Diamond Lover - Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang

Masih ada urusan yang baru bisa dikelarkan Selasa depan, Valerie Pei dan Jennifer Shen pun menghabiskan akhir pekan di Kota Jing. Si bos sebenarnya ingin menemui Gianna Wei, namun pada Sabtu sore wanita itu meneleponnya dan bilang harus kembali ke Kota S dulu karena ada urusan. Gianna Wei juga memintanya untuk tidak khawatir, sebab ia pergi ke sana tanpa Finn Hei.

Pada akhirnya, Valerie Pei hanya bisa mengingatkan si wanita untuk berhati-hati. Ia masih ingat kata-kata Finn He yang menyebut ini hidup Gianna Wei sendiri, jadi dia bebas memilih mau bagaimana menjalaninya.

Walau masih ada kekhawatiran di hati, Valerie Pei tidak punya pilihan lain selain membiarkan Gianna Wei pergi. Ia hanya berharap tidak terjadi apa-apa dengannya.

Sementara itu, karena khawatir Leon Gu dan Fransiska Yin masih menginap, si wanita malas keluar dari kamar. Kalau merkea benar-benar berjumpa, situasi akan sangat tegang. Bosan tinggal di kamar selama akhir pekan, ia berubah pikiran dan berasumsi si pria harusnya sudah pergi. Kesabaran Leon Gu sangat buruk!

Atas asumsi ini, Valerie Pei memutuskan mengajak Jennifer Li untuk keluar pada hari Senin. Ia sendiri juga sudah berjanji pada Jacob Pei untuk membawakan oleh-oleh dari Kota Jing. Dalam bayangannya, sekelarnya urusan di hari Selasa, mereka bisa langsung memesan tiket pesawat untuk keesokan hari.

Ingin berkeliling saja, si wanita tidak mengenakan sepatu hak tinggi. Pakaiannya sangat santai, rambuntya juga diikat dengan tidak begitu rapi. Walau wajahnya masih terlihat sedikit sakit, ia secara keseluruhan merasa sudah jauh baikan.

Valerie Pei dan Jennifer Shen berjalan-jalan di sekitar Wangfujing. Si asisten membeli banyak sekali barang dan si bos pun membantunya menenteng beberapa plastik. Ia dalam hati berpikir, barang-barang yang dibeli Jennifer Shen ini sih bisa dibeli di Kota A, sementara snack-snack yang dibelinya barulah tidak bisa. Ah, alangkah menyenangkannya jika Jacob Pei ikut kemari.

Keduanya kemudian masuk mal. Valerie Pei ingin membelikan hadiah pada Jennifer Shen sebagai tanda terima kasih karena dia sudah membawa dirinya ke rumah sakit serta merawatnya. Ia pun membawa si asisten ke konter kosmetik di lantai satu, lalu memilihkan satu set kosmetik buatnya. Ketika ingin membayar, Valerie Pei melihat sepasang pria dan wanita di konter parfum pria.

Si wanita lagi menyodorkan kertas tester parfum ke hidung si pria, sementara pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan, mencium kertasnya, dan menggeleng. Kertas tester yang lain disodorkan, lalu si pria baru mengangguk puas setelah beberapa percobaan. Melihat adegan yang penuh keakraban ini, Valerie Pei tidak mampu menggerakkan langkah.

Dulu, ia tidak pernah pergi berbelanja dengan Leon Gu. Alasan pertamanya adalah sibuk, sementara alasan keduanya adalah ia yakin pria macam Leon Gu tidak suka menghabiskan waktu di mall. Ternyata, si pria bukannya tidak rela menghabiskan waktu untuk berbelanja, melainkan memedulikan siapa yang ditemani belanja.

“CEO Pei…...” Jennifer Shen memanggil Valerie Pei yang tertegun. Ketika mengikuti arah tatapan si bos, si asisten melihat sosok pria yang semalam membawa bosnya ke rumah sakit. Itu mantan suami Valerie Lie, sementara wanita yang digandeng olehnya adalah Fransiska Yin.

Jennifer Shen kini paham alasan Valerie Pei termenung. Ia tidak enak hati untuk kembali memanggil.

Mendengar panggilan Jennifer Shen, Valerie Pei langsung terbangun dari lamunan. Hatinay terasa campur aduk. Ia tahu Leon Gu tidak pernah memakai parfum, namun sekarang keduanya berada di konter parfum pria, jadi jelaslah yang akan dibelikan adalah si pria. Belum lagi, bukan hanya tidak segan menemani wanitanya berbelanja, Leon Gu juga menenteng beberapa tas belanjaan.

Si pria pasti memanjakan si wanita segila-gilanya, sementara bagaimana perilaku si pria pada dirinya? Apakah Leon Gu sungguhan baik pada dirinya hanya karena dia ibu dari anak-anaknya? Namun baiknya juga tidak baik-baik amat, sebab Leon Gu saja bilang ingin membunuhnya! Inilah perbedaan antara cinta yang sungguhan dengan tanggung jawab yang dipaksakan……

Ketika mau melanjutkan langkah ke kasir, Valerie Pei tiba-tiba bertatapan dengan Leon Gu yang menoleh ke arahnya. Ia pikir pria itu akan memelototinya dan marah padanya, namun yang terjadi adalah dia tersenyum sembari mengangguk. Ah, sudah lama sekali ia tidak melihat senyumnya ini!

Valerie Pei tidak pernah bisa menebak isi pikiran Leon Gu. Alhasil, ketika melihat dia dan Fransiska Yin mau menghampirinya, kakinya tidak bisa bergerak bak terpaku di lantai.

Mengapa setelah mereka bercerai, Leon Gu masih mengusiknya? Apakah dia ingin balas dendam karena dia meninggalkannya sendirian dan tidak menepati janji? Jadi, inilah alasan mengapa dia terus muncul sambil memamerkan kemesraan dengan pacar? Ini bentuk balas dendamnya, kan? Baiklah, kalau begitu, Leon Gu berhasil. Jantung Valerie Pei berdebar melihat pria yang dicintainya menggandeng wanita lain, berjalan santai ke arahnya, dan menyapanya dengan santai juga.

“Kebetulan sekali kalian juga kemari.” Leon Gu melirik tas-tas belanjaan di tangan Valerie Pei dan menyadari itu merek-merek biasa. Si pria dalam hati mengkritik, apakah keluarga Pei sudah semiskin ini sampai Valerie Pei hanya mampu beli barang murahan? Terus, merek kosmetik yang tertulis di bonnya juga bukan merek kosmetik yang si wanita biasa pakai.

Leon Gu kemudian terpikir soal perkataan dokter di rumah sakit. Kalau sudah miskin, mengapa Valerie Pei masih mengembalikan uang yang ia berikan? Mengapa dia tidak menganggapnya sebagai “uang putus”? Seengan ini kan Valerie Pei “berhutang” padanya?

“Iya……” Yang disapa mengangguk. Saraf-saraf otak Valerie Pei sudah dibuat kaku oleh tontonan kemesraan Leon Gu dan Fransiska Yin, jadi ia hanya mampu membalas dengan dehaman. Di samping itu, ia juga tidak memperhatikan perubahan raut mata si pria.

“Kak Leon, aku sangat lapar. Ayo cari makan.” Fransiska Yin memeluk tangan Leon Gu dan bertingkah seperti bayi. Ia sama sekali tidak menahan diri walau ada Valerie Pei di hadapan.

“Boleh, kamu ingin makan apa?” Leon Gu mengalihkan pandangannya dari Valerie Pei dan menatap Fransiska Yin dengan penuh kasih. Si wanita pertama agak terkejut melihat si pria bisa begini. Ia tidak pernah tahu Leon Gu bisa berperilaku lembut!

“Kamu yang pilihkan deh.” Fransiska Yin tersenyum dan mengalihkan topik ke Valerie Pei lagi: “Kak Valerie, ayo makan sama-sama. Kita sudah lama tidak berjumpa.”

Mendengar ajakan ini, si wanita sontak menolak.

“Tidak, aku masih harus beli beberapa barang lagi……” Valerie Pei tidak bisa menjamin dirinya mampu menelan makanan bila makan sambil menonton kemesraan Leon Gu dan Fransiska Yin.

“Bukankah itu bisa dilakukan setelah makan?” Si pria mengernyitkan alis. Lihat tuh, barusan dia menatap Fransiksa Yin dengan sangat lembut, namun sekarang keningnya sudah berkerut ketika menatap Valerie Pei. Inilah perbedaan perilaku seorang pria pada mantan istrinya dan pacar baru.

Saat Valerie Pei ingin kembali menolak, Leon Gu malah merebut bon yang dipegangnya. Pria itu lalu bergegas ke kasir untuk membayar tagihannya dan tagihan mereka secara bersaamaan!

“Hei, mau kamu apakan bonku?” Valerie Pei mencoba mengejar, namun langsung dihalangi Fransiska Yin.

“Kak Valerie, anggaplah ini hadiah dari Leon Gu buatmu. Ia kebetulan memang mau ke kasir kok.” Seperti sudah menjadi istri si pria, si wanita berusaha membela prianya sambil menonjolkan karakter baiknya. Valerie Pei terhenyak dan tidak bisa bertutur apa-apa dalam waktu lama.

Valerie Pei juga menyadari perubahan panggilan Fransiska Yin padanya. Dulu iia dipanggil “kakak ipar”, lalu sekarang dipanggil “Kak Valerie”. Kok bisa-bisanya dia menukar-nukar identitasnya begini?

Hati si wanita seketika terasa murung. Kemurungan ini juga dibuat semakin parah karena mall menyalakan pemanas ruangan. Ketika pramuniaga menyerahkan tas kosmetik ke tangan dirinya, Valerie Pei baru bangkit dari ke-terhenyak-annya.

Ia menatap tas kosmetik yang barusan diberikan, lalu menoleh ke tangan Leon Gu dan Fransisca Shen yang kembali berpasangan. Gila, tidak dilihat beberapa detik saja, mereka sudah mesra-mesraan lagi! Valerie Pei segera menyerahkan tas kosmetik kepada Jennifer Shen.

“Tuan Muda Gu hari ini membayarkan kosmetikmu. Kelihatannya, aku harus tunggu kesempatan lain untuk berterima kasih atas kepedulianmu padaku.” Valerie Pei telah mengubah ekspresi wajah. Leon Gu ingin melihatnya marah, bukan? Kalau begitu, ia tidak bakal membiarkan keinginannya itu terwujud!

Tangan Valerie Pei tertahan di udara. Alasannya, Jennifer Shen tidak menerima sodorannya, namun juga tidak mengutarakan penolakan. Pada akhirnya, di bawah tatapan Leon Gu, ia baru berani menerima tas kosmetik itu.

“Kamu sangat beruntung hari ini. Sudah mendapat hadiah, hadiahnya dibelikan oleh orang terhormat pula. Cepat ucapkan terima kasih pada tuan muda dari keluarga Gu.” Sudut bibir Valerie Pei sedikit naik, sudut matanya juga melirik ke arah Leon Gu.

Jennifer Shen tidak tahu persis apa yang menyebabkan Valerie Pei gusar, yang jelas pengucapan kata-katanya agak aneh. Walau begitu, sebagai bawahannya, ia hanya bisa memenuhi peritnah si bos. Wanita itu segera bertutur pada Leon Gu: “Terima kasih atas kebaikan hati Tuan Muda Gu.”

“Kamu tidak tahu namaku sampai harus menyebutku tuan muda dari keluarga Gu?” Si pria memelototi Valerie Pei. Ia hanya membayarkan satu belanjaannya saja, dia sudah bertingkah macam sudah melakukan sebuah kesalahan besar padanya. Nada bicaranya janggal pula!

Wajah Valerie Pei tetap menampilkan senyum. Ia tidak menjawab pertanyaan Leon Gu, sebab ia tahu itu akan memicu pertengkaran. Wanita itu mengalihkan percakapan: “Kalian saja yang pilihkan makan siang. Aku dan Jennifer Shen tidak selektif soal perut.”

Sebagai orang yang berdiri paling dekat dengan Leon Gu, Fransiska Yin bisa merasakan aura intimidatif yang terpancar dari diri si pria. Kalau dari awal tahu keselamatan nyawanya bakal dipertaruhkan hanya demi mendapatkan berkas Ethan Chen, ia dari awal pasti bakal menolak. Sekarang, berhubung kuda sudah ditunggangi, ia hanya bisa terus melaju tanpa gentar!

Merespon perkataan Valerie Pei soal tidak pilih-pilih makanan, Leon Gu membawa mereka ke restoran makanan Barat. Ia tahu si wanita tidak terlalu menyukai makanan macam ini, namun sengaja memesankan steak setengah matang untuknya!

Melihat steak yang bagian tengahnya masih berwarna mirip darah, perut si wanita seketika berasal mual! Namun, ia tetap menguatkan hati buat memegang pisau dan garpu untuk memotong makannnya. Dengan sudut mata, ia bisa melihat si pria menyatap steak yang sama dengan santai. Tidak keliru sih tindakannya. Mereka kan bukan suami istri lagi, jadi buat apa Leon Gu peduli dia suka dan tidak suka apa. Bukankah dia sudah seharusnya bersyukur karena mereka bisa makan bersama dengan tenang?

Sudut mulut Valerie Pei sedikit terangkat. Dengan senyum terpaksa, ia mengarahkan garpu perak, yang sudah menusuk satu potongan steak, ke mulut. Sebagai orang yang tidak cocok dengan makanan begini, si wanita langsung ingin muntah, namun segera menahan keinginan itu sekuat tenaga. Setelah potongan daging tertelan, ia buru-buru meletakkan garpu dan menegak segelas bir merah yang ada di sebelah. Dengan begini, rasa eneknya bisa jauh melemah.

“Kelihatannya Nona Pei sangat menyukai steak ini. Bagaimana kalau aku tugaskan juru masaknya bekerja di rumahmu?” Si pria menyadari ketersiksaan si wanita, namun kesal karena dia tidak melontarkannya dengan jujur. Kalau ditahan-tahan, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri ya? Ah, ia sungguh tidak mampu memahami cara berpikirnya.

“Ini hanya sebuah makanan, buat apa bertindak sejauh itu? Aku pun bukan anak kecil yang selalu mendambakan kelezatan di mulut tiap saat, benar kan Tuan Gu?” Bukan hanya tidak terpancing emosi, Valerie Pei juga mampu menanggapi dengan sangat santai. Panggilan “Tuan Gu” barusan langsung membuat suasana jadi agak canggung.

Leon Gu tahu si wanita bukan orang yang pemaaf. Namun, ia hanya memanggilnya “Nona Pei” saja, namun langsung dibalas dengan panggilan yang jauh lebih formal macam “Tuan Gu”!

“Iya. Omong-omong, aku sempat menghabiskan dua ratus miliar hanya untuk meminta seseorang datang padaku, namun orang itu tetap pergi. Menurutmu, apa perilaku orang itu juga sangat kekanak-kanakan?”

Valerie Pei menelan ludah. Jadi, pria ini memberinya uang hanya untuk menemuinya buat sekali lagi? Ah, tetapi semua sudah jadi masa lalu yang tidak perlu dikenang.

Si wanita tidak menanggapi kata-kata si pria. Benaknya kini penuh dengan pikiran untuk buru-buru menghabisi makanan dan bergegas pergi. Pada titik di mana ia sudah menyantap begitu banyak potongan steak, Valerie Pei mual hingga harus berlari ke kamar mandi tanpa mengabari dulu……

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu