Diamond Lover - Bab 196 Adalah Mantan Suaminya

Setelah makan malam yang berjalan lancar, Valerie Pei dan Jennifer Shen bersiap kembali ke hotel untuk memeriksa berkas-berkas lagi. Besok, mereka ingin bangun pagi-pagi untuk menandatangani semua yang perlu ditandatangani. Sesampainya di pintu hotel, keduanya tiba-tiba dikejutkan oleh beberapa mobil jeep yang bergegas mendekat. Mobil-mobil itu diparkir para pengemudinya tepat di sebelah mereka.

Valerie Pei mengernyitkan alis. Tahu di Kota Jing ada banyak orang berkuasa yang suka cari masalah, ia mengajak asistennnya untuk menjauh dari mobil-mobil itu biar tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu. Sayang, belum jauh mereka melangkah, orang-orang yang ada di mobil turun dan menghalangi. Masing-masing dari mereka mengenakan pakaian yang beda-beda, namun wajahnya semua keras. Orang-orang tidak dikenal itu meminta mereka untuk tidak pergi.

Valerie Pei pun merasa janggal. Ia belum pernah memprovokasi siapa pun di Kota Jing, juga baru datang sebentar kemari. Kalau dia sampai diawasi dan dibuntuti oleh orang-orang ini, rasa-rasanya dirinya terlalu terhormat deh……

Ketika si wanita memikirkan ini, pintu mobil yang ada di tengah kembali terbuka. Yang pertama muncul dalam pandangan Valerie Pei adalah sepasang kaki panjang. Ia begitu familiar dengan merek sepatu itu, namun sama sekali tidak tahu apa yang Leon Gu ingin lakukan. Pria itu sudah menyuruhnya untuk mengecek jadwal hariannya setiap mau keluar kamar, jadi dia pun pindah hotel. Hasilnya, si pria masih datang juga ke hotelnya yang baru. Leon Gu ini sengaja mempersulitnya atau bagaimana ya?

Seturunnya dari mobil, si pria melirik ke pintu hote dan menemukan sosok Valerie Pei yang lagi mengerutkan alis. Matanya hanya tertuju satu detik ke si wanita, sebab ia kemudian berbalik badan dan mengulurkan tangan untuk menyambut orang yang masih di dalam mobil. Gerakannya ini dilakukan dengan sangat anggun.

Tangan kurus seorang wanita diletakkan di atas tangan Leon Gu, lalu si pemilik tangan itu turun dari mobil dengan senyum khas. Sejujurnya, Valerie Pei sama sekali tidak bermasalah dengan senyuman Fransiska Yin. Namun, melihatnya berdiri di sebelah Leon Gu dengan identitasnya sebagai pacar, ia jadi agak risih.

Valerie Pei pada mulanya mengira Leon Gu dan orang-orangnya ingin merampok dirinya. Nyata-nyatanya, orang-orang itu hanya ditugaskan buat buka jalan! Setelah Leon Gu dan Fransiska Yin berjalan masuk hotel, sebagaian dari orang ini ikut masuk bersama si pria, sementara sebagian sisanya kembali ke mobil dan pergi. Sepanjang “pertunjukkan”, Leon Gu bertingkah bagai tidak menyadari keberadaan Valerie Pei!

Ini tidak masalah sih, malah merupakan situasi yang paling ideal. Mereka sudah sepakat untuk menempuh jalan masing-masing, jadi tidak ada gunanya saling berurusan lagi sekarang.

Valerie Pei dan Jennifer Shen masuk hotel tidak lama kemudian. Mereka ingin cepat-cepat masuk ke kamar dan bersembunyi di sana. Selain itu, Valerie Pei juga berpikir untuk mencari hotel lain besok. Ia tidak percaya pertemuan dirinya dan Leon Gu di hotel yang sama sebanyak tiga kali hanya sebuah kebetulan. Kota Jing sangat besar, masak mereka terus berjumpa bagai tidak ada hotel lain!

Sepasang wanita itu memasuki lift. Ketika pintunya akan tertutup, Fransiska Yin berlari menghampiri sambil meminta: “Tunggu ... tunggu ...”

Jennifer Shen tidak paham situasi ini, jadi ia langsung menekan tombol buka. Sementara itu, begitu melihat kedatangan si wanita dengan Leon Gu di belakangnya, ia langsung buru-buru menekan tombol tutup. Sial, Fransiska Yin pada akhirnya berhasil masuk.

Melihat jari Valerie Pei yang tertambat di tombol tutup, sudut bibir Fransiska Yin terangkat. Tatapannya juga dalam tidak terduga.

“Terima kasih!” Wanita itu berucap ke Valerie Pei dengan nada cepat bagai tidak melihat tombol yang dia tekan!

Yang diucapkan pun menurunkan tangan dengan canggung. Tangan itu lalu secara refleks bergerak mengikat rambut, sementara Valerie Pei juga secara refleks mundur beberapa langkah. Ia ingin berdiri sejauh mungkin dari Leon Gu.

“Mau apa sih buru-buru begini? Kalau tidak terkejar, ya tunggu lift berikutnya lah!” Leon Gu memasuki lift dan menatap wajah Fransiska Yin yang memerah. Pria itu paham si wanita berlarian sampai kehabisan nafas, namun wajahnya tetap tidak menyiratkan keibaan sama sekali. Di sisi lain, mendengar suara Leon Gu ini, bulu kuduk Valerie Pei berdiri!

Berbanding terbalik dengan bosnya, Jennifer Shen merasa pria yang baru masuk ini sangat tampan. Ia juga terkesan dengan kecantikan si wanita, jadi merasa mereka sangat cocok berpasangan! Andai dia tahu pria ini adalah mantan suami bosnya itu, ia pasti tidak akan berpikir begini……

Fransiska Yin dalam hati komplain pada Leon Gu. Ia berkesah, barusan siapa sih yang pura-pura tenang di pojokan, lalu tiba-tiba mengajaknya mengejar sebuah lift sambil bilang harus terkejar? Pada akhirnya, si pria berjalan perlahan di belakang, sementara dirinya berlari kencang seperti dikejar hantu di depan.

“Kan kamu bilang kamu tidak sabaran ngamar denganku!” Si wanita bersandar di bahu si pria, lalu tubuh si pria refleks mengkaku. Ia tadi cuma bilang sepatah kata, namu Fransiska Yin memberi tanggapan yang sangat frontal. Kalau Valerie Pei menyangka mereka benar-benar punya sebuah hubungan, bukankah kesalahpahaman yang sangat besar akan terjadi?”

Leon Gu berbatuk sedikit untuk memberi isyarat pada Fransiska Yin bahwa sandiwaranya berlebihan. Tanpa disangka, wanita itu malah kembali blunder, “Kak Leon, kamu bertemu Kak Valerie kok tidak menyapa? Bagaimana pun juga, kalian kan dulu pernah saling cinta!”

Valerie Pei sangat tidak senang namanya tiba-tiba disebut. Sekretarisnya berdiri persis di sebelah, sementara dirinya tidak mau orang ini tahu terlalu banyak soal masa lalunya!

“Aku takut kamu marah.” Leon Gu mendekap Fransiska Yin dan mengencangkan cengkeraman di pinggangnya. Fransiksa Yin tadi bilang akan bersandiwara sebaik-baiknya, jadi inikah yang dia maksud dengan “sebaik-baik”-nya? Sial, kacau!

“Ih, aku tidak segitu pelit kali. Kalau kalian ingin mengenang masa lalu, aku tidak masalah kok!

“Tidak ada yang berkesan, jadi buat apa dikenang?” Nada bicara Leon Gu yang tidak acuh terdengar di seluruh penjuru lift yang sempit. Kata-katanya ini jelas dimaksudkan untuk didengarkan oleh Valerie Pei. Yang disindir sendiri tidak mempermasalahkan itu. Dia berpikir, biarlah Leon Gu mengeluarkan semua sumpah-serapah biar hatinya lega, lalu mereka tidak perlu punya jeratan apa-apa lagi……

Di ruang sempit ini, Valerie Pei merasa sangat depresi mendengarkan interaksi dua orang yang berdiri di depannya. Ia sudah “melarikan diri” ke hotel lain, namun mengapa Leon Gu masih tidak melepaskannya juga? Siapa yang waktu itu menyuruhnya pergi jauh-jauh biar tidak berjumpa? Sekarang, nyatanya pria itu malah muncul berulang kali di hadapannya, bahkan sambil bawa pacar. Leon Gu ingin menunjukkan bahwa wanita yang mengejarnya sangat banyak atau bagaimana sih?

Oke, ia sudah lihat, juga sudah tahu pengejar Leon Gu banyak. Sekarang, bisakah pria itu memberi ruang yang tenang buatnya?

Jennifer Shen mendengarkan percakapan Leon Gu dan Fransiska Yin, juga menyadari bahwa raut Valerie Pei terus memburuk. Ketika si bos terlihat ingin menyandarkan punggung ke dinding lift, ia langsung mengulurkan tangan untuk memapahnya.

“CEO Pei, kamu yakin kamu baik-baik saja? Sungguhkah kita tidak perlu ke rumah sakit?” Jennifer Shen tampak cemas. Sejak tiba di Kota Jing, raut Valerie Pei selalu kurang baik. Walau tidak tahu apakah “Kak Valerie” yang disebutkan Fransiska Yin adalah Valerie Pei atau bukan, juga tidak tahu apakah “mantan istri” yang disebutkan Leon Gu adalah Valerie Pei atau bukan, Jennifer Li jadi curiga sendiri akibat perangai bosnya ini.

“Aku baik-baik saja. Aku hanya kelelahan, tidur sebentar pasti langsung pulih lagi.” Si bos menepuk tangan asistennya untuk menenangkan. Ia tidak sadar bahwa Leon Gu barusan melirik sisi samping lift untuk mengamati bayangan tubuhnya.

Dalam lubuk hati terdalam, Leon Gu merasa tingkahnya sendiri sangat menyebalkan. Valerie Pei sudah bilang tidak mau bersamanya lagi, namun ia masih menghampiri hotelnya dan mengamatinya ketika makan. Terus, ketika si wanita kembali ke hotel, ia juga mengikutinya dengan sok-sokan tidak acuh.

Leon Gu sendiri tidak tahu apa kegunaan semua tingkahnya ini. Ia membawa Fransiska Yin untuk memperlihatkan Valerie Pei bahwa ada banyak wanita yang mengantri jadi pasangannya, namun semua ini hanyalah kepalsuan semata. Kalau dirinya benar-benar tidak acuh dengan si wanita, ia tidak mungkin sengaja datang ke Kota Jing bareng Fransiksa Yin, juga tidak bakal menyulitkan dirinya sendiri untuk ganti-ganti hotel. Gila, sudah gila dirinya, ia datang ke Kota Jing hanya demi Valerie Pei!

Kabar buruknya, Leon Gu tidak tahu ia masih bisa seberapa gila lagi kedepannya. Di dunia ini masih ada miliaran wanita selain Valerie Pei, mengapa dirinya malah banyak tingkah begini ya?

Lift tiba di lantai delapan belas. Saat masuk lift tadi, Leon Gu dan Fransiska Yin lupa memencet tombol lantai, namun kebetulan mereka juga menginap di lantai ini. Setelah keduanya bergegas pergi, Jennifer Shen baru menggandeng Valerie Pei keluar. Si bos sejak semula sudah merasa tidak enak badan, lalu menjadi makin sakit setelah mendengar percakapan Leon Gu dan Fransiska Yin. Baru jalan beberapa langkah, dadanya terasa sesak, lalu pandangannya buram. Valerie Pei jatuh tersungkur ke depan!

“CEO Pei——” Tenaga Jennifer Shen lemah, jadi tidak mampu menyanggah tubuh Valerie Pei. Ia hanya bisa menyanggah seadanya, lalu mengamati si bos terbaring di karpet. Beruntunglah ada karpet di sini, jadi tubuh Valerie Pei, khususnya kepalanya, tidak mengalami benturan keras.

Begitu mendengar seruan Jennifer Shen, dua orang yang berjalan di depan langsung menoleh secara bersamaan. Sebelum Fransiska Yin bereaksi, Leon Gu sudah berlari ke si wanita, mengangkatnya dari karpet, dan bertutur pada Jennifer Shen: “Lift, cepat tekan lift!”

Yang diperintah menekan tombol lift berulang-ulang saking paniknya. Karena baru ditinggalkan sebentar, lift masih berjaga di lantai mereka dan bisa langsung dipakai. Setelah Leon Gu dan Valerie Pei, yang ada di bopongannya, masuk, Fransiska Yin dan Jennifer Shen menyusul.

Leon Gu menatap nomor lantai yang terus menurun, juga memerhatikan wajah Valerie Pei yang pucat pasi dan merasakn beratnya yang sangat ringan. Wanita ini lebih kurus lagi dibandingkan ketika terakhir pergi ke kota S. Mungkinkah keluarga Pei tidak memberinya makan? Kok bisa-bisanya berat badannya terus berkurang begini?

“Fransiska Yin, suruh supir berjaga di lobi dan menelepon rumah sakit terbaik di Kota Jing. Dia ini harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh!” kata si pria pada si wanita dengan wajah muram.

Fransiska Yin mengangguk dan mengambil ponsel Leon Gu untuk menelepon. Kerjasama keduanya terhitung cukup kompak, namun Jennifer Shen tetap menyadari sedikit ketidaknaturalan di sana.

“Tuan ini, CEO Pei…...”

“Ia adalah mantan suaminya.” Tanpa menunggu Jennifer Shen kelar bicara, Fransiska Yin langsung buka suara.

Leon Gu hanya sedikit mengernyit. Mantan suami apanya? Jelas-jelas mereka belum bercerai secara sah, jadi bagaimana bisa mereka sudah disebut “mantan suami” dan “mantan istri”? Ah, kedengarannya sangat tidak enak!

Jennifer Shen mengangguk tanpa menyelidik lebih lanjut. Walau begitu, ada seuatu hal yang tidiak dia pahami. Berhubung sudah mantan, buat apa Leon Gu begini peduli pada Valerie Pei? Terrus, tadi dia jelas-jelas mendengar percakapan mesra si pria dengan Fransiska Yin, eh sekaranng bisa-bisanya dia menolong bosnya begini. Sungguh di luar nalar!

Valerie Pei merasa dirinya dibopong gendongan yang familiar. Karena kelopak matanya terlalu berat, ia sayangnya tidak bisa membuka mata. Wanita itu hanya mencengkeram sudut baju si penggendong biar merasa sedikit lega……

Dokter memeriksa tubuh Valerie Pei secara detail, lalu berbincang dengan Leon Gu di luar.

“Tuan, istrimu bekerja terlalu berlebihan dan kekurangan istirahat dalam jangka waktu yang panjang. Sekarang berbagai fungsi tubuhnya berada dalam situasi kelebihan beban, jadi ia harus banyak istirahat demi memulihkan semua. Coba kamu lihat, tubuh setinggi itu beratnya kurang dari lima puluh kilogram. Kalau kondisi ini terus berlangsung, aku sama sekali tidak bisa jamin tidak akan ada apa-apa lagi yang terjadi padanya.” Dokter menggelengkan, lalu bergegas pergi setelah kelar berbicara.

Leon Gu kembali ke ruang pasien dan mengamati Valerie Pei, yang lagi terlelap denggan tangan dipasangi infus. Hatinya terasa pilu. Kekurangan istirahat, kelebihan beban, berat kurang dari lima puluh kilogram! Semua kata-kata ini terasa seperti pisau yang menusuk-nusuk hati Leon Gu. Jadi, selama ia absen di sisinya, Valerie Pei harus menjalani kehidupan seberat ini?

Si pria merapikan selimut si wanita dan duduk di kursi sebelah ranjang, kemudian memegangi tabung infus. Dengan begini, ia berharap cairan infus yang masuk ke tubuh Valerie Pei tidak terlalu dingin. Bagian paling lembut di hatinya kini berdesir karena keibaan……

Apa urusan-urusan keluarga Pei sungguh menekan Valerie Pei hingga terbebani?

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu