Diamond Lover - Bab 269 Kena Radang Paru-Paru

Setelah mengusir Leon Gu, Valerie tidur hingga hari terang. Setelah sarapan dengan Ellie dan merapikan rambutnya, wanita itu bersiap mengantar si buah hati ke sekolah. Ellie punya kemampuan adaptasi yang sangat kuat. Hanya dalam beberapa hari, ia sudah kenal dengan banyak sekali teman sekelas.

Valerie Pei menggandeng tangan Ellie dengan satu tangan, sementara satu tangannya lagi membawa tas. Ketika mereka berdiri di depan pintu, terdengarlah suara ribut-ribut dari samping.

Si wanita membuka pintu, lalu menjumpai beberapa orang berkerumun di depan rumah Leon Gu. Di antara mereka, ada dua petugas ambulans pria yang mendorong ranjang pasien berisikan si pria. Di atas ranjang, wajah dan bibir Leon Gu terlihat sangat pucat. Sementara itu, asisten rumah yang ia tahu bekerja di rumahnya juga panik melihat petugas ambulans membawa bosnya pergi.

Berhubung ranjang pasien cukup tinggi, Ellie tidak tahu bahwa yang terbaring di sana adalah Leon Gu.

“Mommy, keadaannya sepertinya sangat serius.” Ellie tahu pakaian yang dikenakan dua orang tadi adalah pakaian petugas ambulans. Melihat mereka buru-buru mendorong ranjang pasien ke lift, si anak jadi sangat bersimpati.

Yang diajak bicara tidak mendengar kata-kata anaknya. Ia pikir, setelah ia usir dari rumah, Leon Gu seharusnya langsung kembali ke rumahnya sendiri. Mengapa dia sekarang sampai dibawa petugas ambulans begini?

Asisten rumah si pria menoleh ke Valerie Pei, lalu mengangguk dengan cemas sembari berlari mengejar lift. Tidak lama kemudian, lift yang sudah berhasil ditumpanginya tertutup dan bergerak turun.

“Mommy, Mommy?” Ellie melepaskan gandengan mamanya. Mommy sudah lama tidak linglung, mengapa hari ini dia linglung lagi sekalinya keluar rumah?

Gandengannya tiba-tiba kosong, Valerie Pei terbangun dari lamunan. Ah, sakitnya Leon Gu tidak berhubungan sama sekali dengan dirinya! Biarlah pria itu menenangkan diri di rumah sakit sembari menimbang baik-baik apakah ingin rebutan hak asuh anak dengannya.

“Iya, Mommy tidak kenapa-kenapa. Ayo berangkat sekolah.” Si wanita menarik pandangan dari pintu lift, kemudian kembali menggandeng Ellie seolah tidak terjadi apa pun.

“Oke.” Si anak berjalan ke lift sembari melompat-lompat kegirangan.

“Mommy, besok kan hari Sabtu, jadi kita harus mengunjungi kakek.” Setelah menekan nomor lantai tujuan, Ellie mendongak dan berbicara pada Valerie Pei.

Belakangan ini, wanita itu memang selalu membawa anaknya berkunjung ke rumah kediaman keluarga Gu tiap akhir pekan. Kunjungan rutin mereka membuahkan sesuatu yang manis, yakni kesehatan Henry Gu yang meningkat pesat. Pria tua itu pasti sangat senang dengan kemampuan Ellie dalam membuatnya gembira!

Tetapi, semakin hal ini terjadi, Valerie Pei juga semakin khawatir Leon Gu akan bertambah ambisius dalam mengambil hak asuh Ellie. Wanita itu tahu Henry Gu punya kedudukan penting di hati Leon Gu, jadi sangatlah masuk akal kalau kekhawatirannya terwujud.

Si wanita tidak mau buah hatinya pergi. Sekali pun ia tahu bahwa Ellie bakal baik-baik saja tinggal di rumah kediaman keluarga Gu, ia tetap tidak mau berpisah dengannya.

“Hari Jumat belum tiba, kok sudah memikirkan hari Sabtu sih?” Si ibu mengusap hidung si anak sembari tersenyum. Senyum itu sengaja ia pasang untuk menutupi kegelisahan soal hak asuh.

Ellie sendiri punya perhitungan kecil di dalam hati. Kalau berkunjung ke rumah kediaman keluarga Gu, mereka pasti akan bertemu Leon Gu. Pertemuan ini selalu terjadi dalam beberapa minggu terkahir, jadi ia cukup yakin dengan ekspektasinya itu. Meski hanya bertemu dia seminggu sekali, hati kecilnya sudah sangat puas. Anehnya, berbeda dengan dirinya, Mommy selalu agak kesal tiap bertemu dengan Leon Gu. Sehari-hari, supaya Mommy tidak marah, anak itu pun mengurangi pembicaraan tentang Leon Gu dengannya.

Setelah mengirim Ellie ke sekolah, Valerie Pei langsung pergi ke kantor. Beberapa hari yang lalu, ia kedatangan seorang sekretaris baru. Sayangnya, sekretaris itu tidak mampu bekerja dengan rapi dan selalu membuat kekeliruan. Gila, ia tidak habis pikir seorang lulusan universitas terkenal macam dia tidak mampu mengerjakan hal-hal yang bisa dikerjakan lulusann-lulusan universitas kelas bawah.

Alhasil, si wanita pun memecatnya.

Sehari setelah pemecatan, Departemen Personalia mengabarkan bahwa mereka berhasil merekrut seorang pekerja wanita yang cerdas. Berhubung sedang butuh sekretaris baru, Valerie Pun pun meminta orang itu dipekerjakan dengannya. Hari ini adalah hari pertama si wanita datang padanya untuk melapor.

Belum Valerie Pei memasuki ruang kerja, ia langsung melihat seorang wanita berada di dalam ruang kerjanya itu. Bukannya duduk, wanita itu malah memegang-megang beberapa benda yang ada di mejanya dengan raut iseng dan penasaran.

Valerie Pei sangat tidak suka kelancangan macam ini. Akibatnya, impresi positif dia terhadapnya langsung terdiskon besar-besaran. Ini Departemen Personalia ada masalah apa sih, kok mereka belakangan merekrut orang-orang absurd melulu?

Tanpa berpikir lebih jauh, si wanita membuka pintu dan melangkahkan sepatu hak tinggi ke meja kerja. Ketika sudah duduk, ia baru menyadari wajah wanita yang datang duluan itu teramat familiar.

“Emily Gu, kok kamu ada di sini?” Valerie Pei meletakkan tas. Tadi, pekerja di luar memang bilang sekretaris barunya sudah ada di dalam ruang kerjanya kan? Ketika melihat tanda yang dikenakan Emily Gu di dada, wanita itu baru yakin dirinya memang tidak salah dengar. Kok bisa perusahaan mempekerjakan Emily Gu begini ya?

Selain itu, kok bisa Emily Gu melamar kerja di perusahaan mereka? Henry Gu setuju kah? Ayah dan Ibu-nya setuju kah?

“CEO Pei, aku sekretaris barumu. Mohon bimbing dan bina aku ke depannya.” Si orang baru berdiri sembari tersenyum, kemudian membungkuk sedikit ke arah Valerie Pei.

Yang disapa sungguh kaget. Ia dengan cepat berkata: “Nyonya Muda Kecil, bisakah kamu tidak bercanda? Aku sangat sibuk, aku tidak punya waktu untuk meladeni leluconmu.” Baru semalam dibuat Leon Gu kelelahan parah, Valerie Pei pagi-pagi begini harus berurusan dengan adiknya. Aduh, kalau mau menyerang secara bergantian, bukan begini juga kali caranya!

“CEO Pei, aku seratus persen serius. Aku sudah mengikuti tes tertulis dan tes wawancara perusahaan, lalu kedua-duanya kuakhiri dengan peringkat satu, jadi aku hadir di sini untuk bekerja denganmu dan bukan untuk macam-macam. Percayalah, aku bakal jadi anak buahmu yang paling kompeten.” Emily Gu menanggapi dengan penuh tekad dan ketegasan.

Di meja Valerie Pei ada informasi kepegawaian Emily Gu. Ia membacanya satu per satu halamannya. Wanita ini pernah magang di beberapa perusahaan terkenal selama berkuliah, terus semua perusahaan ini tidak ada hubungannya dengan perusahaan-perusahaan Gu’s Corp. Gila, kok bisa ya? Gila, dia sejago itukah dalam menjalani berbagai tes masuk?

“Emily Gu, kalau kamu jadi anak buahku, aku tidak akan memberimu perlakuan spesial hanya karena aku menganggapmu adik. Kamu harus menyiapkan mental matang-matang.” Wanita itu menutup berkas dan mengklik sampul file dengan ragu-ragu.

Ia tengah berpikir, apakah Emily Gu adalah orang yang Leon Gu utus sebagai informan?

“Di perusahaan, kamu adalah bos, sementara aku adalah bawahan.” Si sekretaris baru berusaha meyakinkannya lagi.

Setelah menimbang-nimbang, Valerie Pei akhirnya setuju untuk menerimanya. Ia tidak bisa menolak dia hanya gara-gara dia adalah adik Leon Gu. Bagaimana pun juga, Emily Gu diterima perusahaan sebagai peraih nilai tertinggi dalam tes masuk dan tes wawancara. Ia pikir, ia coba pekerjakan saja dia dulu, nanti kalau tidak cocok baru diskusi lagi.

“Baik. Aku akan mengobservasi kinerjamu selama satu minggu. Kalau tidak oke, aku akan……”

“Terima kasih, CEO Pei!” Wajah Emily Gu dipenuhi raut bersyukur.

Sebenarnya, putri-putri perempuan kaya seperti Emily Gu tidak perlu bekerja seperti ini. Mereka cukup menghabiskan hari dengan belajar piano, belajar kaligrafi, dan belajar hal-hal anggun lainnya. Ketika usia mereka sudah cukup, bakal ada seorang lelaki sebaya yang datang untuk melamar. Bila keluarga kedua belah pihak merasa keduanya serasi, pernikahan pun akan segera direncanakan.

Sebagai nona ketiga dari keluarga Gu, ada banyak sekali pria yang datang melamar Emily Gu beberapa tahun terakhir. Orang tuanya menyukai beberapa dari mereka, namun ia sama sekali tidak tertarik dijodohkan. Di benaknya, pernikahan dengan cara dipasangkan keluaga begini adalah peninggalan era feudal. Di abad kedua puluh satu ini, ia yakin setiap orang berhak memilih pasangannya masing-masing tanpa desakan pihak lain! Lebih-lebih, orang dari status sosial yang berbeda baginya juga sah-sah saja berpasangan asalkan keduanya setuju.

Satu hal lagi, Emily Gu juga tidak suka dengan kegiatan jalan, minum teh sore, dan melakukan perawatan kecantikan yang biasa dilakukan putri-putri keluarga kaya. Wanita itu berharap dirinya bisa jadi semacam Valerie Pei. Alangkah senangnya ia kalau bisa menjadi seseorang yang handal dalam bekerja dan mandiri dalam hidup!

“Sama-sama. Sekarang, kamu boleh keluar dari ruanganku untuk mulai bekerja. Carilah Asisten Sun, ia akan memberitahu apa saja tugas-tugasmu.” Si bos sendiri juga sudah mau mulai mengurusi kerjaannya.

“Oke.” Si sekretaris baru tersenyum. Sebelum pergi, ia tidak lupa berkata: “Kak Valerie Pei, kakakku tidak pulang beberapa hari belakangan. Apakah dia……”

“Emily Gu, kalau kamu mengajakku membicarakan urusan pribadi lagi pada jam kerja, hati-hati aku bakal……” Valerie Pei menunjukkan gestur memotong leher. Emily Gu, yang takut dengan ancamannya, langsung cabut dari ruang kerja CEO.

Berdasarkan pengamatan, ia merasa masih ada harapan baginya untuk melihat Valerie Pei dan Leon Gu bersatu lagi.

Setelah Emily Gu menutup pintu, senyum di wajah Valerie Pei melenyap. Leon Gu tidak pulang beberapa hari belakangan…… Dia tinggal di dekatnya atau di mana?

Sekalinya pertanyaan ini muncul di benak, si wanita langsung berusaha mengusirnya. Di mana Leon Gu tinggal tidak ada hubungan dengan dirinya. Ia malas memusingkan pria menyebalkan itu!

Berbeda dengan pertanyaan barusan, pemandangan Leon Gu berbaring di ranjkang ambulans masih bertahan di benak Valerie Pei. Mungkinkah telah terjadi sesuatu dengannya? Pria itu semalam sempat basah kuyup dari kepala sampai kaki, lalu sepulangnya ke rumah pasti langsung berbaring dan tidur tanpa mandi dulu. Tidak aneh sih kalau dia flu……

Si wanita juga tidak paham mengapa si pria harus menyiksa dirii sendiri. Yang bilang ingin merebut hak asuh adalah dia, tetapi yang kemudian mengusik mantan pasangannya juga dia. Wanita itu merasa Leon Gu setiap hari selalu berubah-ubah. Aduh, ia tidak tahan meladeninya.

Semakin memikirkan ini, kepala Valerie Pei semakin pening. Ia pun buru-buru membuang nama Leon Gu dari benak dan menenggelamkan diri dalam urusan pekerjaan. Pada sore hari, wanita itu mempunyai rapat untuk membahas pencatatan perusahaan ke bursa saham. Karena dana yang dibutuhkan lumayan besar, Huo’s Corp dan Yin’s Corp juga mengutus orang untuk hadir. Hanya saja, ia belum tahu siapa dua orang yang akan diutus itu.

Setibanya Valerie Pei dan Emily Gu di ruang rapat, Valerie Pei dibuat tercengang. Meski uang yang kali ini dibutuhkan memang banyak, namun baginya tidak perlu juga penanggung jawab kedua perusahaan sama-sama datang. Lagipula, raut wajah mereka sangat tidak enak. Keduanya terlihat tidak senang dengan perusahaan ini dan dengan dirinya.

Ketika melihat Emily Gu, Christian Huo dan Mario Yin juga sedikit terkejut. Dalam benak mereka, wanita ini seharusnya menjadi putri keluarga kaya yang tidak seharusnya mengkhawatirkan apa pun. Saat ini, dia malah jadi bawahan Valerie Pei.

Valerie Pei sebelumnya pernah bertemu dengan Christian Huo di rumah sakit. Mendengarkan kata-katanya waktu itu, si wanita langsung tahu, sikap teman-teman baik Leon Gu padanya lansung berubah setelah mereka bercerai. Ia sendiri sih tidak begitu peduli, sebab sebagai seseorang yang sudah tidak punya relasi apa-apa lagi dengan Leon Gu, ia tidak butuh dipandang positif oleh teman-temannya lagi. Biarlah mereka memandangnya sesuai kepribadian masing-masing, begitu pikirnya.

Dari awal sampai akhir, rapat berlangsung menegangkan. Christian Huo dan Mario Yin berulang kali mengajukan pertanyaan untuk dijawab oleh Valerie Pei. Memang, perusahaan yang berniat masuk ke bursa saham ini adalah rekomendasi dari Mario Yin. Si wanita hanya mempelajari berkas-berkas yang diberikan olehnya, eh tahunya sekarang dia malah dipojokkan.

Saking tegangnya, Emily Gu refleks menyeka keringat dingin di tangan.

Menghadapi dua pria kuat itu sendirian, si wanita bersikap tenang dan bernyali. Jawaban-jawaban yang ia berikan pada akhirnya membuat mereka kebingungan harus bertanya apa lagi. Mereka akhir-akhirnya cuma bisa diam, padahal mereka kemari untuk merepotkan Valerie Pei.

Diamnya mereka dianggap sebagai tanda selesainya rapat. Para karyawan dari ketiga perusahaan pun bergegas keluar ruang kerja. Ketika Emily Gu juga bersiap pergi, Christian Huo tiba-tiba memanggilnya. Valerie Pei pada saat bersamaan juga diberhentikan.

“Hari ini, kami kemari bukan untuk membicarakan soal uang.” Christian Huo langsung menyinggung topik utama.

Si wanita meletakkan berkas di meja. Ia terlihat seperti sudah tahu ini dari awal.

“Kakak Christian Huo, Kakak Mario Yin, kalau ada yang ingin diutarakan, silahkan utarakan dengan baik-baik.” Emily Gu diam-diam mundur dua langkah. Kalau situasi memburuk, ia akan segera cabut.

“Emily Gu, kamu mengapa sibuk bekerja di sini? Kakakmu kena radang paru-paru, kok kamu tidak pergi menemaninya sih? Jangan-jangan, di masa depan kamu juga tidak akan menemani dia pada saat-saat terakhir.” Mario Yin menyalahkan Emily Gu.

“Apa? Kakakku sakit?”

Valerie Pei akhirnya memahami apa yang sedang berlangsung. Dengan sakitnya Leon Gu, teman-temannya datang kemari untuk menyatakan protes.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu