Diamond Lover - Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
Masih ada urusan yang baru bisa dikelarkan Selasa depan, Valerie Pei dan Jennifer Shen pun menghabiskan akhir pekan di Kota Jing. Si bos sebenarnya ingin menemui Gianna Wei, namun pada Sabtu sore wanita itu meneleponnya dan bilang harus kembali ke Kota S dulu karena ada urusan. Gianna Wei juga memintanya untuk tidak khawatir, sebab ia pergi ke sana tanpa Finn Hei.
Pada akhirnya, Valerie Pei hanya bisa mengingatkan si wanita untuk berhati-hati. Ia masih ingat kata-kata Finn He yang menyebut ini hidup Gianna Wei sendiri, jadi dia bebas memilih mau bagaimana menjalaninya.
Walau masih ada kekhawatiran di hati, Valerie Pei tidak punya pilihan lain selain membiarkan Gianna Wei pergi. Ia hanya berharap tidak terjadi apa-apa dengannya.
Sementara itu, karena khawatir Leon Gu dan Fransiska Yin masih menginap, si wanita malas keluar dari kamar. Kalau merkea benar-benar berjumpa, situasi akan sangat tegang. Bosan tinggal di kamar selama akhir pekan, ia berubah pikiran dan berasumsi si pria harusnya sudah pergi. Kesabaran Leon Gu sangat buruk!
Atas asumsi ini, Valerie Pei memutuskan mengajak Jennifer Li untuk keluar pada hari Senin. Ia sendiri juga sudah berjanji pada Jacob Pei untuk membawakan oleh-oleh dari Kota Jing. Dalam bayangannya, sekelarnya urusan di hari Selasa, mereka bisa langsung memesan tiket pesawat untuk keesokan hari.
Ingin berkeliling saja, si wanita tidak mengenakan sepatu hak tinggi. Pakaiannya sangat santai, rambuntya juga diikat dengan tidak begitu rapi. Walau wajahnya masih terlihat sedikit sakit, ia secara keseluruhan merasa sudah jauh baikan.
Valerie Pei dan Jennifer Shen berjalan-jalan di sekitar Wangfujing. Si asisten membeli banyak sekali barang dan si bos pun membantunya menenteng beberapa plastik. Ia dalam hati berpikir, barang-barang yang dibeli Jennifer Shen ini sih bisa dibeli di Kota A, sementara snack-snack yang dibelinya barulah tidak bisa. Ah, alangkah menyenangkannya jika Jacob Pei ikut kemari.
Keduanya kemudian masuk mal. Valerie Pei ingin membelikan hadiah pada Jennifer Shen sebagai tanda terima kasih karena dia sudah membawa dirinya ke rumah sakit serta merawatnya. Ia pun membawa si asisten ke konter kosmetik di lantai satu, lalu memilihkan satu set kosmetik buatnya. Ketika ingin membayar, Valerie Pei melihat sepasang pria dan wanita di konter parfum pria.
Si wanita lagi menyodorkan kertas tester parfum ke hidung si pria, sementara pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan, mencium kertasnya, dan menggeleng. Kertas tester yang lain disodorkan, lalu si pria baru mengangguk puas setelah beberapa percobaan. Melihat adegan yang penuh keakraban ini, Valerie Pei tidak mampu menggerakkan langkah.
Dulu, ia tidak pernah pergi berbelanja dengan Leon Gu. Alasan pertamanya adalah sibuk, sementara alasan keduanya adalah ia yakin pria macam Leon Gu tidak suka menghabiskan waktu di mall. Ternyata, si pria bukannya tidak rela menghabiskan waktu untuk berbelanja, melainkan memedulikan siapa yang ditemani belanja.
“CEO Pei…...” Jennifer Shen memanggil Valerie Pei yang tertegun. Ketika mengikuti arah tatapan si bos, si asisten melihat sosok pria yang semalam membawa bosnya ke rumah sakit. Itu mantan suami Valerie Lie, sementara wanita yang digandeng olehnya adalah Fransiska Yin.
Jennifer Shen kini paham alasan Valerie Pei termenung. Ia tidak enak hati untuk kembali memanggil.
Mendengar panggilan Jennifer Shen, Valerie Pei langsung terbangun dari lamunan. Hatinay terasa campur aduk. Ia tahu Leon Gu tidak pernah memakai parfum, namun sekarang keduanya berada di konter parfum pria, jadi jelaslah yang akan dibelikan adalah si pria. Belum lagi, bukan hanya tidak segan menemani wanitanya berbelanja, Leon Gu juga menenteng beberapa tas belanjaan.
Si pria pasti memanjakan si wanita segila-gilanya, sementara bagaimana perilaku si pria pada dirinya? Apakah Leon Gu sungguhan baik pada dirinya hanya karena dia ibu dari anak-anaknya? Namun baiknya juga tidak baik-baik amat, sebab Leon Gu saja bilang ingin membunuhnya! Inilah perbedaan antara cinta yang sungguhan dengan tanggung jawab yang dipaksakan……
Ketika mau melanjutkan langkah ke kasir, Valerie Pei tiba-tiba bertatapan dengan Leon Gu yang menoleh ke arahnya. Ia pikir pria itu akan memelototinya dan marah padanya, namun yang terjadi adalah dia tersenyum sembari mengangguk. Ah, sudah lama sekali ia tidak melihat senyumnya ini!
Valerie Pei tidak pernah bisa menebak isi pikiran Leon Gu. Alhasil, ketika melihat dia dan Fransiska Yin mau menghampirinya, kakinya tidak bisa bergerak bak terpaku di lantai.
Mengapa setelah mereka bercerai, Leon Gu masih mengusiknya? Apakah dia ingin balas dendam karena dia meninggalkannya sendirian dan tidak menepati janji? Jadi, inilah alasan mengapa dia terus muncul sambil memamerkan kemesraan dengan pacar? Ini bentuk balas dendamnya, kan? Baiklah, kalau begitu, Leon Gu berhasil. Jantung Valerie Pei berdebar melihat pria yang dicintainya menggandeng wanita lain, berjalan santai ke arahnya, dan menyapanya dengan santai juga.
“Kebetulan sekali kalian juga kemari.” Leon Gu melirik tas-tas belanjaan di tangan Valerie Pei dan menyadari itu merek-merek biasa. Si pria dalam hati mengkritik, apakah keluarga Pei sudah semiskin ini sampai Valerie Pei hanya mampu beli barang murahan? Terus, merek kosmetik yang tertulis di bonnya juga bukan merek kosmetik yang si wanita biasa pakai.
Leon Gu kemudian terpikir soal perkataan dokter di rumah sakit. Kalau sudah miskin, mengapa Valerie Pei masih mengembalikan uang yang ia berikan? Mengapa dia tidak menganggapnya sebagai “uang putus”? Seengan ini kan Valerie Pei “berhutang” padanya?
“Iya……” Yang disapa mengangguk. Saraf-saraf otak Valerie Pei sudah dibuat kaku oleh tontonan kemesraan Leon Gu dan Fransiska Yin, jadi ia hanya mampu membalas dengan dehaman. Di samping itu, ia juga tidak memperhatikan perubahan raut mata si pria.
“Kak Leon, aku sangat lapar. Ayo cari makan.” Fransiska Yin memeluk tangan Leon Gu dan bertingkah seperti bayi. Ia sama sekali tidak menahan diri walau ada Valerie Pei di hadapan.
“Boleh, kamu ingin makan apa?” Leon Gu mengalihkan pandangannya dari Valerie Pei dan menatap Fransiska Yin dengan penuh kasih. Si wanita pertama agak terkejut melihat si pria bisa begini. Ia tidak pernah tahu Leon Gu bisa berperilaku lembut!
“Kamu yang pilihkan deh.” Fransiska Yin tersenyum dan mengalihkan topik ke Valerie Pei lagi: “Kak Valerie, ayo makan sama-sama. Kita sudah lama tidak berjumpa.”
Mendengar ajakan ini, si wanita sontak menolak.
“Tidak, aku masih harus beli beberapa barang lagi……” Valerie Pei tidak bisa menjamin dirinya mampu menelan makanan bila makan sambil menonton kemesraan Leon Gu dan Fransiska Yin.
“Bukankah itu bisa dilakukan setelah makan?” Si pria mengernyitkan alis. Lihat tuh, barusan dia menatap Fransiksa Yin dengan sangat lembut, namun sekarang keningnya sudah berkerut ketika menatap Valerie Pei. Inilah perbedaan perilaku seorang pria pada mantan istrinya dan pacar baru.
Saat Valerie Pei ingin kembali menolak, Leon Gu malah merebut bon yang dipegangnya. Pria itu lalu bergegas ke kasir untuk membayar tagihannya dan tagihan mereka secara bersaamaan!
“Hei, mau kamu apakan bonku?” Valerie Pei mencoba mengejar, namun langsung dihalangi Fransiska Yin.
“Kak Valerie, anggaplah ini hadiah dari Leon Gu buatmu. Ia kebetulan memang mau ke kasir kok.” Seperti sudah menjadi istri si pria, si wanita berusaha membela prianya sambil menonjolkan karakter baiknya. Valerie Pei terhenyak dan tidak bisa bertutur apa-apa dalam waktu lama.
Valerie Pei juga menyadari perubahan panggilan Fransiska Yin padanya. Dulu iia dipanggil “kakak ipar”, lalu sekarang dipanggil “Kak Valerie”. Kok bisa-bisanya dia menukar-nukar identitasnya begini?
Hati si wanita seketika terasa murung. Kemurungan ini juga dibuat semakin parah karena mall menyalakan pemanas ruangan. Ketika pramuniaga menyerahkan tas kosmetik ke tangan dirinya, Valerie Pei baru bangkit dari ke-terhenyak-annya.
Ia menatap tas kosmetik yang barusan diberikan, lalu menoleh ke tangan Leon Gu dan Fransisca Shen yang kembali berpasangan. Gila, tidak dilihat beberapa detik saja, mereka sudah mesra-mesraan lagi! Valerie Pei segera menyerahkan tas kosmetik kepada Jennifer Shen.
“Tuan Muda Gu hari ini membayarkan kosmetikmu. Kelihatannya, aku harus tunggu kesempatan lain untuk berterima kasih atas kepedulianmu padaku.” Valerie Pei telah mengubah ekspresi wajah. Leon Gu ingin melihatnya marah, bukan? Kalau begitu, ia tidak bakal membiarkan keinginannya itu terwujud!
Tangan Valerie Pei tertahan di udara. Alasannya, Jennifer Shen tidak menerima sodorannya, namun juga tidak mengutarakan penolakan. Pada akhirnya, di bawah tatapan Leon Gu, ia baru berani menerima tas kosmetik itu.
“Kamu sangat beruntung hari ini. Sudah mendapat hadiah, hadiahnya dibelikan oleh orang terhormat pula. Cepat ucapkan terima kasih pada tuan muda dari keluarga Gu.” Sudut bibir Valerie Pei sedikit naik, sudut matanya juga melirik ke arah Leon Gu.
Jennifer Shen tidak tahu persis apa yang menyebabkan Valerie Pei gusar, yang jelas pengucapan kata-katanya agak aneh. Walau begitu, sebagai bawahannya, ia hanya bisa memenuhi peritnah si bos. Wanita itu segera bertutur pada Leon Gu: “Terima kasih atas kebaikan hati Tuan Muda Gu.”
“Kamu tidak tahu namaku sampai harus menyebutku tuan muda dari keluarga Gu?” Si pria memelototi Valerie Pei. Ia hanya membayarkan satu belanjaannya saja, dia sudah bertingkah macam sudah melakukan sebuah kesalahan besar padanya. Nada bicaranya janggal pula!
Wajah Valerie Pei tetap menampilkan senyum. Ia tidak menjawab pertanyaan Leon Gu, sebab ia tahu itu akan memicu pertengkaran. Wanita itu mengalihkan percakapan: “Kalian saja yang pilihkan makan siang. Aku dan Jennifer Shen tidak selektif soal perut.”
Sebagai orang yang berdiri paling dekat dengan Leon Gu, Fransiska Yin bisa merasakan aura intimidatif yang terpancar dari diri si pria. Kalau dari awal tahu keselamatan nyawanya bakal dipertaruhkan hanya demi mendapatkan berkas Ethan Chen, ia dari awal pasti bakal menolak. Sekarang, berhubung kuda sudah ditunggangi, ia hanya bisa terus melaju tanpa gentar!
Merespon perkataan Valerie Pei soal tidak pilih-pilih makanan, Leon Gu membawa mereka ke restoran makanan Barat. Ia tahu si wanita tidak terlalu menyukai makanan macam ini, namun sengaja memesankan steak setengah matang untuknya!
Melihat steak yang bagian tengahnya masih berwarna mirip darah, perut si wanita seketika berasal mual! Namun, ia tetap menguatkan hati buat memegang pisau dan garpu untuk memotong makannnya. Dengan sudut mata, ia bisa melihat si pria menyatap steak yang sama dengan santai. Tidak keliru sih tindakannya. Mereka kan bukan suami istri lagi, jadi buat apa Leon Gu peduli dia suka dan tidak suka apa. Bukankah dia sudah seharusnya bersyukur karena mereka bisa makan bersama dengan tenang?
Sudut mulut Valerie Pei sedikit terangkat. Dengan senyum terpaksa, ia mengarahkan garpu perak, yang sudah menusuk satu potongan steak, ke mulut. Sebagai orang yang tidak cocok dengan makanan begini, si wanita langsung ingin muntah, namun segera menahan keinginan itu sekuat tenaga. Setelah potongan daging tertelan, ia buru-buru meletakkan garpu dan menegak segelas bir merah yang ada di sebelah. Dengan begini, rasa eneknya bisa jauh melemah.
“Kelihatannya Nona Pei sangat menyukai steak ini. Bagaimana kalau aku tugaskan juru masaknya bekerja di rumahmu?” Si pria menyadari ketersiksaan si wanita, namun kesal karena dia tidak melontarkannya dengan jujur. Kalau ditahan-tahan, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri ya? Ah, ia sungguh tidak mampu memahami cara berpikirnya.
“Ini hanya sebuah makanan, buat apa bertindak sejauh itu? Aku pun bukan anak kecil yang selalu mendambakan kelezatan di mulut tiap saat, benar kan Tuan Gu?” Bukan hanya tidak terpancing emosi, Valerie Pei juga mampu menanggapi dengan sangat santai. Panggilan “Tuan Gu” barusan langsung membuat suasana jadi agak canggung.
Leon Gu tahu si wanita bukan orang yang pemaaf. Namun, ia hanya memanggilnya “Nona Pei” saja, namun langsung dibalas dengan panggilan yang jauh lebih formal macam “Tuan Gu”!
“Iya. Omong-omong, aku sempat menghabiskan dua ratus miliar hanya untuk meminta seseorang datang padaku, namun orang itu tetap pergi. Menurutmu, apa perilaku orang itu juga sangat kekanak-kanakan?”
Valerie Pei menelan ludah. Jadi, pria ini memberinya uang hanya untuk menemuinya buat sekali lagi? Ah, tetapi semua sudah jadi masa lalu yang tidak perlu dikenang.
Si wanita tidak menanggapi kata-kata si pria. Benaknya kini penuh dengan pikiran untuk buru-buru menghabisi makanan dan bergegas pergi. Pada titik di mana ia sudah menyantap begitu banyak potongan steak, Valerie Pei mual hingga harus berlari ke kamar mandi tanpa mengabari dulu……
Novel Terkait
King Of Red Sea
Hideo TakashiHidden Son-in-Law
Andy LeeUangku Ya Milikku
Raditya DikaCinta Yang Dalam
Kim YongyiGue Jadi Kaya
Faya SaitamaLove In Sunset
Elina1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)