Diamond Lover - Bab 348 Bertukar Peran

Dengan sedikit curiga, Ethan Chen membuka pintu darurat. Ia tidak menjumpai siapa pun di tangga, namun melihat sebuah koper tanpa pemilik. Mungkin milik seseorang yang ceroboh, begitu pikirnya. Tetapi, ketika ia mau pergi, sudut matanya sekilas melihat stiker di koper.

Di rumahnya waktu itu, tahu ia akan pergi ke Kota Jing untuk mengikuti konferensi akademis, Fransiska Yin mengamatinya mengepak koper. Ketika ia sedang lengah, wanita itu menempelkan sebuah stiker Spongebob Squarepants di kopernya.

Ethan Chen kala itu melipat kening dan berkomentar: “Barang seorang wanita jangan ditempel di koperku.”

Tetapi, si wanita mati-matian melarangnya untuk melepasnya. Allhasil, dengan mengenakan jas dan sepatu kulit, pria itu menarik koper hitam yang bertempelkan stiker Spongebob Squarepants. Ethan Chen agak malu, namun terus meyakinkan diri sendiri bahwa orang-orang tidak memperhatikannya.

Di koper Fransiska Yin ini, selain stiker Spongebob Squarepants, ada pula stiker-stiker lain yang ditempel degnan acak-acakan. Ini ciri khas si wanita.

Ethan Chen mengernyitkan alis. Jadi, ketukan-ketukan sepatu hak tinggi yang tadi terdengar dari arah tangga darurat ini seharusnya suara dia!

Si pria segera meletakkan koper di apartemennya, lalu turun ke lantai bawah dengan lift. Tidak, ia tidak melihat bayangan tubuh si wanita sama sekali……

“Kawan, lihat Nona Yin pergi ke mana?” Melihat wajah cemas Ethan Chen, satpam gedung apartemen agak kaget. Pria ini, yang biasanya tampil kalem dan lembut, ternyata bisa mengakami kecemasan juga.

Tetapi, Tuan Chen sangat jarang datang kemari. Datangnya pun biasa pada larut malam……

“Pergi ke gerbang…...” Si satpam menunjukkan arah. Masa mereka berdua tidak berjumpa? Pantas saja Fransiska Yin tampak panik.

Sebelum satpam kelar berbicara, Ethan Chen sudah merogoh kunci mobil dan pergi ke arah mobil.

Tanpa memedulikan hujan, si pria berlari dengan tergesa-gesa. Ia sekarang ingin melihat Fransiska Yin secepat mungkin. Dia waktu itu langsung menghilang begitu pernikahan Leon Gu dan Valerie Pei selesai. Mario Yin sepertinya menggunakan suatu taktik untuk mencegahnya bertemu dengannya. Atau, ia sendirilah yang belum mencarinya dengan teliti.

Selama mencarinya, berbagai emosi membanjiri benak si pria. Ethan Chen lalu berpikir, mereka berdua begini sebenarnya cukup oke. Kedepannya, mereka tidak perlu menjumpai satu sama lain lagi. Situasi ini mungkin bakal baik untuk mereka berdua.

Tetapi, langit tahu hidupnya kembali jadi air danau yang membeku ketika Fransiska Yin sudah tidak ada. Di bawah permukaan air yang beku itu, tersimpan sebuah hati yang gelisah. Pria itu tahu hidupnya telah diubah oleh Fransiska Yin.

Dan setelah melakukan perubahan, si pengubah hilang tanpa jejak.

Sebelum ia terpikir apa yang harus ia lakukan dilakukan, dia kembali lagi. Apakah itu berarti situasi di antara mereka punya peluang untuk membaik?

Ethan Chen menyalakan Mercedes-Benz tuanya. Mobilnya, yang selama ini sangat patuh, tiba-tiba saat ini gagal menyala. Sudah coba distarter beberapa kali, mobil tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyala.

Ia tiba-tiba teringat perkataan Fransiska Yin: “Mobil ini sangat tua. Cepat ganti mobil baru atau mobil ini akan jadi setua dirimu”.

Ethan Chen kala itu sama sekali tidak menanggapi perkataan ini. Tetapi, ekspresi diamnya pun sanggup memberitahu Fransiska Yin bahwa berganti kendaraan adalah sesuatu yang tidak akan ia lakukan. Ia sama sekali tidak kekurangan uang. Hanya saja, mobil itu memiliki terlalu banyak kenangan, termasuk sering mengantar dan menjemput si wanita. Ethan Chen sungguh tidak bisa memarkirnya dan tidak menggunakannya lagi begitu saja.

Betul, ia adalah orang yang gemar bernostalgia. Entah dalam hal perasaan, benda, atau orang, sesuatu yang sudah lama selalu jadi yang paling menarik perhatiannya.

Pada momen ini, Ethan Chen sangat berharap dirinya memiliki mobil dengan performa yang baik. Dengan begitu, ia tidak perlu menghadapi rasa malu karena mobilnya sekarang mogok.

Si pria mengumpat pelan, lalu menutup pintu mobil, menguncinya, dan berlari ke arah gerbang kompleks apartemen. Pria itu sudah meniatkan hati untuk membeli mobil baru, tidak peduli apa pun alasannya.

Berbagai kenangan yang sudah berusia tahunan pada titik tertentu harus dilepaskan.

Ini adalah pertama kalinya Ethan Chen menyadari parkiran kendaraan dan gerbang kompleks apartemen berjarak lumayan jauh. Sekaligus, pria itu jgua baru sadar Fransiska Yin yang sangat lemah dalam urusan olahraga itu bisa berlari scepat kilat. Sosoknya sama sekali tidak terlihat ketika ia mengejarnya dari gedung apartemen ke jalanan. Sekarang, ia sudah keluar dari kompleks apartemen, batang hidungnya masih belum muncul.

Ethan Chen bertanya ke penjaga pintu. Mereka ingat ada seorang gadis yang barusan berlari keluar gerbang dan naik taksi, namun hanya bisa mengira-ngira arah kepergiaan taksinya. Sebagai kota yang sangat besar, Kota A memiliki terlalu banyak tempat yang bisa dikunjungi. Jadi, bagaimana si pria bisa tahu ke mana perginya dia?

Pria itu berdiri termenung di depan gerbang. Sekujur tubuhnya diterpa hujan deras, namun ia sama sekali tidak merasakannya.

Ia pikir, ketika dulu mengejar dirinya, Fransiska Yin pasti juga merasakan ketidakberdayaan yang dirinya sekarang rasakan. Ia dulu berhutang perasaan pada si wanita, lalu sekarang tibalah gilirannya untuk membayar hutang itu.

Ethan Chen merogoh ponsel dan menghubungi nomor Stevanny Shi. Selama menetap di Kota A, Fransiska Yin sangat akrab dengan orang yang sedang dihubunginya ini. Jadi, ia berasumsi Fransiska Yin pasti sudah mengabari kepulangannya ke Kota A pada dia.

Namun, di luar dugaan, Stevanny Shi sangat terkejut dengan kabar kepulangan Fransiska Yin. Nada suaranya menyiratkan ia sama sekali tidak dikabari oleh si wanita. Mendengar ini, Ethan Chen benar-benar kehabisan akal. Ia sekarang baru sadar, pengenalannya tentang Fransiska Yin sangat amat sedikit.

Selain tahu dia pernah tinggal di sini dan berhubungan baik dengan Stevanny Shi, si pria juga tahu si wanita pernah menjadi guru sukarelawan di panti asuhan. Ia mengerjakan profesi itu selama empat tahun. Awalnya, Ethan Chen mengira nona dari keluarga terhormat macam dia paling hanya akan tahan bekerja maksimal dua minggu.

Nyatanya, dia ternyata bisa bertahan segitu lama.

Yang Ethan Chen tidak ketahui adalah Fransiska Yin tahan menjadi guru sukarelawan selama empat tahun karena dia sendiri. Berhubung si pria secara rutin datang ke panti asuhan dan melakukan pemeriksaan kesehatan pada anak-anak, si wanita berharap bisa sering-sering berjumpa dan berinteraksi dengannya.

Stevanny Shi, yang belum menutup telepon, menerima satu panggilan lain. Kata “Fransiska Yin” tertambat di layar ponselnya. Si wanita seketika kaget. Mungkinkah Fransiska Yin benar-benar sedang kembali?

Stevanny Shi segera mengangkat telepon. Nada bicaranya penuh kekhawatiran.

“Fransiska Yin, kamu sekarang di Kota A? Mengapa kamu tidak berkabar denganku? Kakak Ethan Chen barusan meneleponku dan menanyaimu, tetapi aku tidak tahu apa-apa……”

“Stevanny Shi…...” Fransiska Yin menyadari suaranya jadi serak. Ia dengan cepat menekan suara sengau itu dan menjawab, “Iya, aku sekarang di Kota A.”

“Kamu sekarang di mana? Kakak Ethan Chen mencarimu dengan panik, mengapa kamu tidak memberinya kabar?” Stevanny Shi saat ini sudah mengambil kunci mobil dan bersiap pergi keluar.

“Kamu keluar dulu, nanti kita bicara lagi. Aku sekarang di apartemen lamamu.”

“Baik, baik. Tunggu aku.” Stevanny Shi menutup telepon. Mendengarkan suara Fransiska Yin barusan, rasa ibanya muncul dengan sangat kuat. Hanya karena mencintai seseorang, temannya itu rela membuat sekujur tubuhnya penuh memar. Ia sendiri tidak pernah mengalami perasaan macam ini.

Stevanny Shi tahu dirinya sangat beruntung. Ia kebetulan bertemu dengan seseorang yang juga mencintainya. Sekarang, di rumah kediaman keluarga Pei, wanita ini melalui hari-hari dengan sangat santai dan bahagia. Ia setiap hari hanya perlu meluangkan waktu untuk pergi ke kedai kopinya saja. Entahlah keberuntungannya berapa kali lipat dari Fransiska Yin……

Sebagai teman baik, ia berharap Fransiska Yin juga bisa bahagia.

Sebelum si wanita keluar dari rumah, Jacob Pei yang baru balik dari kantor menghadang langkahnya di garasi. Dia bisa melihat istrinya hendak pergi.

“Buat apa keluar di waktu ini?” Si pria memeluk si wanita dan meletakkan dagu di atas kepalanya. Jacob Pei hari ini sepertinya sangat ingin melekat pada Stevanny Shi.

Yang ditanya berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk tidak menceritakan kembalinya Fransiska Yin pada Jacob Pei. Bila ia memberitahunya, dia bisa jadi bakal langsung berkabar pada Ethan Chen.

Soal ini, Stevanny Shi yakin suaminya akan berpihak pada temannya sendiri. Bisa jadi Ethan Chen juga sudah mengingatkannya untuk memberikan kabar soal Fransiska Yin setiap dengar.

“Ada sedikit masalah di kedai kopi. Aku akan segera kembali.” Stevanny Shi dengan lembut mendorong Jacob Pei. Ekspresinya agak canggung.

“Masalah apa? Perlu aku temani?” Jacob Pei bertanya acuh tidak acuh.

“Bukan masalah besar…… hanya tamu yang tidak puas saja…… dia ingin bertemu pemilik kedai. Aku berangkat dulu.” Si wanita tidak pandai berbohong. Kebohongan yang baru dipikirkan ini bahkan tidak bisa ia sendiri percayai.

“Kamu bisa menanganinya sendiri? Kalau pengunjung itu menyakitimu, aku akan iba padamu. Biarlah aku temani.” Jacob Pei berpura-pura gugup. Bagaimana mungkin ia tidak bisa menyadari kebohongan istrinya? Ia memang tidak pernah jadi hakim atau penginterogasi, namun kebohongan ini sangatlah ekpslisit.

Hanya dengan berstatus sebagai suaminya, Jacob Pei bisa melihat Stevanny Shi tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Mungkinkah kata-kata Ethan Chen benar? Mungkinkah orang yang paling ingin ditemui Fransiska Yin sekembalinya ke sini adalah Stevanny Shi?

“Tidak apa-apa, aku sudah pernah berlatih. Kehadiranmu juga belum tentu akan membantu.” Si istri mendorong si suami untuk membuatnya pergi lebih cepat: “Kamu telah bekerja seharian. Sana mandi dan istirahat. Anu, jangan tunggu aku kembali.”

“Hati-hati. Kalau tidak bisa menyelesaikannya, telepon aku.” Jacob Pei tidak ingin menghalangi Stevanny Shi lebih lanjut. Kalau masih ingin lanjut, ia akan benar-benar tidak tahu istrinya ke mana.

Setelah dilepaskan, wanita itu langsung mobil dan melajukannya ke apartemen lama. Untung sekali, apartemen tersebut masih dimiliki olehnya.

Saat mobil istrinya keluar dari garasi, Jacob Pei membuntutinya dengan mobil bekas si wanita. Sembari mengikuti, pria itu juga menghubungi Ethan Chen.

“Ethan Chen, sepertinya gadis itu benar-benar ingin menemui Stevanny Shi. Istriku ini tengah keluar dengan terburu-buru, aku mengikutinya di belakang. Setelah dia sampai di tujuannya, aku akan memberitahumu lokasi kami.” Si pria menggelengkan kepalanya. Istrinya ini mana pandai menyembunyikan sesuatu dari orang lain? Apalagi dari dirinya!

Namun, semakin jauh mengemudi, alis Jacob Pei semakin terenyit. Stevanny Shi pergi ke apartemen lamanya. Dia waktu itu bilang sudah menjualnya, kok sekarang……

Atau jangan-jangan yang mau ditemuinya bukan Fransiska Yin? Jika bukan dia, lantas siapa?

Melihat situasi ini, Jacob Pei jadi makin fokus membuntuti mobilnya. Pegangan tangannya ke setir juga mengerat.

Selama menyetir, Stevanny Shi sama sekali tidak memerhatikan mobil si suami di belakang. Yang ada di benaknya hanya suara Fransiska Yin. Gadis ini datang kemari tanpa mengabari siapa-siapa, kalau sewaktu-waktu terjadi sesuatu siapa yang mau menolong?

Setibanya di kompleks apartemennya dulu, Stevanny Shi memarkir mobil, turun, dan berjalan ke sebuah gedung yang familiar. Tetapi, baru sampai di depan lobi dan bersiap membuka pintu untuk mendatangi Fransiska Yin, pergelangan tangannya tiba-tiba dipegang seseorang. Begitu menoleh, wanita itu melihat sebuah wajah yang berekspresi canggung.

Jacob Pei, yang juga sudah tiba di kompleks apartemen itu, memarkir mobil di sebuah tempat yang tersembunyi. Ia berharap Stevanny Shi berbohong padanya benar-benar karena Fransiska Yin datang. Itu akan lebih mudah dijelaskan dibanding jika istrinya itu menemui orang lain.

Tetapi, Stevanny Shi sekarang ditarik seorang sosok familiar. Dari jarak seratus meter pun, Jacob Pei bisa merasakan tatapan tajam pria itu, yang diarahkan ke Stevanny Shi yang agak kaget. Si pria paham, dirinya saat ini sudah mau meledak.

Stevanny Shi berbohong demi datang kemari dan menemui pria ini? Jadi, apartemen itu tidak dijual karena dia ingin berkencan dengannya di sini?

Dengan sedikit rasionalitas yang tersisa, si pria merogoh ponsel dan mengetik pesan pendek ke Ethan Chen: “Fransiska Yin tidak ada di sini.”

Setelah mengirimnya, di tengah rintik-rintik hujan, Jacob Pei dengan cepat keluar dari mobil dan berjalan ke arah dua orang itu. Mereka berdua, yang berdiri di depan pintu, sama sekali tidak menyadari kedatangannya yang berarura agresif.

Semakin mendekat, kata-kata Stevanny Shi dan si pria semakin terdengar. Jacob Pei mengaku, ia setengah mati ingin murka mendengar istrinya berbincang menggunakan suara yang sangat lembut dengan pria lain. Apalagi, pria itu adalah cinta masa kecilnya. Bagaimana ia bisa menahan emosi coba?

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu