Diamond Lover - Bab 347 Menghindar Darinya

Dengan tas cello di punggung dan sebuah koper di tangan, Fransiska Yin turun dari taksi dan mengamati gedung yang sangat familiar.

Berbekal hati yang gembira, si wanita pernah membubuhkan tanda tangan untuk langsung menyewa sebuah unit di gedung apartemen ini. Tanpa disangka, ia harus pergi setelah baru empat tahun menempatinya. Karena perginya tergesa-gesa, si wanita belum sempat mendiskusikan pemutusan perjanjian dengan pemilik apartemen. Tanpa disangka juga, Fransiska Yin ternyata punya kesempatan untuk kembali ke sini. Baguslah, ia jadi tidak perlu menginap di hotel……

Hanya saja, tidak ditinggali selama setengah tahun, Fransiska Yin khawatir apartemennya sudah penuh dengan debu. Wanita itu juga tidak berharap Ethan Chen untuk datang kemari. Sudah diberi tahu kata sandi apartemennya, pria itu akhir-akhirnya tidak bisa ingat sama sekali.

Saat itu, Fransiska Yin merasa bahwa daya ingat Ethan Chen mungkin sangat lemah. Di kemudian hari, ia baru diberi tahu Jacob Pei bahwa Ethan Chen memiliki talenta khusus, yakni tidak pernah bisa lupa.

Beri dia selusin nomor telepon. Hanya dengan membacanya sekilas, ia bisa meneyembutkan semuanya tanpa keliru satu angka pun. Apalagi sandi unit apartemen yang hanya terdiri dari delapan angka?

Ah, jadi ingat atau tidaknya seseorang pada sesuatu juga tergantung pada apakah orang itu berniat untuk mengingatnya atau tidak.

Fransiska Yin menggelengkan kepala dan menarik pandangan. Ia kali ini datang ke Kota A hanya untuk menengok Butterfly. Jangan pikirkan hal-hal lain……

Si wanita menyeret koper dan masuk ke dalam gedung.

Melihat sosok Fransiska Yin yang sudah lama tidak muncul, satpam gedung agak terkejut. Keterkejutannya ini semakin parah ketika dia melihat koper yang diseretnya. Si satpam buru-buru membukakan pintu untuknya.

“Nona Yin, lama sekali kita tidak bertemu. Kupikir kamu tidak tinggal di sini lagi……” Satpam itu seorang pria berusia lima puluhan. Wataknya amat ramah.

Si wanita terkekeh ringan. Ternyata, di sini ada orang yang masih mengingatnya! Ia bukan sebutir pasir yang langsung hilang tanpa jejak begitu ditiup angin.

Bila saja Ethan Chen sedikit peduli dengannya, relasi mereka tidak akan jadi seperti sekarang.

“Aku kedepannya tidak tinggal di sini lagi.” Fransiska Yin bertutur pasrah.

Alasan Fransiska Yin menyukai Kota A sejatinya sangat sederhana, yakni di kota ini ada seseorang yang ia cintai. Sebaliknya, alasan wanita itu kabur dari kota ini sama sederhananya, yakni dikota ini ada seseorang yang tidak ingin ia hadapi.

Tanpa bertanya lebih lanjut, satpam dengan ramah menawarkan, “Nona Yin, biar aku bawakan barang-barangmu ke atas.”

“Tidak perlu. Aku cukup naik lift.” Fransiska Yin menolak dengan senyum, lalu menarik koper ke arah lift. Lama-kelamaan, tas cello besar yang dipakainya di punggung membuatnya merasa ingin dijatuhkan ke bawah.

Petugas keamanan ingat, gadis muda ini dulu-dulu hanya keluar dengan membawa tas cello. Setiap kali kembali ke gedung apartemen, dia juga selalu diantar oleh seseorang. Orang itu……

Ting! Lift tiba di lantai satu. Si wanita memasuki lift dengan linglung, menekan tombol lantai tujuan, dan menunggu lift tiba di sana dengan linglung lagi.

Tanpa pengharapan apa-apa, Fransiska Yin tiba di lantai yang dituju. Di depan unit, ia memencet kata sandi yang terasa familiar sekaligus asing. Begitu pintu dibuka, wanita itu tanpa diduga disambut dengan aroma lemon yang samar-samar. Tidak ada debu yang ia bayangkan sedikit pun.

Fransiska Yin terpana. Kontrak penyewaan unit ini belum ia putus, masa pemilik apartemen sudah menyewakannya ke orang lain sih?

Ketika hendak berbalik dan menanyakan soal ini ke si pemilik, Fransiska Yin tiba-tiba tersadar penataan apartemennya sama sekali tidak berubah. Bahkan, di sebelah sofa ada sebuah meja kecil yang memajang fotonya!

Seketika, ia terpikir sesuatu. Ethan Chen pernah datang kemari, ia bahkan maasih bisa mencium bau tubuhnya!

Si wanita menutup pintu dan menatap seluruh penjuru apartemen lekat-lekat. Memang tidak ada jejak penghuni baru di sana, barang-barangnya bahkan masih barang-barang yang ditinggalkan ketika ia pergi setengah tahun lalu. Semua barang itu tidak berdebu sedikit pun. Selain kemunculan meja kecil di sebelah sofa, di atas sofanya sendiri juga ada boneka yang ia beli ketika berjalan-jlanan dengan Ethan Chen, yang sejatinya tidak terlalu suka jalan-jalan.

Ketika itu, Ethan Chen merasa sangat canggung jalan-jalan dengannya. Alhasil, pria itu menutupi seluruh wajahnya dengan boneka Spongebob Squarepants berukuran besar ini.

Itulah satu dari sedikit kenangan indah Fransiska Yin dengan dia.

Si wanita mengelilingi apartemen dengan sangat hati-hati. Ia takut akan merusak semua ini. Ia takut akan merusak lingkungan yang terlihat sangat damai ini.

Fransiska Yin menaruh tas cello, lalu membawa koper ke dalam kamar. Seperti ruang tamu, ia juga menemukan kamarnya dalam keadaan bersih dan tidak berdebu sama sekali. Selimutnya berbau seperti habis dijemur di bawah sinar matahari.

Ia ingat, Ethan Chen selalu mengingatkannya untuk menjemur selimut tiap beberapa waktu sekali untuk membunuh kuman dan virus yang tidak terlihat.

Si wanita sayangnya malas melakukan itu. Alhasil, tiap datang ke sini, Ethan Chen akan membantunya untuk membawa selimut ke balkon dan menjemurnya.

Apakah…… selimut ini…… baru dijemur…… kemarin?

Hati Fransiska Yin tiba-tiba terasa tertusuk sesuatu. Mengapa dia baru melakukan ini semua ketika ia telah pergi? Apakah Ethan Chen mengatur dan merawat barang-barangnya sama persis seperti sebelum ia pergi supaya tidak merasa dirinya pergi?

Ethan Chen, pria ini, apa sebenarnya motif kamu?

Di kamar ini, hati yang sudah ditata dengan susah payah oleh si wanita seketika ambruk. Semua rasionalitas dan kekerasan hati yang ia sering katakan nyatanya hanya lelucon yang digunakan untuk menenangkan diri sendiri. Sekarang, hanya dengan melihat barang-barang yang ditatanya tanpa melihat langsung penatanya, emosinya sudah bercampur aduk.

Dengan lemah, Fransiska Yin berjongkok di lantai. Memegangi jantungnya denagn satu tangan, wanita itu terlihat kesulitan bernafas. Ia sekarang juga butuh lebih banyak udara segar. Alhasil, si wanita buru-buru menghampiri jendela dan membukanya. Biarlah udara yang membawa tetesan hujan masuk ke dalam unit apartemen.

Fransiska Yin tidak pernah tahu bahwa putri yang tinggi hati dulu sekarang berubah jadi seorang pengemis yang memohon-mohon sedikit kehangatan seseorang. Ia kini telah jadi pengemis cinta.

Beberapa jam di Kota A telah memakan lebih dari separuh keberanian dan energinya. Wanita itu bahkan tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi jika ia bertemu sosok Ethan Chen.

Di pernikahan Leon Gu dan Valerie Pei, si wanita merasa beruntung didampingi Brandon Chu. Kalau tidak, di acara itu, ia pasti akan sangat gelisah karena ditatap tajam oleh Ethan Chen. Tatapannya itu terlihat seperti tatapan yang ingin melihat isi benaknya.

Jadi, Fransiska Yin akhirnya memutuskan kabur lagi. Jika berhubungan, mereka jelas-jelas tidak akan memiliki suatu hasil. Wanita itu sudah menawarkan hatinya selama empat tahun, namun yang ditawari bahkan tidak tertarik untuk melihatnya satu detik pun. Alhasil, Fransiska Yin pun tidak berani menawar-nawari hatinya lagi.

Si wanita bersandar lemah di sisi jendela. Ketika menundukkan kepala tanpa sengaja, ia melihat di parkiran bawah ada sebuah Mercedez-Bens tua. Dari dalam mobil itu, keluarlah seorang pria yagn memakai payung hitam. Bukan hanya itu, di bawah payung hitamnya, ia juga melihat si pria membawa sesuatu yang berwarna merah. Ah, ia sepertinya salah lihat deh?

Bukankah hari ini hari kesialannya? Mengapa dia masih membeli bunga berwarna merah? Terus, mengapa dia datang kemari?

Kamu tidak punya waktu berpikir, begitulah Fransiska Yin menegur dirinya sendiri! Tidak ingin Ethan Chen menemukannya di sini, Fransiska Yin buru-buru menenteng koper yang belum di buka dan berlari keluar apartemen.

Ketika menekan lift, dua lift secara bersamaan naik ke lantainya. Cemas si pria ada di dalmam salah satunya, si wanita memutuskan untuk turun dengan tangga. Ia pun berlari memasuki ruang tangga darurat, yang ada di sebelahnya.

Jantung Fransiska Yin yang berdebar kencang perlahan menenang. Wanita itu hanya khawtair Ethan Chen akan melihat sosoknya dan tahu bahwa ia telah kembali.

Dirinya…… dirinya belum siap berhadapan dengan pria itu.

Stevanny Shi pernah bilang, kalau pun hati Ethan Chen adalah batu, batu itu akhirnya akan panas oleh kehangatan cinta yang dipancarkan oleh dirinya. Kenyataannya, hati dia itu bukan merupakan batu, melainkan sebuah balok es. Setelah dipancarkan kehangatan, balok itu meleleh dan memanaskan sekujur tubuh Fransiska Yin. Ini jauh lebih buruk, sebab kehangatan itu terus terkenang walau tidak pernah bisa dimiliki!

Baru menuruni satu lantai, Fransiska Yin tiba-tiba sadar tas cello-nya tertinggal!

Saat tadi memasuki apartemen, ia meletakkan tas cello di lorong jalan. Ia keluar dengan tergesas-gesa, benaknya difokuskan seratus persen untuk menghindari Ethan Chen. Alhasil, ia tidadk menyadari ada benda sebesar itu di lorong yang dilalui.

Fransiska Yin berbalik badan dan kembali ke lantai atas. Sebelum Ethan Chen tiba, ia ingin mengejar momen untuk mengambil tas cello-nya. Tetapi, baru mau membuka pintu tangga darurat, si wanita mendngar pintu lift berbunyi “ting”.

Wanita itu menaruh tanganya di engsel pintu, sementara tubuhnya bersembunyi di balik pintu. Melalui kaca berbentuk persegi panjang yang terpasang di pintu, ia bisa melihat ada seseorang di dalam.

Ya, Fransiska Yin dengan mudah dapat melihat Ethan Chen keluar dari lift dengan satu tangan memegang sebuket mawar merah dan satu tangan lain membawa payung hitam. Payung itu masih membawa sedikit-sedikit tetesan hujan.

Kali ini, bahkan tanpa membawa koper, Fransiska Yin langsung melepaskan tangannya dari engsel pintu, berbalik badan, dan melangkah turun dengan cepat. Entah mengapa, ia tiba-tiba sangat takut Ethan Chen mengetahuinya ada di sini. Selama menuruni tangga, sepatu hak tingginya menghasilkan bunyi-bunyi ketukan. Untung, wanita itu akhirnya berhasil menghindar……

Mendengar ketukan-ketukan sepatu hak tinggi dari arah tangga darurat, Ethan Chen yang hendak menekan nomor sandi unit hanya menoleh sesaat.

Pria itu ingat, Fransiska Yin tidak suka memakai sepatu hak tinggi. Salah satu hobinya adalah mengoleksi sepatu jalan. Untuk merek favoritnya, semua keluaran edisi terbatas dia setidaknya punya satu pasang.

Sayang, ia tidak tahu bahwa Fransiska Yin di usia dua puluh tahun sudah memahami jarak di antara mereka. Alhasil, sejak usia dua puluh dua tahun, wanita itu jadi sangat jarang memakai sepatu jalan. Dia menggantinya dengan sepatu-sepatu hak tinggi, yang sebelumnya hanya dipakai saat menghadiri jamuan makan.

Pada usia dua puluh lima tahun, Fransiska Yin sudah sepenuhnya menghentikan hobi mengoleksi sepatu jalannya. Sekarang, dia selalu memakai sepatu hak tinggi tiap pergi keluar. Dia bahkan berharap dirinya bisa lebih tua beberapa tahun lagi. Dengan kondisi itu, Ethan Chen tidak akan menggunakan usia sebagai alasan untuk bilang mereka tidak cocok.

Ethan Chen kembali menatap pintu dan menekan angka-angka yang ia ingat di luar kepala. Seiring bertambahnya usia, kemampuannya untuk mengingat sesuatu dengan sangat kuat dan cepat telah menurun. Tetapi, untuk delapan angka yang tengah ditekan-tekannya ini, ingatannya masih luar biasa bagus.

Saat membuka pintu apartemen, si pria mencium aroma lemon. Anehnya, di tengah aroma yang familiar ini, ia juga bisa mencium aroma yang sebelumnya tidak ada di sini.

Lebih tepatnya, aroma yang dulu ada di sini, lalu telah menghilang untuk waktu yang lama.

Baunya sangat menyengat. Ethan Chen pernah bilang, aroma parfum Coco Channel nomor lima terlalu kuat. Pria itu lebih suka aroma yang alami. Namun, orang yang ia beritahu malah terus memakainya tiap bertemu dengannya. Lama-kelamaan, ia pun terbiasa.

Fransiska Yin sendiri memakai parfum itu untuk menutupi usianya. Ia ingin tampil lebih dewasa. Dengan begitu, saat berada di sisinya, ia tidak akan terlihat seperti putrinya.

Mungkin hari ini adalah hari nostalgia, jadi Ethan Chen bisa mencium aroma yang sudah lama hilang……

Pria itu menggelengkan kepala dan menutup pintu. Ethan Chen selanjutnya ingin mengganti sepatu dengan sendal kamar dan menaruh mawar di vas. Hari ini, ia membeli dua buket bunga. Satu buket adalah mawar merah, sementara satu buket lagi adalah mawar putih.

Tetapi, sebelum sempat berganti sepatu, di lorong jalan, ia menjumpai sesuatu yang tidak seharusnya ada di sana.

Ethan Chen meletakkan mawar di atas meja dengan kaget. Ia lalu mengamati tas cello dengan sangat hati-hati.

Si pria sangat familiar dengan tas itu. Dengan alasan tas cello-nya sangat berat, Fransiska Yin selalu memintanya menjemput dia sepulang bekerja. Bisa jadi, si wanita ketika itu bersyukur karena dirinya belajar alat musik yang berat namun bisa dibawa kemana-mana. Jika belajar alat musik yang ringan macam seruling atau alat musik yang diam di tempat seperti piano, ia mungkin tidak akan punya kesempatan macam ini.

Dengan tergesa, Ethan Chen membuka pintu dan menekan tombol lift. Ketika menantikan ketibaan lift, pandangannya secara tidak sengaja menemui pintu tangga darurat……

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu