Diamond Lover - Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan

Ketika berjalan ke lantai bawah, Stevanny Shi awalnya berencana untuk pulang. Jacob Pei sangat jarang marah padanya. Ketika dia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, wanita itu tahu ada sesuatu yang pecah-belah di antara dirinya dan Jacob Pei.

Pernikahan Jacob Pei dan Stevanny Shi memang pernikahan kilat, jadi tidak ada landasan emosional yang kokoh. Tidak bertanya lebih jauh padanya, itu tidak berarti Jacob Pei memercayainya. Dia bisa jadi malah kecewa.

Sesuatu yang telah diyakini oleh si suami, bahkan jika kamu menaruh bukti di hadapannya, tidak akan bisa dibatalkan.

Tetapi, tepat ketika tiba di lantai bawah, Stevanny Shi melihat Thiago Lu belum pergi. Pria itu daritadi menungguinya. Sementara itu, mobil Jacob Pei sudah tidak nampak.

Melihat sosok si wanita, si pria langsung menghampirinya. Benaknya belum juga bisa lepas dari kabar Stevanny Shi telah menikah.

“Mengapa kamu dulu tidak mengabari apa-apa soal pernikahanmu? Bukankah aku sudah memberitahumu untuk menunggu kepulanganku? Jadi, ini hasil kesetiaanku padamu? Stevanny Shi, kamu hanya bercanda saja, ya kan?” Thiago Lu mengguncangkan bahu Stevanny Shi. Jiwanya terasa sudah mau gila.

Yang bahunya diguncangkan gigit-gigit bibir dan mengibaskan tangan si pria darinya. Senyuman tipisnya lalu membuat si pria ketakutan.

“Memberitahuku untuk menunggu kepulanganmu?” Mengucapkan ulang frasa barusan, hatinya terasa sangat dingin. Wanita itu melanjutkan: “Pada hari pengambilan buku nikah kita, kamu bilang padaku bahwa kamu mau pergi ke Afrika. Kala itu, layaknya orang bodoh, aku menunggumu di Biro Urusan Sipil. Lalu, bukankah kita hari itu juga putus?”

Stevanny Shi masih mengingat jelas momen itu. Dengan penuh harapan, ia menanti kedatangan Thiago Lu ke Biro Urusan Sipil untuk bersama-sama mengambil buku nikah. Fransiska Yin, yang telah ia kenal sebelumnya, juga hadir. Teman baiknya itu hadir dengan mengajak Ethan Chen.

Tetapi, setelah waktu yang disepakati telah lewat, calon suaminya itu belum juga hadir. Dengan pesan pendek, pria itu kemudian mengabarinya bahwa surat kabar tempatnya bekerja menugaskannya pergi liputan ke Afrika. Tanggal kepulangannya belum dipastikan.

Tanpa mempertimbangkan bahwa dirinya adalah seorang pria yang akan segera menikah, Thiago Lu dengan gembira pergi ke Afrika. Ia dari dulu mungkin memang sudah memiliki mimpi ini. Pria itu ingin hidup di alam bebas dalam waktu yang lama, lalu mengambil foto di berbagai penjuru dunia.

Stevanny Shi kala itu kelewat berharap dengan hubungan mereka. Ia awalnya berpikri bahwa ia bisa memberikan seluruh hidupnya buat pria macam itu. Sampai ketika diterlantarkan di Biro Urusan Sipil, wanita itu baru sadar bahwa Thiago Lu hanyalah hembusan angin. Tidak seorang pun bisa menahan hembusan angin untuk tetap tinggal di sisinya.

Dalam peristiwa itu, Stevanny Shi menangis tersedu-sedu di Biro Urusan Sipil. Usaha Fransiska Yin untuk menenangkannya sama sekali tidak berdampak. Pengunjung-pengunjung kantor itu, yang juga datang untuk mengambil buku nikah, menatapnya seperti melihat makhluk aneh. Ditatapi seperti itu, dalam diri Stevanny Shi muncul dorongan untuk mencari pria di pinggir jalan secara acak dan mengajaknya ambil buku nikah.

Pada hari itulah ia berjumpa dengan Jacob Pei, meski tidak langsung ambil buku nikah.

Jacob Pei saat itu datang ke Biro Urusan Sipil untuk inspeksi kinerja pegawai negeri sipil. Berhubung hari itu adalah hari kasih sayangnya kalender China, ada reporter yang datang ke sana dan mewawancarainya. Ketika lensa kameramen terarah ke Stevanny Shi yang sedang menangis, Jacob Pei buru-buru melarangnya untuk memotret. Ia merasa harus menjaga rasa hormat terakhir dari si wanita.

Selain melihat Stevanny Shi, Jacob Pei juga melihat Ethan Chen dan Fransiska Yin. Tahu bahwa yang tengah menangis adalah teman mereka, ia membawa mereka bertiga ke ruang rapat untuk menunggu si wanita menenangkan diri.

Tidak lama kemudian, rumah sakit Ethan Chen kedatangan banyak korban kecelakaan mobil. Pria itu perlu segera kembali ke rumah sakit untuk memberi pertolongan darurat. Sementara itu, wajah Fransiska Yin juga tampak gugup setelah menerima sebuah panggilan. Mereka berdua pergi, jadi Stevanny Shi pun diurus Jacob Pei.

Di kemudian hari, sepasang pria dan wanita itu makin sering berinteraksi. Ketika Jacob Pei pada akhirnya mengajukan lamaran, Stevanny Shi langsung setuju tanpa berpikir panjang. Pernikahan dihelat dengan cepat. Semua berjalan sangat baik, kecuali tragedi kegugurannya.

Berbicara tentang tragedi itu, faktor pemicunya sejatinya juga Thiago Lu.

Lama sekali tidak mendapat kabar lanjutan dari Thiago Lu, Stevany Shi menelepon surat kabar yang mempekerjakannya dan menanyakan situasinya. Ia kala itu sama sekali tidak tahu dia masih hidup atau sudah mati. Pihak surat kabar mengabarkan situasi di Afrika sana sangat kacau. Tempat di mana si pria dikuasai oleh kelompok teroris, jadi hidupnya berada dalam bahaya.

Akhirnya, Stevanny Shi memohon Jacob Pei untuk membantu mengevakuasi dan memulangkan Thiago Lu. Ini adalah permohonan pertama dia pada suami barunya.

Si wanita tahu permohonnannya ini akan menyulitkan si suami. Tetapi, begitu menerima penolakan darinya, Stevanny Shi tetap marah. Mereka berselisih kata beberapa kali. Itu adalah pertengkaran pertama di antara mereka.

Untuk meredakan emosi, wanita itu mengajak Fransiska Yin keluar. Setelah diceritakan kronologis pertengkaran mereka, sahabatnya jadi sangat emosional, lalu terjadilah insiden kecelakaan dan tragedi keguguran.

“Aku pernah bilang aku pasti kembali. Bukankah kita saling mencintai? Bagaimana kamu bisa melupakan semua komitmen kita?”

“Itulah kebiasaanmu. Kamu sampai sekarang tidak sadar salahmu di mana, juga menumpahkan semua kesalahan pada diriku. Untung waktu itu aku memilih meninggalkanmu dan menikah dengan Jacob Pei. Aku sangat bahagia sekarang. Kamu tidak bisa memberikan kebahagiaan-kebahagiaan ini.”

“Lantas, mengapa apartemen kita dulu masih kamu pertahankan?”

Yang ditanya terhenyak. Ia mempertahankan apartemen mereka karena ingin si pria punya tempat tinggal ketika kembali. Ia pikir, meski tidak bisa jadi kekasih lagi, mereka masih bisa jadi teman.

“Belum bertemu pembeli yang cocok.”

Tatapan Thiago Lu memuram. Sebagai orang yang dulu sering bersentuhan dengan pihak pemerintahan, ia tentu tahu identitas pria yang Stevanny Shi sebut sebagai suaminya. Bisa menikah dengannya, hidup si wantia pasti bebas dari kekhawatiran apa pun. Tetapi, apakah pria semacam ini benar-benar bisa memberinya kebahagiaan?

“Temanku sebentar lagi akan turun, lalu kamu bisa naik. Aku tidak menginginkan barang-barangku yang masih ada di apartemen. Kamu boleh membuang semuanya. Tidak ada satu pun yang ingin aku kenang. Apartemen kita ini akan aku ubah kepemilikannya jadi atas namamu. Ini sejatinya apartemen yang nenekmu berikan buat kita, jadi ini hakmu.” Stevanny Shi berucap dengan tenang.

Si pria tahu bahwa dirinya tidak akan berkontak dengan si wanita lagi di masa depan. Ia jelas menyesali kepergiaannya ke Afrika. Pria itu pikir, Stevanny Shi akan menunggunya dengan patuh dan tenang. Nyatanya, begitu ia kembali, dia sudah dinikahi pria lain.

Andai masa lalu bisa diulang, Thiago Lu tidak akan pergi ke Afrika dan akan datang tepat waktu ke Biro Urusan Sipil. Ia akan menikah dengan Stevanny Shi, lalu menjalani kehidupan yang tenteram.

Sayang, obat untuk penyesalan belum pernah ditemukan.

Akhir-akhirnya, si pria hanya bisa melihat si wanita berlari kecil di tengah hujan. Ia juga melihat mobilnya. Ia dulu pernah bilang, kalau suatu hari nanti jadi orang kaya, ia akan membeli sebuah Mercedes-Benz yang beratap terbuka dan mengajak Stevanny Shi menyusuri jalanan tepi pantai.

Sekarang, mobil yang dikendari Stevanny Shi jauh lebih elit dari Mercedes-Benz. Dia mengendarai mobil sport keluaran Bentley! Itu mobil yang tidak akan pernah mampu ia beli walau bekerja seumur hidup.

Melalui kaca spion belakang, si wanita mengamati sosok Thiago Lu yang tertinggal sendirian. Jika bilang dirinya tidak iba, ia sudah berbohong. Sebagai seorang teman, ia bisa melihat dia menua cukup drastis setelah tinggal di Afrika selama setahunan. Apa saja yang ia alami di sana? Bagaimana dia bisa kabur dengan selamat dari kelompok teroris?

Tetapi, saat ini, Stevanny Shi menyadari hatinya lebih peduli dengan Jacob Pei. Wanita itu berpikir apa yang tengah dia lakukan dan bagaimana suasana hatinya kini. Sebelum melihatnya tidak apa-apa, ia tidak bisa merasa lega.

Pada saat ini juga, si wanita baru sadar kedudukan si pria di hatinya secara tidak sadar sudah menjadi sangat penting.

Stevanny Shi akhirnya tiba di rumah. Karena Ibu Gu tengah pergi ke Kota S untuk mengunjungi Valerie Pei dan Ellie, di rumah sekarang hanya ada dirinya, Jacob Pei, dan beberapa asisten rumah.

Melihat kepulangan Stevanny Shi, pelayan bersiap menyapa. Namun, yang mau disapa buka suara duluan.

“Jacob Pei di mana?” Melihat mobilnya terparkir di garasi, si istri tahu si suami sudah pulang.

“Tuan Muda ada di lantai atas. Setibanya di rumah tadi, dia langsung naik tanpa makan malam terlebih dahulu. Raut wajahnya tidak begitu baik.” Pelayan menjawab lebih dari yang ditanyakan. Selama bekerja di rumah ini, ia sangat jarang melihat Jacob Pei memperlihatkan ekspresi marah macam itu. Alhasil, ia tadi bersembunyi di dapur sampai majikannya itu masuk kamar.

“Baik. Biar aku siapkan makanan buatnya dan membawanya ke lantai atas.” Si wanita melepas mantel dan pergi ke dapur. Pekerjaan Jacob Pei sangat sibuk. Sebelum Javiar Pei ikut mengurusi perusahaan keluarga, selain harus menjalankan profesinya sebagai pejabat pemerintahan, ia juga harus mengawasi perusahaan itu. Dengan kesibukan semacam itu, si pria terbiasa menunda makan dan menderita penyakit maag.

Semua ini Ibu Pei ceritakan pada Stevanny Shi setelah dia menikahi putranya. Alhasil, ia setiap hari pun mengirim makan siang ke tempat Jacob Pei bekerja. Ia “merawat” perutnya dengan baik.

Sekarang jam makan malam telah lewat. Dengan kondisi belum makan, maag si suami sebentar lagi mungkin bakal kambuh.

Tanpa meminta bantuan asisten rumah, Stevanny Shi memasak dua menu sederhana di dapur. Dengan dipadukan sup, nasi putih, dan segelas susu yang sebelumnya telah disiapkan si asisten rumah, ia membawa kedua menu itu naik.

Begitu membuka pintu, si wanita menjumpai suasana ruangan sangat redup. Lampu tidak menyala, hanya tirai jendela saja yang dibuka. Bulan nampak secuil malam ini, jadi pencahayaan alami bisa dikatakan nyaris tidak ada.

Mengandalkan ingatan, Stevanny Shi menaruh nampan makanan di meja, lalu menyalakan lampu. Begitu lampu dinyalakan, ia melihat Jacob Pei terbaring di tempat tidur dengan satu tangan memegangi perut. Jidatnya sedikit berkeringat.

Dengan iba, wanita itu memindahkan gelas susu ke kepala ranjang, lalu mengambil beberapa lembar tisu dan mengelapkan keringatnya.

“Jacob Pei, perutnya nyeri sekali? Kamu sudah minum obat? Mau dibawa ke rumah sakit?”

Yang ditanya daritadi memejamkan mata meski tidak tertidur. Ketika si istri menyekakan keringatnya, ia tetap tidak membuka mata. Terhadap ketiga pertanyaan barusan, ia juga tidak memberikan jawaban apa pun.

“Jangan ke rumah sakit deh. Aku panggil Kakak Ethan Chen untuk datang kemari saja. Maagmu itu tiap kambuh sangat menyeramkan, andai terjadi sesuatu yang macam-macam bagaimana coba?” Berujar begini, Stevanny Shi segera mengambil ponsel untuk melakukan panggilan.

Ia tahu, dengan identitasnya sebagai pejabat pemerintahan, Jacob Pei tidak bisa muncul di rumah sakit secara terbuka. Sebagai istrinya, ia sendiri juga sebenarnya tidak boleh tarik-tarikan dengan Thiago Lu di lantai bawah apartemen.

Tepat ketika si istri tengah mencari kontak Ethan Chen, si suami mengangkat tangan dan menahan tangannya. Kedua matanya akhirnya juga terbuka.

“Tidak perlu…...” Suara lemah pria itu terdengar.

“Kalau tidak mau Kakak Ethan Chen datang, kamu minum obat!” Suara Stevanny Shi tiba-tiba menjadi sedikit berat. Setelah membantu Jacob Pei bersandar di kepala ranjang, ia pergi mengambilkan obat. Sudah menikah beberapa waktu dengannya, ia pun tahu obat maag mana yang biasa dia minum. Sembari mengambilkan obat, wanita itu sekalian mengambil air hangat buatnya. Habis dia minum obat maag, kekhawatirannya yang menggantung perlahan mulai menurun.

Berselang beberapa saat, air muka Jacob Pein jadi lebih baik. Stevanny Shi dalam hati berpikir, kalau tidak melihat dirinya dan Thiago Lu di lantai bawah gedung apartemen, suaminya ini tidak akan marah, tidak akan melewatkan makan, dan tidak akan menderita maag sekarang……

“Jacob Pei, yang ada di apartemen tadi adalah Fransiska Yin. Khawatir kamu akan mengabari Kakak Ethan Chen tentang kedatangannya, aku pun menyembunyikan dia darimu. Teman baikku itu datang tanpa diketahui olehnya.” Si istri memutuskan untuk memberi klarifikasi sekarang juga.

Dalam hati, wanita itu berharap Fransiska Yin bisa memahami tindakannya yang membongkar rahasia. Untung juga, dia sekarang telah ditemani Brandon Chu.

Alis berkerut Jacob Pei sedikit merileks. Ia lanjut mendengarkan penjelasannya.

“Soal Thiago Lu, aku juga tidak tahu bahwa dia telah kembali. Pertemuan kami di sana sepenuhnya merupakan kebetulan. Apaartemen itu juga bukan milikku. Itu milik nenek Thiago Lu, jadi aku cepat atau lambat harus menyerahkannya pada dia.” Stevanny Shi melanjutkan klarifikasi. Fiuh, ia bisa melihat ekspresi percaya dalam tatapan suaminya!

“Kamu sekarang memberitahuku bahwa Fransiska Yin ada di sana. Tidakkah kamu takut aku mengabari keberadaannya pada Ethan Chen?”

“Aku cuma tidak mau kamu salah paham.”

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu