yang membopongnya adalah Leon Gu.
Jennifer Shen ragu-ragu sejenak, lalu berbohong demi kebaikan: “Aku meminta bantuan pelayan hotel untuk membawamu kemari.”
Ia masih ingat, beberapa jam yang lalu, Leon Gu berpesan padanya untuk tidak memberi tahu Valerie Pei bahwa dialah yang membawanya ke rumah sakit.
Valerie Pei merasa kecewa karena jawabannya tidak sesuai harapan. Walau begitu, ia sendiri juga bingung mengapa dirinya kecewa. Leon Gu sudah bilang bahwa dia tidak mau berhubungan lagi dengan dirinya di masa depan. Pria itu sekarang sangat benci dengan dirinya, bahkan sampai membawa pacar barunya ke hadapan. Bagaimana mungkin si pria peduli hingga melarikannya ke rumah sakit?
Melihat raut kecewa di wajah si bos, si asisten agak tidak tahan untuk jujur. Namun, ia kemudian ingat untuk tidak melibatkan diri dalam hubungan Leon Gu dan Valerie Pei. Si pria pasti punya alasan untuk memintanya bertutur begini. Mereka kan dua orang yang sudah bercerai, jadi pantaslah masing-masing tidak ingin tahu mantannya masih peduli. Dengan begini, garis pemisah hubungan mereka bisa jadi lebih jelas. Seharusnya kurang lebih inilah maksud Leon Gu, jadi Jennifer Shen pun tidak menceritakan yang sebenarnya.
Setelahnya, Valerie Pei tertidur sebentar. Lalu, teringat bahwa hari ini dirinya ingin menandatangni berkas-berkas, ia langsung bangun pagi-pagi. Ketika perawat datang untuk menganti infus, ia bukan hanya tidak membiarkannya melakukan, namun juga menyuruh Jennifer Shen mengurus prosedur keluar dari rumah sakit.
Semakin cepat mereka menyelesaikan masalah perizinan, maka semakin cepat pula mereka bisa kembali. Itu artinya, ia bisa semakin cepat pula menghindari Leon Gu!
Proses pengurusan berkas hari ini berjalan sangat lancar. Sebelum pukul dua siang, mereka sudah kelar mengurusnya. Kini, yang tersisa adalah satu urusan lagi, yang mana baru diurus pada Selasa minggu depan. Jennifer Shen sebenarnya khawatir mengeluarkan Valerie Pei dari rumah sakit, namun bosnya itu sangat benci aroma di sana. Sebagai solusi, si wanita menyuruh asistennya pergi ke tempat-tempat menarik di Kota Jing. Ia lalu keluar sendiri dan naik taksi ke hotel.
Mungkin karena lagi sakit, Valerie Pei lupa bahwa Leon Gu juga menginap di hotel ini. Seturunnya ia dari taksi, beberapa mobil jeep langsung menghalangi segala sisi taksi. Situasi ini jauh lebih menegangkan dari yang semalam, bahkan si supir mengira dirinya telah membawa penumpang yang tidak seharusnya dibawa. Pria itu menatap mobil-mobil di sekitar dengan panik.
Valerie Pei tahu bahwa mobil-mobil ini adalah milik Leon Gu, namun tidak tahu apa motifnya melakukan ini. Setelah memberikan uang, si wanita mengucapkan maaf ke supir darn turun dari mobil. Ketika Valerie Pei turun dari mobil, Leon Gu juga ikutan turun. Sehabis itu, mobil-mobil jeep yang berada di sisi depan baru membukakan jalan buat taksi.
Valerie Pei saat ini tidak ingin berselisih dengan Leon Gu. Ia sangat lelah, ia ingin segera tidur. Sialnya, Leon Gu malah menghalangi langkahnya.
Beberapa orang berkerumun di sekitar lobi hotel. Mereka ingin melihat apa drama yang lagi dimainkan oleh sepasang pria dan wanita yang terlihat seperti artis dan aktris ini.
Si wanita memandangi orang-orang di sekitar. Tidak ingin menjadi objek perhatian, ia bertutur pelan pada Leon Gu: “Aku segan bertengkar denganmu. Kalau ada urusan, nantilah kita bicarakan baik-baik.” Setelah mengingat-ingat, ia tidak tahu apa sebenarnya yang masih harus mereka berdua bicarakan. Semua hal rasanya sudah didiskusikan hingga tuntas.
Leon Gu memandangi wajah Valerie Pei yang agak pucat. Wanita ini sudah berganti pakaian, namun pakainnya masih saja kelewat sedikit. Kemeja sifon merah, mantel wol dengan warna yang sama, celana ketat hitam, dan sepatu hak tinggi. Cuaca di Kota Jing Kota Jing masih agak dingin dan dia semalam pingsan, kok bisa-bisanya dia berpakaian sesedikit ini sih? Pakai acara mengenakan sepatu hak tinggi pula! Ini namanya tidak sayang dengan tubuh!
Buat apa Valerie Pei menyiksa dirinya sendiri begini? Biar dirinya khawatir?
Memikirkan hal ini, Leon Gu tanpa sadar mengerutkan kening. Si wanita mengira dia tidak senang dengan kehadirannya. Berhubung dia tidak senang, buat apa coba dia menginap di satu hotel yang sama dengannya? Bukankah itu sama saja dengan mencari kekesalan?
Melihat Leon Gu tidak menanggapi juga, Valerie Pei buka suara lagi: “Oke, aku akan segera pindah hotel. Aku tidak akan muncul dalam radius lima kilomter dari kamu.” Si wanita bertutur dengan sedikit pasrah. Apa itu yang namanya masih bisa jadi teman setelah berpisah? Sekarang, kalau Leon Gu tidak membunuhnya saja, ia sudah patut berterima kasih pada langit dan bumi.
“Siapa yang membiarkanmu keluar dari rumah sakit!” Setelah beberapa lama, Leon Gu akhirnya berbicara juga. Valerie Pei mengira dia bakal mengusirnya, namun ternyata dia malah bertanya mengapa dia keluar dari rumah sakit. Jadi, pria ini lagi memedulikannya?
“Kamu tahu aku masuk rumah sakit?” Si wanita sedikit tertegun. Ia merasa gendongan semalam sangat familiar. Selain itu, bau tubuh si penggendong juga sangat mirip dengan bau tubuh Leon Gu. Tetapi, Jennifer Li bilang, dia ditolong oleh petugas hotel……
“Kamu semalam persis di belakangku, bagaimana mungkin aku tidak tahu kamu pingsan?” Leon Gu bertutur dengan sinis, namun seberkas kekecewaan juga melintas di matanya.
Ia sangat tidak paham dengan Valerie Pei. Wanita itu sekilas terlihat peduli pada dirinya, namun pada saat bersamaan juga melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati. Sebenarnya bagaimana pola pikirnya sih? Ia sungguh ingin membongkar otaknya dan mengecek isinya dengan seksama.
“Oh…...” Valerie Pei mengangguk, lalu berjalan ke arah lobi hotel dengan melewati Leon Gu. Berhubung sudah tahu bahwa si pria hanya sekadar tahu dirinya pingsan tanpa membawanya ke rumah sakit, ia pun tidak perlu berucap terima kasih.
“Mau ke mana?” Si pria mengulurkan tangannya untuk menghentikan si wanita. Ia tidak berani mencubit lengannya terlalu keras. Tangannya itu kemarin baru ambil darah, jadi cubitan yang keras mungkin bisa terasa sangat sakit.
Melihat tangan Leon Gu yang berada di tangannya, satu tangan Valerie Pei yang lain reflkeks mencubit mantel. Walau begitu, wajahnya masih tenang-tenang, “Mengemas koper.”
“Mengemas koper untuk apa? Urusanmu di Kota Jing sudah kelar semua?” Si pria sedikit cemas. Ia hanya fokus pada frasa “mengemas koper” dan lupa bahwa si wanita tadi bilang mau pindah hotel.
Di depan Valerie Pei, kecerdasan Leon Gu selalu turun drastis.
“Untuk menjauh darimu.”
“Valerie Pei, apa kamu berniat membuatku kesal?” Kekuatan tangan si pria sekejap meningkat. Jawaban si wanita membuat aliran darahnya terasa agak tidak lancar.
“Kamu sendiri yang menyuruhku menjauh darimu. Aku hanya mengikuti kata-katamu, mengapa kamu malah marah lagi?” Valerie Pei melepaskan tangannya dari tangan si pria. Ia tidak punya energi untuk lanjut bersitegang dengan Leon Gu. Di samping itu, ia juga merasa perselisihan ini sama sekali tidak ada gunanya.
“Sejak kapan kamu begini patuhnya dengan perintahku?” Leon Gu bertanya dengan kesal. Sejak dirinya bangun, si wanita tidak pernah mendengarkan kata-katanya. Kalau mendengarkan, mana mungkin mereka bisa ribut sampai ke tahap ini? Sekarang, Valerie Pei dengan anehnya malah sangat mematui perintahnya!
“Kamu kan mau membunuhku, mana mungkin aku berani tidak patuh?” Tanpa melanjuktan bicaranya, Valerie Pei melangkah ke lift dengan kedua tangan di saku mantel.
Ditinggali tanpa ucapan selamat tinggal, Leon Gu segera menyusulnya. Bersamaan dengan ini, orang-orang yang berkerumun pada bubar. Mereka mengira ini hanya pertengkaran klasik antara sepasang kekasih.
Melihat Leon Gu mau masuk, Valerie Pei menekan-nekan tombol tutup lift. Saat ini tidak ada orang lain selain dirinya di lift, jadi ia sangat takut bakal terjadi sesuatu kalau mereka berdiri berduaan. Sial, Leon Gu memiliki kaki yang panjang. Sebelum pintu tertutup, pria itu sudah berhasil melangkahkan satu kaki ke dalam.
Ekspresi wajah si pria terlihat seperti eksprei seseorang yang mimpinya baru terkabul. Ini membatu si wanita sangat sebal.
Melihat jari Valerie Pei berada di tombol tutup pintu, sudut mulut Leon Gu bergerak tanpa sadar. Ia terlihat sedikit risih. Pasrah dengan situasi sekarang, si wanita tidak punya pilihan lain selain berdiri di titik terdalam lift supaya jarak di antara mereka mencapai jarak maksimum.
“Ehem…...” Si pria berbatuk kering demi memecah kecanggungan di lift. Ini pertama kalinya ia melihat mereka berdua sangat kompak. Dirinya tidak buka suara, Valerie Pei ikutan hening juga!
Tetapi, yang disindir dengan batuk palsu tidak meladeni si penyindir sama sekali. Wanita itu terus menunduk dan menatap ujung-ujung kakinya, selain sesekali menghentakkan lantai. Ini adalah cara si wanita menunjukkan kegugupan. Ia tidak mau Leon Gu melihat ekspresi wajahnya!
Ketika Leon Gu akhirnya mau berbicara, lift sudah sampai di lantai tempat mereka menginap. Melihat Leon Gu tidak keluar juga dari lift, ia melewati tubuhnya tanpa keraguan sedikit pun. Tanpa mengindahkan langkah kaki di belakang, ia buru-buru berjalan ke kamarnya dan meng-scan kartu yang daritadi sudah digenggam di tangan.
Teringat momen ketika Leon Gu tiba-tiba muncul di kamar hotel Kota S, Valerie Pei juga buru-buru mengunci pintu. Kejadian seperti itu cukup terjadi sekali buatnya. Ia masih ingat betul perkataan Henry Gu. Kata-kata itu berbunyi, “Berhubung kamu sudah bercerai dengan Leon Gu, maka jangan sampai terjadi keterkaitan di antara kalian lagi.”
Putus hubungan, putus hubungan setuntas-tuntasnya. Jangan sisakan ikatan apa pun!
Si wanita bersandar pada pintu dengan jantung yang berdebar kencang. Semua ketenangan yang ditunjukkannya hingga masuk ke kamar tadi sama sekali tidak bisa dipertahankan. Ia sekarang juga bingung pada dirinya sendiri. Jelas-jelas sudah bilang ingin berpisah, begitu berjumpa dengan orang yang mau ditinggalkan, ia malah gagal total dalam pengendalian diri!
Novel Terkait
After The End
Selena BeeThe Gravity between Us
Vella PinkyBretta’s Diary
DanielleHarmless Lie
BaigeLove and Trouble
Mimi XuHis Soft Side
RiseDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)