Diamond Lover - Bab 320 Penuh Sukacita
Hari pernikahan akhirnya tiba juga. Dengan mengenakan gaun putih, Valerie Pei duduk di ranjang kamar. Tiga pengiring pengantin wanita, yang berada di sekitarnnya, mengenakan gaun krem. Sama dengan dirinya, mereka menantikan jam acara pernikahan dimulai tiba.
Sementara itu, Ellie mengenakan gaun putri kerajaaan. Ia duduk bersama ibunya sembari menunggu kedatangan ayah untuk menjemput mereka.
Berbagai kenangan lagi-lagi terputar seperti film di benak Valerie Pei. Baik kenangan yang menyenangkan mau pun yang menyedihkan, semuanya akan menjadi masa lalu. Pernikahan mereka hari ini akan menjadi awal yang baru.
Si wanita mengibaratkan hubungannya dengan Leon Gu seperti orang yang sedang memakai kemeja. Kancing pertama salah dikancing, namun ia melanjutkan pengancingan tanpa menyadarinya. Setelah kancing terakhir dikancing, ia baru menyadari kesalahannya dan membuka semua kancing.
Setelah semua kancing dibuka, berdasarkan pembelajaran dari kesalahan tadi, ia kini bisa melakukan pengancingan dengan benar dan lancar.
Tok, tok, tok! Pada momen ini, pintu kamar diketuk. Jantung Valerie Pei pun berdebar-debar. Meski sudah berusia tiga puluh tahun dan sudah pernah dua kali menjalani acara pernikahan, si wanita merasakan dirinya seperti gadis yang baru mau menikah untuk pertama kali.
“Itu pasti kakak dan para laki-laki lain!” Emily Gu berlari ke pintu untuk membuka.
“Tunggu, kita tidak boleh membiarkan mereka masuk begitu saja.” Fransiska Yin baru datang tadi subuh. Walau wajahnya menyiratkan sedikit kelelahan, kadar keceriaannya jauh lebih banyak.
“Betul, betul. Mereka hari ini harus belajar bahwa mendapatkan seorang wanita itu sulit, jadi harus dijaga baik-baik!” Nicole Chen menimpali perkataan Fransiska Yin. Mereka ternyata cukup cocok pada satu sama lain.
Wanita-wanita di dalam kamar setuju dengan ide untuk tidak membiarkan Leon Gu membawa pergi Valerie Pei begitu saja. Mereka sama-sama berpikir bagaimana cara menyulitkan dia dan rekan-rekan prianya.
“Jangan susah-susah ya. Aku harus menikah, tahu!” Melihat rekan-rekannya bersungguh-sungguh menyiapkan rintangan, si wanita khawatir dengan reaksi Leon Gu nanti. Pria yang satu itu kan berkarakter lugas dan blak-blakan……
“Tidak bisa begitu. Kalian tidak setuju kan, teman-teman?” Meski sudah beranak dua, Gianna Wei tetap memiliki hati yang iseng.
Tiga kerutan muncul di jidat Valerie Pei. Kelihatannya, ia sepenuhnya tidak bisa mengatur acara nikahannya sendiri.
Tok, tok, tok! Suara ketukan pintu kembali terdengar. Emily Gu, Valerie Pei, dan Ellie tetap tinggal di kamar. Sementara itu, yang lain-lain pergi keluar kamar untuk berpikir cara menyulitkan sekumpulan pria.
Fransiska Yin membuka pintu, namun bukanya hanya secelah kecil. Kunci pintu juga dibiarkan tetap terpasang.
“Kakak Leon Gu, jika ingin masuk, kalian harus memberikan kami sesuatu.” Fransiska Yin mengernyitkan alis.
“Fransiska Yin, kamu adalah utusanku. Kok kamu malah menghadangku sih?” Leon Gu hanya merasa menempatkan wanita ini dalam tim pengiring pengantin wanita adalah sebuah kesalahan. Kelihatannya, dia sekarang berpihak sepenuhnya pada Valerie Pei. Aduh, sial!
“Aku kuliah sendirian di luar negeri. Itu sangat sulit. Kakakku tidak kasih aku uang saku……”
“Kasih, kasih, cepat kasih!” Mendengar curhatannya, Brandon Chu menyerahkan sebuah angpau ke Fransiska Yin: “Kalau tidak punya uang cari aku sini, aku kasih berapa pun!” Ketika menyodorkan angpaunya, Brandon Chu tidak lupa untuk menggoda balik.
Yang disodorkan menerima angpaunya. Walau tipis, ia berusaha optimistis dengan menganggap angpau ini berisi selembar cek.
Oke, urusan wanita pertama kelar. Di belakangnya masih ada wanita-wanita lain……
“Wanita-wanita cantik, di sini masih ada banyak ampau. Bukalah pintunya, nanti di dalam aku kasih kalian semua!” Bobby Li bertutur dengan manis. Ia benar-benar bawa banyak angpau.
“Celah pintunya cukup besar kok. Serahkan sekarang saja!” Sekarang giliran Nicole Chen yang bicara. Jumlah orang kelompok pria lumayan banyak. Semuanya berkarisma dan energik, khususnya Leon Gu sebagai pengantin pria.
Menerima anggukan Leon Gu, Bobby Li menyodorkan angpau-angpaunya. Ganjilnya, pintu belum dibuka juga.
“Wanita-wanita, kami punya hadiah yang tidak bisa diselipkan lewat celah pintu. Ayo buka pintunya!” Leon Gu akhirnya menampilkan diri. Di belakangnya, para pengiring pengantin pria dan rekan-rekannya menenteng sebuah kotak merah. Kotak itu memang berukuran jauh lebih besar dari celah pintu.
Para wanita bernegosiasi sebentar. Merasa para pria murah hati dalam memberikan angpau dan membawa hadiah yang memang ukurannya besar, mereka memutuskan untuk memenuhi permintaan mereka. Tetapi, sekalinya pintu dibuka, para pria tanpa disangka-sangka langsung berlari ke dalam. Mereka tidak sabar untuk melihat mempelai wanita.
Persis di depan kamar Valerie Pei, kelompok wanita kembali menghadang kelompok pria.
Untungnya, mempelai pria dan mempelai wanita saat ini telah saling bertukar pandang. Karena tradisi keluarga, mereka sudah tidak bertemu hampir dua bulan. Sekarang, kita sudah saling berdekatan, mereka masih tidak bisa berduaan……
Ah, dua bulan ini benar-benar menyiksa.
“Mommy, mengapa paman-paman dan bibi-bibi seperti mau bertengkar di depan? Mengapa mereka tidak mengizinkan ayah masuk sih?” Ellie bertanya tidak paham. Jelas-jelas ayah dan ibunya mau menikah, mengapa ayahnya dihalang-halangi coba?
Si ibu mengelus kepala si anak. Seberkas senyum muncul di sudut bibirnya. Bagaimana ia harus menjelaskan tradisi ini pada anak kecil ya?
“Omong-omong, saat mau menikahi seorang putri, seorang pangeran juga akan mengalami banyak kesulitan, kan?” Ellie teringat dongeng-dongeng yang pernah didengarnya. Bagaimana tidak, Mommy hari ini terlihat seperti putri, sementara ayah terlihat bagai pangeran penunggang kuda.
Hanya saja, kuda putihnya tidak kasat mata.
Mendengar pertanyaan lugu Ellie, senyum Valerie Pei makin mekar.
Melihat aksi tawar-menawar di depan, si wanita tidak bisa menahan tawa. Baik, ia mengaku sudah tidak sabar untuk menikah dengan Leon Gu. Kalau aksi ini terus berlangsung, ia rasa-rasanya bisa kehilangan kesabaran……
“Putri tidak harus menunggu pangeran untuk datang menyelamatkannya.” Masih dengan senyum di wajah, Valerie Pei tersenyum ringan, bangkit dari tempat tidur, dan melangkah ke pintu.
Leon Gu, yang dihadang oleh para wanita, mengulurkan tangan dan menunggu ulurannya disambut tangan si wanita.
Tanpa ragu, Valerie Pei menggandeng tangannya. Dengan dihalangi tembok manusia, mereka saling bertukar senyuman. Tidak peduli sudah menikah, belum menikah tapi sudah punya kekasih, atau murni masih lajang, semua yang ada di kamar bisa merasakan kebahagiaan mereka berdua. Jika permainan dilanjutkan, rasa-rasanya mereka bisa telat tiba di lokasi acara.
Yang mereka pikirkan adalah melepaskan dulu mereka sekarang. Nanti, saat keduanya mau masuk kamar pengantin, mereka akan……
Pengantin pria menggandeng pengantin wanita. Bersama Ellie, mereka masuk ke mobil pengantin dan bergegas ke tempat acara.
Leon Gu sekarang sebenarnya sudah sangat ingin memasangkan cincin kawin ke jari manis Valerie Pei. Ia cemas mereka akan kelelahan setelah melalui berbagai prosesi. Bila mereka benar-benar kelelahan, ritual malam pertama bagaimana bisa dilangsungkan?
Namun, ia tahu bahwa ia berhutang sebuah pernikahan pada si wanita. Jadi, tidak peduli betapa melelahkan dan rumitnya acara hari ini, ia akan menemani Valerie Pei untuk melaluinya sampai selesai. Setelahnya, ia juga akan menemani wanita ini mengarungi sisa hidup.
Ellie duduk di tengah-tengah Leon Gu dan Valerie Pe. Masing-masing tangannya digenggam oleh mereka berdua. Atmosfer di dalam mobil penuh kebahagiaan.
Mobil pengantin diikuti dengan lebih dari sepuluh sedan hitam. Satu pengantin pria dan satu pengantin wanita ditempatkan di satu mobil. Sial, Emily Gu dan Javiar Pei diatur untuk naik sedan yang sama.
Di antara merkeka berdua sebenarnya ada sedikit konflik. Tetapi, berhubung tengah mengiktui pernikahan Leon Gu dan Valerie Pei, mereka menampakkan keserasian. Di dalam mobil, suasana tertekan tetap bisa dirasakan. Mereka duduk bersebelahan di kursi belakang, namun menjaga jarak sebesar mungkin di tengah-tengah.
Pada momen ini, ponsel Emily Gu berdering. Wanita itu mengecek layar ponsel dan menekan tombol “tolak”. TIdak lama kemudian, ponsel kembali berbunyi. Ia menolak panggilan lagi.
Javiar Pei mengerutkan kening dan berkomentar, “Angkatlah jika kamu ingin mengangkatnya. Aku tidak tertarik dengan urusan pribadimu.”
Si supir untungnya adalah orang asing, jadi tidak mengerti percakapan mereka.
Si wanita melirik si pria. Wajahnya itu masih…… masih sungguh menyebalkan seperti dulu.
Valerie Pei jelas sangat menyenangkan, sementara hubungannya dengan Jacob Pei belakangan tidak buruk. Mengapa adik mereka yang bernama Javiar Pei ini malah sangat menyebalkan? Ia tahu bahwa Valerie Pei dan Leon Gu menempatkan mereka di satu mobil yang sama untuk meredakan konflik mereka, namun cara ini rasanya tidak berhasil.
Sudah meniatkan hati untuk mengangkat, telepon yang ketiga kali malah tidak masuk. Bukannya berusaha menelepon lagi, orang seberang hanya mengirim pesan pendek. Isi pesan itu membuat Emily Gu gemetar ketakutan. Kebetulan sedan juga sedang melewati sebuah lubang, jadi si wanita tidak sengaja menjatuhkan ponselnya. Ponsel itu mendarat di sebelah sepatu Javiar Pei.
Gaun Emily Gu berbelahan dada rendah. Jika ia membungkuk……
Dengan sedikit risih, Javiar Pei membungkuk dan mengambilkan ponselnya. Layar ponsel belum menghitam, sementara ia secara tidak sengaja melirik layarnya. Emily Gu buru-buru merebut ponsel itu.
Melihat wajah si wanita yang agak panik, si pria berpikir sejenak, lalu baru buka mulut: “Hal-hal yang bisa diselesaikan secara kekeluargaannay tidak perlu disembunyikan.”
Mendengar penuturan Javiar Pei, Emily Gu berpikir bahwa dia melihat isi pesan tadi. Si wanita ingin bertanya untuk memastikan, namun merasa tidak ada gunanya banyak-banyak bicara dengan dia. Berhubung tidak mengetahui konteks pembicaraannya, Javiar Pei setelahnya juga hening saja.
Suasana sedan di belakang sedan Javiar Pei dan Emily Gu lebih menegangkan lagi.
Sudah lama tidak bertemu, Brandon Chu dan Fransiska Yin membicarakan situasi masing-masing dengan seru. Orang yang barusan bersikeras ikut mobil ini dan sekarang duduk di kursi penumpang depan dianggap tidak ada.
“Fransiska Yin, setelah acara pernikahan selesai, aku akan ikut kamu ke Italia.” Si pria dan si wanita duduk berdekatan. Hubungan mereka sangat baik, jadi mereka merupakan yang paling serasi di antara tiga pasangan pengiring pengantin.
Fransiska Yin hanya melirik pria di kursi penumpang depan dengan sekilas. Ketika menarik pandangan, ia menyadari Ethan Chen tengah menatapnya melalui kaca spion belakang. Fransiska Yin langsung buang muka dengan canggung.
“Terserah.”
Menganggap si wanita telah setuju, Brandon Chu bertanya apa yang akan mereka lakukan setelah dirinya ikut ke Italia. Mereka berbincang seperti sepasang sejoli yang tengah merencanakan masa depan.
“Dokter Chen, bagaimana kabar anak-anak di panti asuhan?” Dulu, Fransiska Yin sempat bekerja sebagai guru musik di sebuah panti asuhan di Kota A. Rumah sakit tempat Ethan Chen bekerja bertugas melakukan pemeriksaan kesehatan rutin pada anak-anak itu.
Mendengar Fransiska Yin menanyai Ethan Chen, Brandon Chu tidak bicara lagi.
Ethan Chen tertegun dan menatap Fransiska Yin melalui kaca spion belakang lagi. Beberapa bulan tidak bertemu, pria itu baru sadar bahwa dirinya merindukan wanita ini. Alhasil, ia tadi memaksakan untuk ikut sedan mereka.
“Aku sudah lama tidak kesana, jadi kurang paham.” Suara dingin Ethan Chen terdengar di telinga Fransiska Yin.
Si wanita tidak tahu dirinya sendiri menantikan apa. Tetapi, begitu mendengar jawaban dingin si pria, hatinya dipenuhi perasaan-perasaan yang sulit dijelaskan.
“Jika ingin tahu, berkunjunglah dan cek sendiiri. Dengar-dengar, mereka sangat merindukanmu.” Ethan Chen menambahkan jawaban.
Mereka yang kangen, bukan Ethan Chen.
Brandon Chu menunggu jawaban Fransiska Yin berikutnya. Mana mungkin ia tidak sadar bahwa Ethan Chen diam-diam sedang meminta si wanita untuk kerja di sana lagi?
“Lebih baik tidak bertemu deh, daripada kedepannya jadi kangen.” Fransiska Yin menolak. Ada pria yang bersemangat, ada pula pria yang kecewa.
Sebelum mereka terpikir hal lain, juga sebelum mereka memiliki kesempatan untuk mengatakan apa pun lagi, mobil sudah tiba di lokasi pernikahan. Orang-orang turun dari mobil.
Valerie Pei menggandeng Leon Gu, sementara Ellie berjalan di belakang sembari menenteng keranjang bunga.
Setelah itu, Javiar Pei dan Emily Gu mengikuti dengan sedikit canggung. Setelahnya lagi, Brandon Chu dan Fransiska Yin menatap punggung mereka dengan sepasang mata yang depresi. Di paling belakang, Bobby Li dan Nicole Chen berdiri berdampingan dengan sangat harmonis.
Di tempat ini, saudara-saudara dan rekan-rekan kedua mempelai telah menunggu.
Novel Terkait
Wanita Yang Terbaik
Tudi SaktiLoving Handsome
Glen ValoraAfter Met You
AmardaUangku Ya Milikku
Raditya DikaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)