Diamond Lover - Bab 342 Menuruti Maumu

Cintanya dua kali ditolak, sebesar apa pun cinta Javiar Pei pada Emily Gu, ia tetap tidak ingin kebanggaan dirinya dinodai lagi. Jika tidak ada urusan-urusan perusahaan yang memaksanya untuk tetap tinggal dan menyelesaikannya satu per satu, pria itu pasti sudah balik ke kota asalnya dari jauh-jauh hari.

Keesokan hari setelah memberitahukan Javiar Pei bahwa dirinya akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri, Emily Gu menyerahkan surat pengunduran diri. Atasan Emily Gu, yang merasa tidak berwenang untuk memutus pengunduran dirinya, memberikan surat itu ke pihak lain,

Saat sedang duduk di ruang kerja, si pria melihat orang Departemen Personalia datang dan mengantarkan surat pengunduran diri Emily Gu. Javiar Pei hanya menjawab satu kata — setuju.

Meski Javiar Pei sudah menyetujui pengunduran dirinya, Emily Gu masih harus melakukan mendelegasikan urusan-urusan yang dipegangnya ke pekerja-pekerja lain. Tanpa disadari, wanita itu sudah bekerja lima bulan di perusahaan ini. Ia memiliki kesan yang mendalam terhadap perusahaan, sementara kolega-koleganya juga punya kesan yang mendalam terhadap ia.

Melihat Emily Gu sudah menyelesaikan “percobaan bekerja keras”-nya dan siap kembali ke rumah keluarga terhormat yang nyaman, mereka merasa sangat simpatik. Alhasil, sikap baik mereka selama hari-hari terakhirnya di perusahaan meningkat drastis. Emily Gu sendiri bisa merasakan niat baik mereka.

Sementara itu, setelah mengobrol dengan dirinya di tepi sungai, Jade Song tidak pernah mendatanginya dan mencarinya lagi. Emily Gu sendiri tidak punya alasan untuk mengajaknya berbicara kembali.

Si wanita selalu merasa dirinya dan Jade Song punya relasi yang sangat baik. Persahabatan mereka terjalin secara mendalam di bangku kuliah, lalu ketika wanita itu lulus dan bekerja, mereka tetap mempertahankan komunikasi. Sungguh tidak disangka, gara-gara seorang pria, dia beberapa hari terakhir tidak menghubunginya.

Jadi, apakah persahabatan antara dua wanita memang tidak ada yang abadi?

“Emily Gu, bolehkah kamu membantuku mengantarkan semua ini ke CEO Pei? Aku sedang menunggu telepon yang sangat penting.” Rekan seruangan si wanita menyodorkan beberapa berkas. Dia memang sedang menatap telepon dengan cemas.

Emily Gu, yang beberapa hari terakhir cukup luang, tersenyum mengiyakan. Tetapi, sesaat setelah mengiyakan, wanita itu baru sadar berkas-berkas ini harus diberikan ke Javiar Pei.

Ah, lebih baik serahkan ke sekretarisnya saja. Nanti suruh sekretarisnya antarkan……

Terpikir ide ini, Emily Gu pergi ke tangga dan naik ke lantai atas.

Melihat kedatangannya, sekretaris Javiar Pei bangkit berdiri dan bertanya ramah: “Emily Gu, mau bertemu CEO Pei?”

“Tidak, aku hanya ingin menitipkan beberapa berkas padamu. Nanti tolong berikan ke dia ya.” Emily Gu mengangguk. Si sekretaris seharusnya tahu bahwa hubungan dirinya dan si bos akhir-akhir ini agak tegang.

Terus, wajah CEO Pei akhir-akhir ini juga selalu dingin, namun tidak terlihat seperti tengah mengkhawatirkan sesuatu. Maksudnya, ekspresi dinginnya itu terlihat murni disebabkan karena suasana hati yang tidak baik. Puncak suasana hatinya yang buruk itu adalah ketika staf Departemen Personalia meneruskan surat pengunduran diri Emily Gu padanya. Kala itu, di rapat yang berlangsung setelahnya, si bos mengkritik beberapa pekerja senior dengan sangat masam.

“Baik. Aku akan menyerahkan semua ini padanya nanti.”

Setelah memperoleh bantuan dari sekretaris, Emily Gu hendak kembali ke lantai tempatnya bekerja. Tetapi, baru berbalik badan, ia melihat Jade Song. Wanita itu tengah berjalan ke arahnya.

Ia sudah lama sekali tidak melihat Jade Song tersenyum sebahagia ini. Melihat ekspresinya ini, Emily Gu merasa keputusannya untuk melupakan Javiar Pei adalah sesuatu yang positif. Ia punya kakek, orangtua, kakak, dan adik yang mencintainya. Selain itu, ia juga punya banyak teman baik. Walau tidak bisa memungkiri bahwa mereka berteman dengannya karena statusnya sebagai nona ketiga keluarga Gu, ia tetap merasa senang dengan sikap baik mereka. Kesimpulannya, Emily Gu merasa menerima kasih sayang yang jauh lebih banyak dibanding Jade Song.

Terlepas dari karir yang mentereng dan kebebasan, Jade Song tidak menerima banyak kasih sayang. Jadi, ia bisa memahami hasrat kuatnya untuk memperoleh cinta Javiar Pei.

“Emily Gu, kamu kemari untuk mencari Javiar Pei?” Jade Song melihat berkas-berkas di meja sekretaris, lalu memperhatikan gestur Emily Gu yang ingin bergegas pergi. Kelihatannya, bujuk rayunya pada sahabatnya ini sangat efektif.

“Tidak, aku hanya ingin menyerahkan berkas. Aku sekarang lagi menunggu staf Departemen Personalia mengeluarkan surat pemberhentianku secara resmi, jadi aku membantu rekanku yang lagi sibuk untuk mengantar semua berkas ini.” Emily Gu menjelaskan begitu banyak hal dalam satu perkataan. Ini jelas karena ia khawatir Jade Song salah paham.

“Nona Song, CEO Pei sudah menunggu di dalam.” Sekretaris bangkit berdiri dan mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Setelahnya, pintu dibuka.

Emily Gu berdiri membelakangi pintu. Dengan pintu yang dibuka oleh si sekretaris, ia jadi takut untuk melihat orang yang ada di dalam ruang kerja itu.

Alhasil, wanita itu buru-buru pamit ke Jade Song: “Kalau ada sesuatu, teleponlah aku. Aku turun dulu.”

Jade Song mengamati bayangan tubuh sahatnya yang pergi dengan terburu-buru. Hatinya yang tergantung akhirnya bisa diturunkan. Emily Gu telah mengundurkan diri dan akan segera angkat kaki dari perusahaan, sementara Javiar Pei akan segera kembali ke Kota A. Wanita itu tidak keberatan untuk pindah ke kota lain. Sekali pun tidak familiar dengan Kota A dan tidak memiliki teman di sana, selama ada Javiar Pei di sisinya, ia merasa cukup.

Begitu mengalihkan pandangan ke Javiar Pei, Jade Song baru sadar bahwa si pria tengah mengamati pintu dengan linglung. Apakah dia tengah “terhipnotis” dengan bayangan tubuh Emily Gu? Momen ini membuat Jade Song merasa risih.

Javiar Pei buru-buru mengalihkan pandangannya ke Jade Song, yang masih berdiri di depan pintu. Tatapannya tidak lagi lembut, melainkan asing. Tubuh si wanita pun agak gemetar.

Logikanya, dengan situasi sekarang, bukankah Javiar Pei harusnya memperlakukan dirinya dengan sebaik mungkin?

Sekretaris menutup pintu. Kini, di ruang kerja yang luas, hanya tersisa mereka berdua. Kalau ini terjadi di masa lalu, Jade Song pasti akan merasa ini sebagai momen yang sangat baik untuk menjalin kedekatan. Tetapi, melihat ekspresi ekspresi acuh tak acuh Javiar Pei, wanita itu sekarang sedikit ketakutan.

Apakah Emily Gu sempat bilang sesuatu dengannya?

Sembari terus menatap Jade Song, Javiar Pei menaruh pena yang ada di tangannya. Pandangannya terus tertambat pada dia, namun ia tidak berucap apa-apa. Pria itu terlihat berubah sangat drastis daripada biasanya.

Jika Jade Song masih bersedia menjadi temannya, ia akan menganggap semua yang pernah terjadi dulu seperti tidak pernah terjadi. Tetapi, berhubung dia telah memperalat kebaikan hati Emily Gu pada sahabatnya untuk mendekati dirinya, sikapnya pada Jade Song memang berubah seratus delapan puluh derajat.

Javiar Pei tidak pernah mengizinkan orang lain untuk mengganggu orang atau hal yang disukainya.

Selain itu, kalau pun tidak bisa berpasangan dengan Emily Gu, Javiar Pei juga tidak mau berpasangan dengan Jade Song. Ini sikap yang tidak bisa dinego-nego.

“Mengapa kamu hari ini…… aneh?” Si wanita duduk di seberang si pria. Dua jarinya tanpa sadar menekan-nekan resleting tas hingga benda itu membekas di kulit jari.

“Di rumahku waktu itu, apakah penjelasanku padamu tidak cukup jelas?”

“Hah?” Jade Song pura-pura lupa.

“Baik, kalau kamu lupa, aku akan mengutarakan sikapku sekali lagi. Aku tidak mencintaimu. Tidak peduli ada Emily Gu atau tidak, aku tidak mau menjalin cinta denganmu. Jangan gunakan dia untuk membujukku. Kamu tahu aku, Javiar Pei, orang macam apa? Kamu seharusnya tahu, tidaka ada satu orang pun yang bisa mengendalikan aku.”

Wajah lawan bicaranya seketika pucat.

“Jika kamu waktu itu berhenti macam-macam, kamu akan tetap menjadi temanku, kamu akan tetap kuanggap sebagai Jade Song yang cantik dan baik hati. Dengan drama yagn kamu pertontonkan padaku, kesan baikku padamu runtuh seketika. Kedepannya, kita bukan siapa-siapa lagi, termasuk bukan teman.” Jika tahu tahu bahwa Jade Song tidak akan menyerah, Javiar Pei waktu itu pasti akan mengutarakan sikapnya dengan lebih kokoh. Dengan begitu, dia tidak akan punya kesempatan untuk memperalat Jade Song.

Jade Song menatap si pria dengan tatapan kosong. Bagaimana dia tahu semua ini?

Setelah dipikir-pikir, habis menerima transferannya, pria yang bersandiwara dengannya tidak punya kepentingan apa-apa lagi untuk menyembunyikan sesuatu dari Javiar Pei. Ah, bisa jadi dia pembocor rahasianya……

“Javiar Pei, dengarkan penjelasanku. Aku tidak berniat menyuguhkan sebuah sandiwara sebagai tontonamu. Aku juga tidak ingin……”

“Cukup, aku tidak ingin mendengar penjelasanmu. Tidak ada gunanya.” Si pria mengibaskan tangan. Sekarang, suara si wanita terdengar sangat tidak nyaman buat telinganya.

“Selain itu, bisa membuat Emily Gu memilih melanjutkan pendidikan ke luar negeri, usahamu pasti sangat besar ya? Berhubung kita saling kenal, aku tidak akan mengejar pertanggungjawabanmu soal itu. Kedepannya, jangan muncul lagi di sekitarnya. Dunia Emily Gu sederhana, dia tidak bisa menjalani kehidupan yang rumit. “

Jade Song refleks tertawa singkat. Ia ingat, ketika dirinya berbicara dengan Valerie Pei, wanita itu juga mengingatkannya untuk tidak membiarkan Emily Gu tahu soal hal-hal yang rumit. Dia menyebut si wanita tidak mampu menjalani kehidupan yang rumit.

Tidak salah mereka merupakan kakak adik. Bicaranya saja sama persis.

Javiar Pei tidak memedulikan senyum Jade Song ini. Ia hanya ingin mengusir orang-orang dengan motif jahat dari sisi Emily Gu secepatnya. Dia sekarang bisa melakukan hal-hal yang menyakiti Emily Gu demi mendapatkan dirinya. Di masa depan, dia bisa jadi melakukan tindakan-tindakan yang lebih parah lagi.

“Majalah yang kolom khususnya jadi tanggung jawabmu itu akan membahas makanan luar negeri untuk beberapa edisi. Dengar-dengar, pemimpin redaksi ingin menugaskanmu mengerjakannya.” Javiar Pei bertutur tenang.

Si pria akan mengerahkan segala cara untuk membuat si wanita minggat.

“Tidakkah kamu merasa ini keterlaluan? Aku hanya jatuh cinta padamu saja.”

“Kamu tidak senang mengerjakan kolom khusus? Baik, kedepannya jangan kerjakan lagi.” Javiar Pei sama sekali tidak menyediakan ruang diskusi.

“Kamu melakuakn ini untuk mengusirku kan? Baik, aku akan memenuhi keinginanmu. Aku sama sekali tidak menyangka kita berdua akan berakhir dengan seperti ini.”

“Selama berkenalan denganmu, aku juga tidak menyangka kamu orang yang licik.” Javiar Pei mengangkat gagang telepon internal dan berseru, “Antar tamu keluar.”

Javiar Pei telah melontarkan perintah untuk mengusir tamu. Jika Jade Song tetap bertahan di sini, mungkin kehormatan terakhirnya pun akan lenyap.

Sebelum sekretaris datang menjemputnya, Jade Song sudah buka pintu dan pergi duluan. Javiar Pei mengamati bayangan tubuhnya yang lenyap dengan cepat.

Si pria menggeleng berulang kali.

Waktu Emily Gu datang ke rumahnya dan mengabarkan bahwa dia akan kuliah ke luar negeri, Javiar Pei langsung bisa merasakan ketidakberesan. Peformanya di perusahaan cukup baik. Meski permasalahan Bell cukup mengganggunya, namun ia tidak pernah menilai Emily Gu sebagai seseorang yang gemar menghindari masalah.

Ia pun memeriksa ke mana Emily Gu pergi pada hari itu. Ternyata, si wanita, yang merupakan anak baik-baik, pergi ke bar. Mendengar keterangan petugas keamanan bar soal kejadian malam itu, si pria berhasil menemukan pria yang bekerja sama dengan Jade Song.

Pada momen itu, Javiar Pei baru tahu bawa orang yang ia percayai punya pemikiran yang rumit dan mencelakakan. Bisa-bisanya Emily Gu “memakan” sahabat sendiri!

Namun, si pria tidak berencana untuk menceritakan yang sebenarnya pada Emily Gu. Biarlah dia tetap menganggap Jade Song sebagai teman baiknya, biarlah dia tetap hidup dalam dunia yang sederhana. Ia akan terus memantau situasinya dan memberikan perlindungan saat diperlukan.

Sejujurnya, Javiar Pei agak risih dengan tingkah Emily Gu. Barusan, ia melihat bayangan tubuhnya di depan ruang kerja. Tanpa bilang apa-apa dan tanpa masuk ke ruangannya, dia langsung kabur secepat-cepatnya.

Si pria harus mencari cara untuk meredakan amarahnya sendiri.

Di parkiran, Emily Gu bersiap untuk pulang. Sudah menyelesaikan pendelegasian tugas-tugasnya, wanita itu mulai besok tidak perlu datang kemari lagi. Sekarang, ia tengah memikirkan bagaimana ia harus memberi tahu keluarganya bahwa ia akan melanjutkan kuliah ke luar negeri……

Baru dibuka sesaat, pintu mobil Emily Gu ditutup seseorang dengan kencang. Ketika menoleh, si wanita melihat Javiar Pei berdiri di sampingnya sembari senyum-senyum.

Bukankah pria ini seharusnya tengah berduaan dengan Jade Song? Ada urusan apa dia memunculkan diri di sini?

“Permisi, aku sudah mau pulang.” Emily Gu membuat gestur yang meminta Javiar Pei pergi. Namun, pria itu sama sekali tidak bergerak.

“Javiar Pei, apa sebenarnya maumu? Bukankah perkataanku sudah cukup jelas? Kalau pun kamu tidak tertarik berhubungan dengan Jade Song, kita berdua tetap tidak cocok.” Si wanita melontarkan kata-kata yang selama ini dipendamnya. Jujur saja, ketika tadi melihat Jade Song berjalan memasuki ruang kerja Javiar Pei, hatinya sedikit cemburu.

Wanita itu bahkan tidak berani membayangkan kebersamaan Javiar Pei dan Jade Song di masa depan. Situasinya ini membuatnya sadar bahwa ia tidak setegar yang ia kira.

Melihat ekspresi Emily Gu yang mau kehilangan kendali, Javiar Pei tiba-tiba malah tersenyum. Pria itu berujar: “Aku kemari untuk memberitahumu bahwa aku akan menuruti maumu. Aku akan berpasangan dengan Emily Gu biar kamu tenang. Kami menantikan ucapan selamatmu.”

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu