Diamond Lover - Bab 301 Tiba-Tiba Melamar

“Valerie Pei, keadaan kakak dan kakak iparmu baik-baik saja tidak? Aku perlu ke sana?” Suara khawatir Handy Ji terdengar di seberang.

Teringat bahwa si pria tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Gu, Valerie Pei jadi khawatir dia terluka bila ia menanyakan soal diusirnya Leon Gu dari rumah kediaman keluarga Gu. Untuk itu, ia mengulurkan niatnya tersebut. Hanya saja, di dalam hati, ia jadi semakin mengkhawatirkan tragedi yang dialami mantan suaminya ini.

“Tidak…... Tidak ada apa-apa yang serius. Kamu tidak perlu kemari, aku bisa mengurus semuanya sendiri.”

“Baik. Kamu juga harus memperhatikan tubuhmu dan istirahat yang cukup ya. Kalau ada apa-apa, ingat hubungi aku.”

“Iya, oke.” Buru-buru menutup telepon, si wanita kemudian menyandarkan diri ke pegangan tangga. Mau bagaimana caranya, ia tidak bisa bergerak.

Kabar tentang pengusiran Leon Gu tidak mungkin bisa disembunyikan di Kota S. Lantas, mengapa dirinya tidak pernah mendengar desas-desusnya?

Dan yang paling mengejutkan Valerie Pei adalah fakta bahwa dia sekarang sangat mengkhawatirkan Leon Gu. Secara logis, ia tidak punya hubungan apa pun lagi dengannya. Jadi, pengusiran si pria dari rumah keluarga juga tidak ada urusan dengan dirinya.

Dengan sedikit kekhawatiran dan keraguan, Valerie Pei menyembunyikan emosi ini dengan sangat baik, lalu kembali ke ruang pasien dengan santai bagai tidak ada apa-apa.

Berpikir keberadaan mereka di sini juga tidak bermanfaat apa-apa, Jacob Pei sudah menyuruh anggota-anggota keluarga Pei untuk pulang. Ia pikir Valerie Pei ikut pulang dengan mereka, namun nyatanya dia malah kembali ke ruang pasien. Tidak ingin si adik tahu bahwa dirinya habis menghajar Leon Gu, pria itu juga menyembunyikan emosi dengan sangat baik.

“Kakak, apa yang sebenarnya terjadi di antara kamu dan kakak ipar? Bagaimana bisa semua ini terjadi?” Jacob Pei dan Valerie Pei sedang duduk di bangku luar. Tadi baru bangun sebentar, Stevanny Shi sudah kembali tertidur. Wanita itu tidak mau menerima fakta bahwa anaknya sudah tiada.

Setelah urusannya dengan Leon Gu selesai, si kakak sekarang dihadapkan dengan pertanyaan sulit Valerie Pei. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Jujur saja, hubungan yang selama ini mereka rawat dengan hati-hati jadi begini karena usia mereka berselisih terlalu banyak. Dengan kata lain, sebagai dua orang dari generasi berbeda, dirinya dan Stevanny Shi punya kesulitan berkomunikasi.

“Masalah ini adalah salahku.” Stevanny Shi dua tahun lebih muda dari si adik, jadi cara Jacob Pei memperlakukannya lebih menyerupai adik daripada passangan. Seorang tua yang baru menjalin cinta jelaslah agak kewalahan ketika menjalaninya. Alhasil, keributan jadinya sulit dihindari.

“Sudahlah, biar aku sendiri yang temani Stevanny Shi. Kamu pulang dan istirahat saja.” Si kakak meletakkan tangannya di bahu si adik. Ia sungguh tidak ingin dilihat orang lain begini. Penampilannya yang biasa kokoh dan kuat tiba-tiba jadi runtuh! Pada saat bersamaan ketika ia tahu dirinya akan menajdi seorang ayah, ia kehilangan anak pertamanya. Terbayangkah seberapa kejam takdir yang sekarang ia lalui?

Kedua orang bangkit berdiri. Jacob Pei menatap Valerie Pei dengan lega, sementara yang ditatap tidak lega untuk mendekat dan memeluk yang ditatap. Di samping itu, wanita itu juga membenamkan kepala di dadanya.

Valerie Pei kira-kira tahu alasan Jacob Pei menghajar Leon Gu. Selama menetap di Kota S, ia menanggung banyak sekali penderitaan karena ancaman pria itu untuk merebut Ellie. Selama masa-masa sulit itu, ia menanggung semuanya sendiri. Semua keluhan juga hanya telinganya saja yang dengar, yakni saat ia berkeluh kesah sendiri di kamar.

Si kakak seharusnya menghajar si mantan suami untuk membantunya melampiaskan amarah. Ketika tahu anaknya meninggal, kakak bisa-bisanya masih menempatkan dia di prioritas pertama……

“Kakak, baik-baiklah jaga kakak ipar.” Valerie Pei menahan rasa ingin menangis, lalu bergegas pergi dengan kepala tertunduk.

Tidak tahu bahwa adiknya itu sudah tahu soal penghajarannya ke Leon Gu, Jacob Pei mengira Valerie Pei hanya tengah emosional. Bagi si pria, Valerie Pei adalah harta karun yang harus dilindungi baik-baik. Delapan tahun yang lalu, andai ia berkeras hati sedikit, sekali pun keluarga Pei hancur, Valerie Pei seharusnya bisa tetap tinggal di Kota A. Bila itu yang terjadi, dia sekarang tidak akan perlu menanggung kesusahan segini banyak……

Berpikir urusan di sini kurang lebih sudah selesai, Valerie Pei sudah terpikir untuk pulang. Ia kemari hanya untuk memastikan kakak dan kakak iparnya baik baik-baik saja. Di Kota S, ia masih punya setumpuk urusan kantor dan urusan Ellie. Tanpa disangka-sangka, di momen menjelang kepulangan dirinya, Handy Ji malah datang kemari.

Valerie Pei agak tidak siap, terutama ketika mamanya bilang bahwa hubungannya dan Handy Ji sudah stabil dan bertanya kapan tanggal pernikahan bisa ditentukan. Ia terhenyak, otaknya seketika kosong-melompong.

Ini terjadi pada hari ketiga Valerie Pei berada di Kota A. Sekembalinya dari rumah sakit, ia melihat Handy Ji dan ibu di ruang tamu. Wajah ibunya, yang beberapa hari ini suram, akhirnya menampilkan senyum. Si wanita tebak, mungkin sikap Handy Ji yang ceria itulah yang berhasil mengubahnya jadi begini.

Di tengah kelegaannya itu, satu perkataan si ibu langsung membuat si wanita kaget: “Valerie Pei, mengapa kamu tidak bercerita hubunganmu dengan Handy Ji pada kami? Aku sudah mengkhawatirkan persoalan pasanganmu cukup lama loh.”

Valerie Pei tadi menghabiskan cukup banyak waktu untuk menghibur Stevanny Shi. Walau suasana hatinya lagi depresi, dia terlihat benar-benar mencintai Jacob Pei dan setuju untuk membiarkan masalah ini berlalu. Kemudian, ketika keluar, ia bertemu dengan Leon Gu. Ia tidak menemuinya secara langsung, sebab ia bersembunyi di titik yang tidak bisa dilihat si pria.

Perkara Leon Gu kelar, kini si wanita “diganggu” lagi oleh Handy Ji. Ketika si ibu mengungkit hubungan mereka, ia jadi linglung sendiri.

Si wanita melirik si pria. Handy Ji tidak menunjukkan ekspresi apa-apa pada tatapan. Ia duduk di sebelah Ibu Pei dan tersenyum pada Valerie Pei.

“Oh, belum punya waktu untuk bercerita.” Valerie Pei berusaha menyembunyikan kecanggungannya. Di awal berhubungan, mereka sudah sepakat untuk tidak bercerita pada orang lain soal hubungan ini. Sekarang, ketika Handy Ji bercerita pada ibunya tanpa berdiskusi dulu dengan dirinya, ia merasa sedikit terkhianati.

“Aku naik dan ganti pakaian dulu…...” Ingin lepas dari situasi ini, si wanita beralasan.

Handy Ji memperhatikan keanehan dalam perangai Valerie Pei. Setelah wanita itu naik, ia bertutur sepatah dua patah kata dengan Ibu Pei, lalu menyusul dia.

Handy Ji sendiri tidak bisa menahan diri untuk diam saja. Begitu tahu Leon Gu juga tengah berada di Kota A, ia khawatir pria itu akan mengaku bahwa dia melepaskan statusnya sebagai tuan muda keluarga Gu pada Valerie Pei. Itu akan membuat wanita itu tersentuh, lalu terpikir buat kembali ke sisinya. Ia sekarang belum yakin Valerie Pei telah melupakan Leon Gu sepenuhnya……

Ketika membuka pintu dan masuk, si pria melihat si wanita mondar-mandir di kamar dengan raut kesal. Saking fokusnya memikirkan sesuatu, dia bahkan tidak mendengar suara buka pintunya.

Handy Ji menghampiri Valerie Pei, memeluknya dari belakang, dan menyandarkan kepalanya di pundaknya.

Kemungkinan besar karena tidak menyangka si pria akan naik, sekujur tubuh si wanita langsung kaku. Saat dia hampir berusaha melepaskan diri dari pelukannya dan menyingkirkan tangannya dari pinggang, ia baru tersadar sosok di belakangnya adalah kekasihnya sendiri, Handy Ji.

“Maaf, aku masuk kamarmu tanpa mengetuk dulu.” Handy Ji bertutur lembut. Ia takut kehilangan dia, juga tahu persis letak kelemahannya. Jika ia berucap maaf terlebih dahulu, wanita ini tidak akan protes dan marah.

“…...” Tangan Valerie Pei menggenggam erat tangan Handy Ji. Ketika pria itu berucap maaf, ia pun mengendurkan pegangannya: “Tidak apa-apa…... Hanya saja, semua ini terlalu mendadak. Aku belum siap-siap.”

“Aku juga tahu ini agak buru-buru, tetapi tenanglah, aku akan bicara baik-baik dengan ibumu. Aku…… aku akan menunggumu.” Tidak peduli harus menunggu berapa lama, asalkan Valerie Pei menjaga kesempatannya tetap terbuka, Handy Ji bersedia menunggu.

Dalam hubungan ini, si wanita sedikit merasa bersalah pada si pria. Ia tidak pernah mengungkapkan hubunagn mereka ke orang lain seolah dia adalah pria yang memalukan. Handy Ji dulu memang masih memandang identitas sebagai anak haram keluarga Gu. Namun, walau identitas itu sekarang sudah lepas darinya, ia masih belum mengungkapkan bahwa dia merupakan kekasihnya.

Sekarang, Handy Ji bilang dia bersedia menunggu. Mereka sama-sama sudah tidak muda, bagaimana mereka bisa menunggu?

“Aku tidak menyalahkanmu. Aku sebenarnya memang harus cerita soal ini pada ibu……” Setelah menimbang berulang kali, walau masih memendam keraguan, Valerie Pei mengaku bahwa dia harus menceritakan hubungannya ini ke keluarga.

Ia tidak punya alasan mendesak untuk tidak melakukannya, sama sekali.

Handy Ji pernah berpikir bahwa Valerie Pei pada titik tertentu juga akan bersikap begini, namun tidak menyangka perubahan sikapnya itu segini cepat. Ia pikir, dia masih perlu waktu untuk menimbang-nimbang lebih lama lagi.

“Bagus, terima kasih.” Pelukan ringan si pria berubah jadi pelukan penuh semangat. Seperti tengah menampilkan sulap, pria itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah kotak persegi kecil dari saku.

Handy Ji membalikkan tubuh Valerie Pei dan menatapnya dengan penuh kasih. Sesudahnya, ia berlutut sembari membuka kotak itu. Sebuah cincin sederhana segera memenuhi pandangan si wanita.

Valerie Pei terperangah. Gila, Handy Ji melamarnya! Walau sebelumnya pernah menikah dua kali, si wanita baru sekali dilamar dengan cara berlutut dan memberi cincin bgeini. Alhasil, ia pun jadi agak gagap dalam meladeninya. Menyuruhnya bangun tidak bagus, membiarkannya terus berlutut juga kasihan……

“Valerie Pei, nikahi aku!” Handy Ji mengangkat cincin itu dan meminta si wanita mengiyakan lamarannya dengan suara paling lembut di dunia. Selain itu, tatapannya juga menyiratkan kasih sayang yang teramat kuat dan mengayomi.

Soal bahtera rumah tangga berikutnya, Valerie Pei belum pernah memikirkan ini matang-matang. Ia dan si pria baru berpacaran beberapa bulan, masa mereka langsung menikah? Dengan kegagalan di dua pernikahan sebelumnya, wanita itu sangat menjaga kehati-hatian pada hal ini. Ia tidak mau berkata “iya” dengan enteng.

“Handy Ji, kamu…... kamu bangun dulu. Terkait pernikahan, kita akan bicarakan ini nanti.” Si wanita menarik tangan si pria. Dibanding tersentuh atau bersemangat, perasaan Valerie Pei kini lebih condong ke bingung.

Lamaran Handy Ji barusan sungguh sebuah kejutan buat Valerie Pei. Saking kaget dan canggungnya, ia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan padanya.

Dari sisi si pria sendiri, pria itu khawatir jika suatu hari nanti Valerie Pei dan Leon Gu akan berbalikan. Ia tidak begitu percaya diri dengan perasaan si wanita padanya, sungguh tidak! Atas dasar itu, ia pun ingin berniat “mengikat”-nya dengan cara menikah sesegera mungkin. Tidak pernah terlintas di benak si pria bahwa pendekatannya ini terlalu impulsif.

“Tidak setuju?” Handy Ji masih berlutut. Dengan situasi begini, tatapannya jadi agak kecewa.

Si wanita juga tidak tahu mengapa si pria bersikap begitu gigih sekarang. Dia bertingkah seolah tidak akan bangun sebelum mendengar persetujuan darinya.

“Tempomu ini terlalu cepat. Aku belum ingin menikah sekarang.” Valerie Pei akhirnya menyerah untuk menarik Handy Ji. Kalau ia mengikuti desakan si pria untuk berucap “iya” sekarang, ia pikir hasilnya tidak akan begitu baik.

Handy Ji bisa memahami penjelasan itu. Ia tetap senang dengan penolakan ini, sebab setidaknya si wanita jadi tahu bahwa ia ingin menikahinya. Soal Leon Gu, ia akan mengusahakan perlawanan yang terbaik.

Plak! Si pria menutup kotak cincinnya. Pria itu bisa memaklumi lamaran pertamanya yang tidak berjalan sesuai keinginan. Tidak apa-apa, waktu masih sangat panjang.

Keheningan kembali menguasai ruangan. Sekian lama berlalu, Handy Ji akhirnya memecah kesunyian: “Tarik aku, aku sepertinya tidak kuat berdiri…...”

Valerie Pei, yang berada dalam keadaan bingung, refleks tertawa mendengar perkataan Handy Ji berikut ekspresinya yang agak sedikit. Ia segera mengulurkan tangannya untuk membantu.

Walau wajahnya tertawa, hati si wanita masih menyimpan suatu kekhawatiran. Jika ia terus berpacaran dengan Handy Ji, pernikahan mereka memang tidak akan terhindarkan. Tetapi, sungguhkah ia harus menikah dengannya? Seratus persen wajib kah?

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu