Diamond Lover - Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
Setelah mengusir Leon Gu, Valerie tidur hingga hari terang. Setelah sarapan dengan Ellie dan merapikan rambutnya, wanita itu bersiap mengantar si buah hati ke sekolah. Ellie punya kemampuan adaptasi yang sangat kuat. Hanya dalam beberapa hari, ia sudah kenal dengan banyak sekali teman sekelas.
Valerie Pei menggandeng tangan Ellie dengan satu tangan, sementara satu tangannya lagi membawa tas. Ketika mereka berdiri di depan pintu, terdengarlah suara ribut-ribut dari samping.
Si wanita membuka pintu, lalu menjumpai beberapa orang berkerumun di depan rumah Leon Gu. Di antara mereka, ada dua petugas ambulans pria yang mendorong ranjang pasien berisikan si pria. Di atas ranjang, wajah dan bibir Leon Gu terlihat sangat pucat. Sementara itu, asisten rumah yang ia tahu bekerja di rumahnya juga panik melihat petugas ambulans membawa bosnya pergi.
Berhubung ranjang pasien cukup tinggi, Ellie tidak tahu bahwa yang terbaring di sana adalah Leon Gu.
“Mommy, keadaannya sepertinya sangat serius.” Ellie tahu pakaian yang dikenakan dua orang tadi adalah pakaian petugas ambulans. Melihat mereka buru-buru mendorong ranjang pasien ke lift, si anak jadi sangat bersimpati.
Yang diajak bicara tidak mendengar kata-kata anaknya. Ia pikir, setelah ia usir dari rumah, Leon Gu seharusnya langsung kembali ke rumahnya sendiri. Mengapa dia sekarang sampai dibawa petugas ambulans begini?
Asisten rumah si pria menoleh ke Valerie Pei, lalu mengangguk dengan cemas sembari berlari mengejar lift. Tidak lama kemudian, lift yang sudah berhasil ditumpanginya tertutup dan bergerak turun.
“Mommy, Mommy?” Ellie melepaskan gandengan mamanya. Mommy sudah lama tidak linglung, mengapa hari ini dia linglung lagi sekalinya keluar rumah?
Gandengannya tiba-tiba kosong, Valerie Pei terbangun dari lamunan. Ah, sakitnya Leon Gu tidak berhubungan sama sekali dengan dirinya! Biarlah pria itu menenangkan diri di rumah sakit sembari menimbang baik-baik apakah ingin rebutan hak asuh anak dengannya.
“Iya, Mommy tidak kenapa-kenapa. Ayo berangkat sekolah.” Si wanita menarik pandangan dari pintu lift, kemudian kembali menggandeng Ellie seolah tidak terjadi apa pun.
“Oke.” Si anak berjalan ke lift sembari melompat-lompat kegirangan.
“Mommy, besok kan hari Sabtu, jadi kita harus mengunjungi kakek.” Setelah menekan nomor lantai tujuan, Ellie mendongak dan berbicara pada Valerie Pei.
Belakangan ini, wanita itu memang selalu membawa anaknya berkunjung ke rumah kediaman keluarga Gu tiap akhir pekan. Kunjungan rutin mereka membuahkan sesuatu yang manis, yakni kesehatan Henry Gu yang meningkat pesat. Pria tua itu pasti sangat senang dengan kemampuan Ellie dalam membuatnya gembira!
Tetapi, semakin hal ini terjadi, Valerie Pei juga semakin khawatir Leon Gu akan bertambah ambisius dalam mengambil hak asuh Ellie. Wanita itu tahu Henry Gu punya kedudukan penting di hati Leon Gu, jadi sangatlah masuk akal kalau kekhawatirannya terwujud.
Si wanita tidak mau buah hatinya pergi. Sekali pun ia tahu bahwa Ellie bakal baik-baik saja tinggal di rumah kediaman keluarga Gu, ia tetap tidak mau berpisah dengannya.
“Hari Jumat belum tiba, kok sudah memikirkan hari Sabtu sih?” Si ibu mengusap hidung si anak sembari tersenyum. Senyum itu sengaja ia pasang untuk menutupi kegelisahan soal hak asuh.
Ellie sendiri punya perhitungan kecil di dalam hati. Kalau berkunjung ke rumah kediaman keluarga Gu, mereka pasti akan bertemu Leon Gu. Pertemuan ini selalu terjadi dalam beberapa minggu terkahir, jadi ia cukup yakin dengan ekspektasinya itu. Meski hanya bertemu dia seminggu sekali, hati kecilnya sudah sangat puas. Anehnya, berbeda dengan dirinya, Mommy selalu agak kesal tiap bertemu dengan Leon Gu. Sehari-hari, supaya Mommy tidak marah, anak itu pun mengurangi pembicaraan tentang Leon Gu dengannya.
Setelah mengirim Ellie ke sekolah, Valerie Pei langsung pergi ke kantor. Beberapa hari yang lalu, ia kedatangan seorang sekretaris baru. Sayangnya, sekretaris itu tidak mampu bekerja dengan rapi dan selalu membuat kekeliruan. Gila, ia tidak habis pikir seorang lulusan universitas terkenal macam dia tidak mampu mengerjakan hal-hal yang bisa dikerjakan lulusann-lulusan universitas kelas bawah.
Alhasil, si wanita pun memecatnya.
Sehari setelah pemecatan, Departemen Personalia mengabarkan bahwa mereka berhasil merekrut seorang pekerja wanita yang cerdas. Berhubung sedang butuh sekretaris baru, Valerie Pun pun meminta orang itu dipekerjakan dengannya. Hari ini adalah hari pertama si wanita datang padanya untuk melapor.
Belum Valerie Pei memasuki ruang kerja, ia langsung melihat seorang wanita berada di dalam ruang kerjanya itu. Bukannya duduk, wanita itu malah memegang-megang beberapa benda yang ada di mejanya dengan raut iseng dan penasaran.
Valerie Pei sangat tidak suka kelancangan macam ini. Akibatnya, impresi positif dia terhadapnya langsung terdiskon besar-besaran. Ini Departemen Personalia ada masalah apa sih, kok mereka belakangan merekrut orang-orang absurd melulu?
Tanpa berpikir lebih jauh, si wanita membuka pintu dan melangkahkan sepatu hak tinggi ke meja kerja. Ketika sudah duduk, ia baru menyadari wajah wanita yang datang duluan itu teramat familiar.
“Emily Gu, kok kamu ada di sini?” Valerie Pei meletakkan tas. Tadi, pekerja di luar memang bilang sekretaris barunya sudah ada di dalam ruang kerjanya kan? Ketika melihat tanda yang dikenakan Emily Gu di dada, wanita itu baru yakin dirinya memang tidak salah dengar. Kok bisa perusahaan mempekerjakan Emily Gu begini ya?
Selain itu, kok bisa Emily Gu melamar kerja di perusahaan mereka? Henry Gu setuju kah? Ayah dan Ibu-nya setuju kah?
“CEO Pei, aku sekretaris barumu. Mohon bimbing dan bina aku ke depannya.” Si orang baru berdiri sembari tersenyum, kemudian membungkuk sedikit ke arah Valerie Pei.
Yang disapa sungguh kaget. Ia dengan cepat berkata: “Nyonya Muda Kecil, bisakah kamu tidak bercanda? Aku sangat sibuk, aku tidak punya waktu untuk meladeni leluconmu.” Baru semalam dibuat Leon Gu kelelahan parah, Valerie Pei pagi-pagi begini harus berurusan dengan adiknya. Aduh, kalau mau menyerang secara bergantian, bukan begini juga kali caranya!
“CEO Pei, aku seratus persen serius. Aku sudah mengikuti tes tertulis dan tes wawancara perusahaan, lalu kedua-duanya kuakhiri dengan peringkat satu, jadi aku hadir di sini untuk bekerja denganmu dan bukan untuk macam-macam. Percayalah, aku bakal jadi anak buahmu yang paling kompeten.” Emily Gu menanggapi dengan penuh tekad dan ketegasan.
Di meja Valerie Pei ada informasi kepegawaian Emily Gu. Ia membacanya satu per satu halamannya. Wanita ini pernah magang di beberapa perusahaan terkenal selama berkuliah, terus semua perusahaan ini tidak ada hubungannya dengan perusahaan-perusahaan Gu’s Corp. Gila, kok bisa ya? Gila, dia sejago itukah dalam menjalani berbagai tes masuk?
“Emily Gu, kalau kamu jadi anak buahku, aku tidak akan memberimu perlakuan spesial hanya karena aku menganggapmu adik. Kamu harus menyiapkan mental matang-matang.” Wanita itu menutup berkas dan mengklik sampul file dengan ragu-ragu.
Ia tengah berpikir, apakah Emily Gu adalah orang yang Leon Gu utus sebagai informan?
“Di perusahaan, kamu adalah bos, sementara aku adalah bawahan.” Si sekretaris baru berusaha meyakinkannya lagi.
Setelah menimbang-nimbang, Valerie Pei akhirnya setuju untuk menerimanya. Ia tidak bisa menolak dia hanya gara-gara dia adalah adik Leon Gu. Bagaimana pun juga, Emily Gu diterima perusahaan sebagai peraih nilai tertinggi dalam tes masuk dan tes wawancara. Ia pikir, ia coba pekerjakan saja dia dulu, nanti kalau tidak cocok baru diskusi lagi.
“Baik. Aku akan mengobservasi kinerjamu selama satu minggu. Kalau tidak oke, aku akan……”
“Terima kasih, CEO Pei!” Wajah Emily Gu dipenuhi raut bersyukur.
Sebenarnya, putri-putri perempuan kaya seperti Emily Gu tidak perlu bekerja seperti ini. Mereka cukup menghabiskan hari dengan belajar piano, belajar kaligrafi, dan belajar hal-hal anggun lainnya. Ketika usia mereka sudah cukup, bakal ada seorang lelaki sebaya yang datang untuk melamar. Bila keluarga kedua belah pihak merasa keduanya serasi, pernikahan pun akan segera direncanakan.
Sebagai nona ketiga dari keluarga Gu, ada banyak sekali pria yang datang melamar Emily Gu beberapa tahun terakhir. Orang tuanya menyukai beberapa dari mereka, namun ia sama sekali tidak tertarik dijodohkan. Di benaknya, pernikahan dengan cara dipasangkan keluaga begini adalah peninggalan era feudal. Di abad kedua puluh satu ini, ia yakin setiap orang berhak memilih pasangannya masing-masing tanpa desakan pihak lain! Lebih-lebih, orang dari status sosial yang berbeda baginya juga sah-sah saja berpasangan asalkan keduanya setuju.
Satu hal lagi, Emily Gu juga tidak suka dengan kegiatan jalan, minum teh sore, dan melakukan perawatan kecantikan yang biasa dilakukan putri-putri keluarga kaya. Wanita itu berharap dirinya bisa jadi semacam Valerie Pei. Alangkah senangnya ia kalau bisa menjadi seseorang yang handal dalam bekerja dan mandiri dalam hidup!
“Sama-sama. Sekarang, kamu boleh keluar dari ruanganku untuk mulai bekerja. Carilah Asisten Sun, ia akan memberitahu apa saja tugas-tugasmu.” Si bos sendiri juga sudah mau mulai mengurusi kerjaannya.
“Oke.” Si sekretaris baru tersenyum. Sebelum pergi, ia tidak lupa berkata: “Kak Valerie Pei, kakakku tidak pulang beberapa hari belakangan. Apakah dia……”
“Emily Gu, kalau kamu mengajakku membicarakan urusan pribadi lagi pada jam kerja, hati-hati aku bakal……” Valerie Pei menunjukkan gestur memotong leher. Emily Gu, yang takut dengan ancamannya, langsung cabut dari ruang kerja CEO.
Berdasarkan pengamatan, ia merasa masih ada harapan baginya untuk melihat Valerie Pei dan Leon Gu bersatu lagi.
Setelah Emily Gu menutup pintu, senyum di wajah Valerie Pei melenyap. Leon Gu tidak pulang beberapa hari belakangan…… Dia tinggal di dekatnya atau di mana?
Sekalinya pertanyaan ini muncul di benak, si wanita langsung berusaha mengusirnya. Di mana Leon Gu tinggal tidak ada hubungan dengan dirinya. Ia malas memusingkan pria menyebalkan itu!
Berbeda dengan pertanyaan barusan, pemandangan Leon Gu berbaring di ranjkang ambulans masih bertahan di benak Valerie Pei. Mungkinkah telah terjadi sesuatu dengannya? Pria itu semalam sempat basah kuyup dari kepala sampai kaki, lalu sepulangnya ke rumah pasti langsung berbaring dan tidur tanpa mandi dulu. Tidak aneh sih kalau dia flu……
Si wanita juga tidak paham mengapa si pria harus menyiksa dirii sendiri. Yang bilang ingin merebut hak asuh adalah dia, tetapi yang kemudian mengusik mantan pasangannya juga dia. Wanita itu merasa Leon Gu setiap hari selalu berubah-ubah. Aduh, ia tidak tahan meladeninya.
Semakin memikirkan ini, kepala Valerie Pei semakin pening. Ia pun buru-buru membuang nama Leon Gu dari benak dan menenggelamkan diri dalam urusan pekerjaan. Pada sore hari, wanita itu mempunyai rapat untuk membahas pencatatan perusahaan ke bursa saham. Karena dana yang dibutuhkan lumayan besar, Huo’s Corp dan Yin’s Corp juga mengutus orang untuk hadir. Hanya saja, ia belum tahu siapa dua orang yang akan diutus itu.
Setibanya Valerie Pei dan Emily Gu di ruang rapat, Valerie Pei dibuat tercengang. Meski uang yang kali ini dibutuhkan memang banyak, namun baginya tidak perlu juga penanggung jawab kedua perusahaan sama-sama datang. Lagipula, raut wajah mereka sangat tidak enak. Keduanya terlihat tidak senang dengan perusahaan ini dan dengan dirinya.
Ketika melihat Emily Gu, Christian Huo dan Mario Yin juga sedikit terkejut. Dalam benak mereka, wanita ini seharusnya menjadi putri keluarga kaya yang tidak seharusnya mengkhawatirkan apa pun. Saat ini, dia malah jadi bawahan Valerie Pei.
Valerie Pei sebelumnya pernah bertemu dengan Christian Huo di rumah sakit. Mendengarkan kata-katanya waktu itu, si wanita langsung tahu, sikap teman-teman baik Leon Gu padanya lansung berubah setelah mereka bercerai. Ia sendiri sih tidak begitu peduli, sebab sebagai seseorang yang sudah tidak punya relasi apa-apa lagi dengan Leon Gu, ia tidak butuh dipandang positif oleh teman-temannya lagi. Biarlah mereka memandangnya sesuai kepribadian masing-masing, begitu pikirnya.
Dari awal sampai akhir, rapat berlangsung menegangkan. Christian Huo dan Mario Yin berulang kali mengajukan pertanyaan untuk dijawab oleh Valerie Pei. Memang, perusahaan yang berniat masuk ke bursa saham ini adalah rekomendasi dari Mario Yin. Si wanita hanya mempelajari berkas-berkas yang diberikan olehnya, eh tahunya sekarang dia malah dipojokkan.
Saking tegangnya, Emily Gu refleks menyeka keringat dingin di tangan.
Menghadapi dua pria kuat itu sendirian, si wanita bersikap tenang dan bernyali. Jawaban-jawaban yang ia berikan pada akhirnya membuat mereka kebingungan harus bertanya apa lagi. Mereka akhir-akhirnya cuma bisa diam, padahal mereka kemari untuk merepotkan Valerie Pei.
Diamnya mereka dianggap sebagai tanda selesainya rapat. Para karyawan dari ketiga perusahaan pun bergegas keluar ruang kerja. Ketika Emily Gu juga bersiap pergi, Christian Huo tiba-tiba memanggilnya. Valerie Pei pada saat bersamaan juga diberhentikan.
“Hari ini, kami kemari bukan untuk membicarakan soal uang.” Christian Huo langsung menyinggung topik utama.
Si wanita meletakkan berkas di meja. Ia terlihat seperti sudah tahu ini dari awal.
“Kakak Christian Huo, Kakak Mario Yin, kalau ada yang ingin diutarakan, silahkan utarakan dengan baik-baik.” Emily Gu diam-diam mundur dua langkah. Kalau situasi memburuk, ia akan segera cabut.
“Emily Gu, kamu mengapa sibuk bekerja di sini? Kakakmu kena radang paru-paru, kok kamu tidak pergi menemaninya sih? Jangan-jangan, di masa depan kamu juga tidak akan menemani dia pada saat-saat terakhir.” Mario Yin menyalahkan Emily Gu.
“Apa? Kakakku sakit?”
Valerie Pei akhirnya memahami apa yang sedang berlangsung. Dengan sakitnya Leon Gu, teman-temannya datang kemari untuk menyatakan protes.
Novel Terkait
His Soft Side
RiseCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangAsisten Bos Cantik
Boris DreyHusband Deeply Love
NaomiIstri Yang Sombong
JessicaDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)