Diamond Lover - Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
“Valerie Pei, keadaan kakak dan kakak iparmu baik-baik saja tidak? Aku perlu ke sana?” Suara khawatir Handy Ji terdengar di seberang.
Teringat bahwa si pria tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Gu, Valerie Pei jadi khawatir dia terluka bila ia menanyakan soal diusirnya Leon Gu dari rumah kediaman keluarga Gu. Untuk itu, ia mengulurkan niatnya tersebut. Hanya saja, di dalam hati, ia jadi semakin mengkhawatirkan tragedi yang dialami mantan suaminya ini.
“Tidak…... Tidak ada apa-apa yang serius. Kamu tidak perlu kemari, aku bisa mengurus semuanya sendiri.”
“Baik. Kamu juga harus memperhatikan tubuhmu dan istirahat yang cukup ya. Kalau ada apa-apa, ingat hubungi aku.”
“Iya, oke.” Buru-buru menutup telepon, si wanita kemudian menyandarkan diri ke pegangan tangga. Mau bagaimana caranya, ia tidak bisa bergerak.
Kabar tentang pengusiran Leon Gu tidak mungkin bisa disembunyikan di Kota S. Lantas, mengapa dirinya tidak pernah mendengar desas-desusnya?
Dan yang paling mengejutkan Valerie Pei adalah fakta bahwa dia sekarang sangat mengkhawatirkan Leon Gu. Secara logis, ia tidak punya hubungan apa pun lagi dengannya. Jadi, pengusiran si pria dari rumah keluarga juga tidak ada urusan dengan dirinya.
Dengan sedikit kekhawatiran dan keraguan, Valerie Pei menyembunyikan emosi ini dengan sangat baik, lalu kembali ke ruang pasien dengan santai bagai tidak ada apa-apa.
Berpikir keberadaan mereka di sini juga tidak bermanfaat apa-apa, Jacob Pei sudah menyuruh anggota-anggota keluarga Pei untuk pulang. Ia pikir Valerie Pei ikut pulang dengan mereka, namun nyatanya dia malah kembali ke ruang pasien. Tidak ingin si adik tahu bahwa dirinya habis menghajar Leon Gu, pria itu juga menyembunyikan emosi dengan sangat baik.
“Kakak, apa yang sebenarnya terjadi di antara kamu dan kakak ipar? Bagaimana bisa semua ini terjadi?” Jacob Pei dan Valerie Pei sedang duduk di bangku luar. Tadi baru bangun sebentar, Stevanny Shi sudah kembali tertidur. Wanita itu tidak mau menerima fakta bahwa anaknya sudah tiada.
Setelah urusannya dengan Leon Gu selesai, si kakak sekarang dihadapkan dengan pertanyaan sulit Valerie Pei. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Jujur saja, hubungan yang selama ini mereka rawat dengan hati-hati jadi begini karena usia mereka berselisih terlalu banyak. Dengan kata lain, sebagai dua orang dari generasi berbeda, dirinya dan Stevanny Shi punya kesulitan berkomunikasi.
“Masalah ini adalah salahku.” Stevanny Shi dua tahun lebih muda dari si adik, jadi cara Jacob Pei memperlakukannya lebih menyerupai adik daripada passangan. Seorang tua yang baru menjalin cinta jelaslah agak kewalahan ketika menjalaninya. Alhasil, keributan jadinya sulit dihindari.
“Sudahlah, biar aku sendiri yang temani Stevanny Shi. Kamu pulang dan istirahat saja.” Si kakak meletakkan tangannya di bahu si adik. Ia sungguh tidak ingin dilihat orang lain begini. Penampilannya yang biasa kokoh dan kuat tiba-tiba jadi runtuh! Pada saat bersamaan ketika ia tahu dirinya akan menajdi seorang ayah, ia kehilangan anak pertamanya. Terbayangkah seberapa kejam takdir yang sekarang ia lalui?
Kedua orang bangkit berdiri. Jacob Pei menatap Valerie Pei dengan lega, sementara yang ditatap tidak lega untuk mendekat dan memeluk yang ditatap. Di samping itu, wanita itu juga membenamkan kepala di dadanya.
Valerie Pei kira-kira tahu alasan Jacob Pei menghajar Leon Gu. Selama menetap di Kota S, ia menanggung banyak sekali penderitaan karena ancaman pria itu untuk merebut Ellie. Selama masa-masa sulit itu, ia menanggung semuanya sendiri. Semua keluhan juga hanya telinganya saja yang dengar, yakni saat ia berkeluh kesah sendiri di kamar.
Si kakak seharusnya menghajar si mantan suami untuk membantunya melampiaskan amarah. Ketika tahu anaknya meninggal, kakak bisa-bisanya masih menempatkan dia di prioritas pertama……
“Kakak, baik-baiklah jaga kakak ipar.” Valerie Pei menahan rasa ingin menangis, lalu bergegas pergi dengan kepala tertunduk.
Tidak tahu bahwa adiknya itu sudah tahu soal penghajarannya ke Leon Gu, Jacob Pei mengira Valerie Pei hanya tengah emosional. Bagi si pria, Valerie Pei adalah harta karun yang harus dilindungi baik-baik. Delapan tahun yang lalu, andai ia berkeras hati sedikit, sekali pun keluarga Pei hancur, Valerie Pei seharusnya bisa tetap tinggal di Kota A. Bila itu yang terjadi, dia sekarang tidak akan perlu menanggung kesusahan segini banyak……
Berpikir urusan di sini kurang lebih sudah selesai, Valerie Pei sudah terpikir untuk pulang. Ia kemari hanya untuk memastikan kakak dan kakak iparnya baik baik-baik saja. Di Kota S, ia masih punya setumpuk urusan kantor dan urusan Ellie. Tanpa disangka-sangka, di momen menjelang kepulangan dirinya, Handy Ji malah datang kemari.
Valerie Pei agak tidak siap, terutama ketika mamanya bilang bahwa hubungannya dan Handy Ji sudah stabil dan bertanya kapan tanggal pernikahan bisa ditentukan. Ia terhenyak, otaknya seketika kosong-melompong.
Ini terjadi pada hari ketiga Valerie Pei berada di Kota A. Sekembalinya dari rumah sakit, ia melihat Handy Ji dan ibu di ruang tamu. Wajah ibunya, yang beberapa hari ini suram, akhirnya menampilkan senyum. Si wanita tebak, mungkin sikap Handy Ji yang ceria itulah yang berhasil mengubahnya jadi begini.
Di tengah kelegaannya itu, satu perkataan si ibu langsung membuat si wanita kaget: “Valerie Pei, mengapa kamu tidak bercerita hubunganmu dengan Handy Ji pada kami? Aku sudah mengkhawatirkan persoalan pasanganmu cukup lama loh.”
Valerie Pei tadi menghabiskan cukup banyak waktu untuk menghibur Stevanny Shi. Walau suasana hatinya lagi depresi, dia terlihat benar-benar mencintai Jacob Pei dan setuju untuk membiarkan masalah ini berlalu. Kemudian, ketika keluar, ia bertemu dengan Leon Gu. Ia tidak menemuinya secara langsung, sebab ia bersembunyi di titik yang tidak bisa dilihat si pria.
Perkara Leon Gu kelar, kini si wanita “diganggu” lagi oleh Handy Ji. Ketika si ibu mengungkit hubungan mereka, ia jadi linglung sendiri.
Si wanita melirik si pria. Handy Ji tidak menunjukkan ekspresi apa-apa pada tatapan. Ia duduk di sebelah Ibu Pei dan tersenyum pada Valerie Pei.
“Oh, belum punya waktu untuk bercerita.” Valerie Pei berusaha menyembunyikan kecanggungannya. Di awal berhubungan, mereka sudah sepakat untuk tidak bercerita pada orang lain soal hubungan ini. Sekarang, ketika Handy Ji bercerita pada ibunya tanpa berdiskusi dulu dengan dirinya, ia merasa sedikit terkhianati.
“Aku naik dan ganti pakaian dulu…...” Ingin lepas dari situasi ini, si wanita beralasan.
Handy Ji memperhatikan keanehan dalam perangai Valerie Pei. Setelah wanita itu naik, ia bertutur sepatah dua patah kata dengan Ibu Pei, lalu menyusul dia.
Handy Ji sendiri tidak bisa menahan diri untuk diam saja. Begitu tahu Leon Gu juga tengah berada di Kota A, ia khawatir pria itu akan mengaku bahwa dia melepaskan statusnya sebagai tuan muda keluarga Gu pada Valerie Pei. Itu akan membuat wanita itu tersentuh, lalu terpikir buat kembali ke sisinya. Ia sekarang belum yakin Valerie Pei telah melupakan Leon Gu sepenuhnya……
Ketika membuka pintu dan masuk, si pria melihat si wanita mondar-mandir di kamar dengan raut kesal. Saking fokusnya memikirkan sesuatu, dia bahkan tidak mendengar suara buka pintunya.
Handy Ji menghampiri Valerie Pei, memeluknya dari belakang, dan menyandarkan kepalanya di pundaknya.
Kemungkinan besar karena tidak menyangka si pria akan naik, sekujur tubuh si wanita langsung kaku. Saat dia hampir berusaha melepaskan diri dari pelukannya dan menyingkirkan tangannya dari pinggang, ia baru tersadar sosok di belakangnya adalah kekasihnya sendiri, Handy Ji.
“Maaf, aku masuk kamarmu tanpa mengetuk dulu.” Handy Ji bertutur lembut. Ia takut kehilangan dia, juga tahu persis letak kelemahannya. Jika ia berucap maaf terlebih dahulu, wanita ini tidak akan protes dan marah.
“…...” Tangan Valerie Pei menggenggam erat tangan Handy Ji. Ketika pria itu berucap maaf, ia pun mengendurkan pegangannya: “Tidak apa-apa…... Hanya saja, semua ini terlalu mendadak. Aku belum siap-siap.”
“Aku juga tahu ini agak buru-buru, tetapi tenanglah, aku akan bicara baik-baik dengan ibumu. Aku…… aku akan menunggumu.” Tidak peduli harus menunggu berapa lama, asalkan Valerie Pei menjaga kesempatannya tetap terbuka, Handy Ji bersedia menunggu.
Dalam hubungan ini, si wanita sedikit merasa bersalah pada si pria. Ia tidak pernah mengungkapkan hubunagn mereka ke orang lain seolah dia adalah pria yang memalukan. Handy Ji dulu memang masih memandang identitas sebagai anak haram keluarga Gu. Namun, walau identitas itu sekarang sudah lepas darinya, ia masih belum mengungkapkan bahwa dia merupakan kekasihnya.
Sekarang, Handy Ji bilang dia bersedia menunggu. Mereka sama-sama sudah tidak muda, bagaimana mereka bisa menunggu?
“Aku tidak menyalahkanmu. Aku sebenarnya memang harus cerita soal ini pada ibu……” Setelah menimbang berulang kali, walau masih memendam keraguan, Valerie Pei mengaku bahwa dia harus menceritakan hubungannya ini ke keluarga.
Ia tidak punya alasan mendesak untuk tidak melakukannya, sama sekali.
Handy Ji pernah berpikir bahwa Valerie Pei pada titik tertentu juga akan bersikap begini, namun tidak menyangka perubahan sikapnya itu segini cepat. Ia pikir, dia masih perlu waktu untuk menimbang-nimbang lebih lama lagi.
“Bagus, terima kasih.” Pelukan ringan si pria berubah jadi pelukan penuh semangat. Seperti tengah menampilkan sulap, pria itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah kotak persegi kecil dari saku.
Handy Ji membalikkan tubuh Valerie Pei dan menatapnya dengan penuh kasih. Sesudahnya, ia berlutut sembari membuka kotak itu. Sebuah cincin sederhana segera memenuhi pandangan si wanita.
Valerie Pei terperangah. Gila, Handy Ji melamarnya! Walau sebelumnya pernah menikah dua kali, si wanita baru sekali dilamar dengan cara berlutut dan memberi cincin bgeini. Alhasil, ia pun jadi agak gagap dalam meladeninya. Menyuruhnya bangun tidak bagus, membiarkannya terus berlutut juga kasihan……
“Valerie Pei, nikahi aku!” Handy Ji mengangkat cincin itu dan meminta si wanita mengiyakan lamarannya dengan suara paling lembut di dunia. Selain itu, tatapannya juga menyiratkan kasih sayang yang teramat kuat dan mengayomi.
Soal bahtera rumah tangga berikutnya, Valerie Pei belum pernah memikirkan ini matang-matang. Ia dan si pria baru berpacaran beberapa bulan, masa mereka langsung menikah? Dengan kegagalan di dua pernikahan sebelumnya, wanita itu sangat menjaga kehati-hatian pada hal ini. Ia tidak mau berkata “iya” dengan enteng.
“Handy Ji, kamu…... kamu bangun dulu. Terkait pernikahan, kita akan bicarakan ini nanti.” Si wanita menarik tangan si pria. Dibanding tersentuh atau bersemangat, perasaan Valerie Pei kini lebih condong ke bingung.
Lamaran Handy Ji barusan sungguh sebuah kejutan buat Valerie Pei. Saking kaget dan canggungnya, ia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan padanya.
Dari sisi si pria sendiri, pria itu khawatir jika suatu hari nanti Valerie Pei dan Leon Gu akan berbalikan. Ia tidak begitu percaya diri dengan perasaan si wanita padanya, sungguh tidak! Atas dasar itu, ia pun ingin berniat “mengikat”-nya dengan cara menikah sesegera mungkin. Tidak pernah terlintas di benak si pria bahwa pendekatannya ini terlalu impulsif.
“Tidak setuju?” Handy Ji masih berlutut. Dengan situasi begini, tatapannya jadi agak kecewa.
Si wanita juga tidak tahu mengapa si pria bersikap begitu gigih sekarang. Dia bertingkah seolah tidak akan bangun sebelum mendengar persetujuan darinya.
“Tempomu ini terlalu cepat. Aku belum ingin menikah sekarang.” Valerie Pei akhirnya menyerah untuk menarik Handy Ji. Kalau ia mengikuti desakan si pria untuk berucap “iya” sekarang, ia pikir hasilnya tidak akan begitu baik.
Handy Ji bisa memahami penjelasan itu. Ia tetap senang dengan penolakan ini, sebab setidaknya si wanita jadi tahu bahwa ia ingin menikahinya. Soal Leon Gu, ia akan mengusahakan perlawanan yang terbaik.
Plak! Si pria menutup kotak cincinnya. Pria itu bisa memaklumi lamaran pertamanya yang tidak berjalan sesuai keinginan. Tidak apa-apa, waktu masih sangat panjang.
Keheningan kembali menguasai ruangan. Sekian lama berlalu, Handy Ji akhirnya memecah kesunyian: “Tarik aku, aku sepertinya tidak kuat berdiri…...”
Valerie Pei, yang berada dalam keadaan bingung, refleks tertawa mendengar perkataan Handy Ji berikut ekspresinya yang agak sedikit. Ia segera mengulurkan tangannya untuk membantu.
Walau wajahnya tertawa, hati si wanita masih menyimpan suatu kekhawatiran. Jika ia terus berpacaran dengan Handy Ji, pernikahan mereka memang tidak akan terhindarkan. Tetapi, sungguhkah ia harus menikah dengannya? Seratus persen wajib kah?
Novel Terkait
Pernikahan Tak Sempurna
Azalea_Blooming at that time
White RoseMr Huo’s Sweetpie
EllyaMy Cold Wedding
MevitaI'm Rich Man
HartantoYou're My Savior
Shella NaviInnocent Kid
FellaAsisten Bos Cantik
Boris DreyDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)