Diamond Lover - Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri

Karena merasa situasi ini kurang baik, Valerie Pei segera melepaskan tangan Leon Gu. Kebetulan, ia juga sudah kelar mengoleskan salep pada lukanya.

“Sudah.” Si wanita kembali ke tempat duduk sebelumnya untuk mengembalikan jarak di antara mereka. Sekarang, jarak itu kira-kira memiliki panjang satu meter.

Tangan Leon Gu tergantung di udara, sementara telapak tangannya masih bisa merasakan kehangatan yang mengalir dari tangan mantan istrinya. Tangan yang dulu bisa ia pegang kapan saja itu telah berubah jadi tangan yang tidak ingin lama-lama berada di dekatnya…… Sebentar lagi, tangan itu juga akan sering-sering digenggam pria lain di kasur. Ah, membayangkannya terasa sangat menyedihkan!

“Terima kasih.” Si pria berucap senang. Dengan kata “sudah”-nya tadi, apakah si wanita berniat mengusirnya? Pria itu mengajukan tawaran baru, “Aku boleh tunggu bau obatnya hilang dulu di sini? Baunya begitu menyengat.”

Valerie Pei terhenyak. Tidak punya alasan untuk menolak, wanita itu menganggukkan kepala. Berhubung Henry Gu baru menemuinya beberapa waktu lalu, ia sekarang punya kata-kata yang ingin dibincangkan dengan Leon Gu.

“Beberapa hari yang lalu, kakek datang mencariku untuk berbicara.”

“Benarkah?” Si pria tidak mengkhawatirkan apa-apa sekarang. Si wanita sudah tahu bahwa dirinya telah diusir dari rumah keluarga. Ia tebak, Handy Ji pasti sudah membeberkan alasannya sekalian.

“Iya. Kakek mengadakan tes DNA ulang buat Handy Ji dan Paman Kedua.”

Leon Gu sejatinya sudah menebak bahwa Henry Gu akan melangsungkan tes ulang, namun tidak menyangka kakeknya itu akan mendatangi Valerie Pei. Yang jadi masalah, setelah mendengar cerita Henry Gu soal fakta yang sebenarnya, hubungan si wanita dan Handy Ji malah semakin dekat. Bahkan, mereka sudah berencana untuk tinggal bersama. Bukankah perkembangan-perkembangan ini persis seperti yang dulu ia bayangkan?

Kalau memang sesuai dengan bayangan dirinya, mengapa Leon Gu sekarang merasa sedikit menyesal telah melakukan itu? Ah, kelihatannya ia masih orang yang tidak rela melepaskan siapa pun yang dipedulikannya dengan mudah……

“Mengapa kamu melakukan ini? Jangan bilang demi memenuhi keinginanku untuk berpasangan dengan Handy Ji. Ini bukan sesuatu yang dilakukan orang macam kamu.”

Si pria tersenyum pahit. Valerie Pei tidak percaya dirinya bisa melakukan hal seperti itu. Ah, ia sendiri juga tidak percaya! Yang jelas, ia waktu itu berucap begitu karena otaknya terasa panas.

“Bukan demi kamu, aku tidak seagung itu. Aku melakukannya demi diriku sendiri.” Jawaban Leon Gu menghilangkan kekhawatiran Valerie Pei: “Aku dulu tidak baik padamu, jadi anggaplah yang terjadi sekarang sebagai kompensasiku buatmu. Dengan memberi kompensasi ini, hatiku jadi sedikit lebih nyaman.”

Nah, ini baru Leon Gu yang Valerie Pei kenal.

“Ellie tadi bertanya padaku soal rencana pernikahanmu dengan Handy Ji. Aku tidak ingin ikut campur urusan ini, namun Ellie tidak boleh memanggil dia “ayah”. Aku tidak bisa berkompromi soal ini.”

“…...” Valerie Pei sebenarnya ingin bilang bahwa mereka sama sekali belum merencanakan pernikahan. Tetapi, berhubung Leon Gu tidak punya kepentingan untuk diberi tahu soal itu, wanita itu pun mengangguk saja.

Ia tidak akan memaksa Ellie untuk memanggil Handy Ji dengan sebutan “ayah”. Serupa dengan dirinya, kekasihnya sekarang itu juga tidak akan memaksa.

Persoalan tentang identitas Handy Ji tampaknya selesai dengan keadaan begini. Leon Gu berakhir dengan kehilangan keluarga Gu dan Valerie Pei. Sementara, walau kehilangan identitasnya sebagai tuan muda kedua keluarga Gu, Handy Ji berhasil mendapatkan Valerie Pei. Pria itu ingin wanita ini menemaninya di sisa hidup.

Dengan hasil akhir ini, Leon Gu bisa dianggpa kalah. Kalahnya pun model kalah yang rugi banyak, bukan kalah yang tipis.

Valerie Pei tidak bertanya terlalu banyak tentang realitas persoalan ini. Sekalinya bertanya, wanita itu khawatir akan memperoleh jawaban yang menyakiti hati. Handy Ji di satu sisi, sementara Leon Gu di sisi lain…… Ia kesulitan memilih. Karena menganggap Handy Ji sebagai pihak yang lebih terluka, ia pun memilih berada di sisinya.

Apalagi, ia juga berstatus sebagai kekasihnya.

Seiring waktu, bau salep luka bakal Leon Gu semakin pudar. Jujur saja, baunya sedari awal memang tidak menyengat. Leon Gu hanya mencari-cari alasan untuk duduk lebih lama di sini, apa lagi motifnya kalau bukan untuk menatap Valerie Pei berulang-ulang. Berhubung alasan ini sekarang sudah tidak valid, pria itu merasa harus kembali ke rumah.

“Terima kasih atas salepnya. Sampai jumpa.” Si pria bangkit berdiri. Ini seharusnya terakhir kali ia datang ke tempat ini. Ketika mantan istrinya sudah pindah ke tempat tinggal Handy Ji, ia akan benar-benar kehilangan dia.

“Sama-sama.” Valerie Pei ikutan berdiri dan mengamati kepergiannya

Tersadar Leon Gu meninggalkan salep luka bakarnya di meja teh, wanita itu segera mengambilnya dan menyusulnya ke pintu. Di sana, ia menyerahkan salep itu ke tangan si pria.

“Sepertinya harus dioleskan untuk beberapa hari. Kalau parah, pergilah ke rumah sakit.”

“Iya.” Leon Gu sebenarnya sengaja meninggalkan salep itu di meja. Tujuannya jelas supaya Valerie Pei menyusulnya buat memberikannya pada dia. Sayangnya, kepala si wanita agak menunduk saat menyodorkan salep. Alhasil, ia tidak bisa melihat wajahnya untuk yang terakhir kali. Baiklah, kalau begitu benar-benar sampai jumpa. Kalau ia mencari alasan untuk berlama-lama di sini lagi, Valerie Pei bisa jadi akan merasa risih.

Kedua orang menutup pintu secara bersamaan. Setelah menutupi pintu, ekspresi asli wajah masing-masing langsung terlihat. Ternyata, bersikap seperti tidak ada apa-apa teramat sulit.

Valerie Pei kembali ke kamar. Melihat barang-barang yang baru dipak setengah, perasaan bingung muncul dalam dirinya.

Sebenarnya, bagaimana perasaan ia terhadap Handy Ji? Ia sudah mau pindahan untuk tinggal bersamanya, namun keputusan itu tergoyang oleh kemunculan Leon Gu di depan mata. Ah, Valerie Pei merasa dirinya bukan wanita yang baik.

Kalau ia benar-benar pindah ke sana, mungkinkah insiden dirinya dan Nathan Xia akan terjadi lagi? Apakah mereka pada akhirnya hanya akan menyakiti hati masing-masing?

Valerie Pei bertanya sesuatu pada dirinya sendiri. Selama berkencan dengan Handy Pei, pernahkah dirinya mengatakan kalimat cinta macam “aku suka kamu” dan “aku cinta kamu”? Setiap kali si pria mengatakannya, ia hanya mengangguk tanpa memberikan respon lain.

Walau orang yang saling mencintai katanya tidak perlu saling meminta maaf, namun setiap orang yang berhubungan dengannya juga punya batas kesabaran. Valerie Pei merasa dirinya harus mempertimbangkan perasaan Handy Pei juga. Setelah dia memberi begitu banyak, jika dia gagal memperoleh respon yang sesuai, akan sesedih apakah dia?

Tepat ketika si wanita ingin menghubungi si pria, si pria sudah menghubunginya duluan. Wanita itu refleks menekan tombol terima telepon.

Handy Pi ada di lobi bawah. Pria itu ingin membicarakan sesuatu dengannya.

Tanpa bertanya mengapa dia tidak naik, Valerie Pei segera memakai mantel dan bergegas keluar. Hari ini, ia perlu memperjelas beberapa hal dengan pria ini.

Setibanya di lobi bawah, Valerie Pei melihat Handy Ji berjalan mondar-mandir di depan pintu. Semalam ini mencarinya tanpa bersedia naik, si wanita merasa hal yang ingin disampaikan si pria sebentar lagi cukup serius.

“Handy Ji.” Valerie Pei berdiri di depannya dan tersenyum tipis: “Mengapa tidak naik?”

Tanpa alasan apa pun, pria itu langsung mendekap kekasihnya. Seperti ketika baru pulang dari rumah kediaman keluarga Gu lalu, ia memeluknya dengan sangat erat hingga nafas Valerie Pei agak sesak.

“Little Valerie, aku sekarang baru sadar bahwa cintaku padamu tidak sedalam Leon Gu.” Handy Ji melepaskan Valerie Pei. Barusan seharusnya akan jadi kesempatan terakhirnya memeluk si wanita. Ia sama sekali tidak tahu akankah dirinya berkesempatan melakukan itu lagi di masa depan.

Valerie Pei jelas tercengang. Handy Ji sedang ingin mengatakan apa sih?

“Aku menyukaimu, jadi aku memberkan semua yang terbaik padamu tanpa memedulikan kamu bersedia menerimanya atau tidak. Selama berpasangan denganmu, aku sangat bahagia. Selain itu, aku juga sempatt melakukan sesuatu yang sampai sekarang tidak bisa aku jelaskan. Aku pikir, kalau aku terus menyembunyikannya, aku akan sangat kelelahan. Aku di satu sisi bisa menikmati perjalanan kita ke depan, namun di sisi lain harus menghadapi penyiksaan psikologis.”

Si wanita bertambah tercengang. Handy Ji ingin mengungkapkan apa sih? Ingin bilang dia mencintainya? Ini sih ia sudah tahu dari dulu.

“Pada pertemuan keluarga di rumah kediaman keluarga Gu waktu itu, aku tidak membongkar kebohongan Leon Gu secara langsung. Karena keegoisanku, aku tutup mulut dan membiarkannya menanggung semua konsekuensi sendirian. Sampai ketika Leon Gu diusir kakek dari rumah keluarga, aku tetap memikirkan berbagai cara untuk membuatmu tidak tahu realitas yang sesungguhnya. Berulang kali mengajakmu tunangan juga aku lakukan untuk menenangkan hatiku yang gelisah.”

Di bawah sinar bulan, si pria menuturkan semua yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya. Setelah menyampaikan semuanya, pria itu ingin kekasihnya membuat sebuah keputusan.

Perasaan Valerie Pei seharusnya diputuskan oleh dirinya sendiri, bukan oleh mereka berdua!

“Kamu ingin bilang apa? Kok aku tidak begitu mengerti ya?” Si wanita sungguh kebingungan. Gelagat Handy Ji terlihat agak keliru malam ini. Dia terlihat seperti ingin mengungkapkan cinta, namun tidak begitu ingin.

“Kamu cukup mendengarkanku baik-baik.” Ini mungkin satu-satunya dan terakhir kalinya Handy Ji memberi tahu Valerie Pei soal ini: “Aku ingin memberitahumu bahwa di dunia ini tidak ada yang mencintaimu lebih dari Leon Gu. Ia tahu isi hatimu, memahami kamu luar dan dalam, mengerti apa maumu, dan paham apa yang bisa membuatmu bahagia. Karena ingin membantumu memenuhi hasrat, Leon Gu memutuskan untuk mengabaikan cintanya padamu dan pergi dari kehidupan kita. Pria itu sudah menahan cintanya demi kebahagiaanmu. Sayang, dia tidak tahu bahwa kebahagiaan yang kamu butuhkan dan inginkan hanya bisa diberikan olehnya.”

“Little Valerie, aku tahu kamu juga tidak pernah bisa melupakannya. Walau kamu sudah berpasangan denganku, dia tetap muncul dalam pikiranmu dan selalu menggoyahkan perasaanmu padaku. Aku ingin memberimu jalan untuk balikan dengannya. Kita…… putus.”

Ekspresi Handy Ji sama sekali tidak seperti lagi berlelucon. Kebetulan, apa yang ia ungkap ini juga sesuatu yang ingin dikatakan Valerie Pei kepadanya. Wanita itu ingin bilang bahwa ia ingin mempertimbangkan kembali hubungan mereka.

“Handy Ji, maafkan aku.” Pada akhirnya, hanya permintaan maaflah yang bisa diucapkan si wanita. Jika membalas terlalu banyak, ia khawatir dirinya akan terkesan tengah membela diri. Dalam hubungan mereka, ia memang tidak memberi banyak dan terus merugikan si pria. Jika hubungan maca mini dipaksakan terus berlanjut, Valerie Pei khawatir luka yang akan ia ciptakan di hati Handy Ji bakal bertambah dalam.

“Dalam dunia perasaan tidak ada maaf-maafan, yang ada hanya bersedia atau tidak.” Kelar mengungkapkan isi hatinya, Handy Ji merasa jauh lebih nyamanm, walau pada akhirnya ia tidak bisa melanjutkan hubungan dengan wanita yang sangat dicintainya.

“Dengan putusnya kita, aku akan kembali ke Jerman. Aku tidak cocok tinggal di sini.”

“Handy Ji, Paman Kedua sebenarnya sangat ingin berbicara baik-baik denganmu. Kamu sungguh tidak berniat memaafkannya kah? Ia adalah ayahmu sendiri.” Valerie Pei tahu Henry Gu sangat menyukai cucu yang satu ini. Selain itu, pria tua itu juga terlihat sangat merasa bersalah pada dia. Kalau dia pergi dalam keadaan begini, bukankah hati kakek dan Paman Kedua akan sangat sakit?

“Tinggal di sini hanya akan membuatmu melihat kamu dan Leon Gu balikan. Aku tidak mau.” Si pria sudah mengembalikan sikap aslinya yang acuh tidak acuh pada semua hal. Ia menuturkan kata-kata barusan dengan setengah bercanda.

Apa lagi yang bisa dikatakan Valerie Pei? Handy Ji tidak memberinya kesempatan.

“Little Valerie, jaga dirimu baik-baik. Kalau langit mengizinkan, kita akan berjumpa lagi.” Si pria melambaikan tangan dan bergegas pergi. Si wanita hanya bisa mengamati bayangan tubuhnya.

Valerie Pei sebenarnya masih memiliki banyak hal yang ingin dikatakan, namun ia sekarang merasa tidak perlu untuk menuturkan semua itu. Hubungannya dan Handy Ji telah usai.

Rasa-rasanya, perpisahan ini semakin membuktikan bahwa hanya Leon Gu lah yang bisa mengisi hati Valerie Pei. Meski begitu, wanita itu tidak punya alasan untuk meminta Leon Gu berpasangan lagi dengannya. Walau hatinya selalu ada buat dia, namun kembalinya hubungan mereka sama sekali bukan sesuatu yang sederhana.

Hidup Valerie Pei terasa kembali ke titik semula. Kencannya dengan Handy Ji bisa dianalogikan sebagai mimpi. Ketika ia terbangun dari mimpi itu, semua yang berkaitan dengan pria itu terasa tidak eksis lagi.

Tetapi, si wanita jelas tidak bisa menganggap semuanya seperti tidak pernah terjadi. Tidak menjalin cinta dengan Handy Ji bukan berarti ia ingin menjalin cinta dengan Leon Gu. Bukankah ia juga berhak hidup sendirian?

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu