Diamond Lover - Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama

Telah dilarang masuk rumah kediaman keluarga Pei, Leon Gu hanya bisa menunggu di luar dan menelepon Valerie Pei. Ponsel si wanita dimatikan, sementara telepon rumahnya tidak ada yang mengangkat.

Cuaca Kota A daritadi sangat tidak bagus, sesekali ada sedikit tetesan-tetesan hujan. Seperti sengaja tidak mendukung usaha Leon Gu, tetesan-tetesan ini tidak lama kemudian berubah jadi hujan kecil, lalu berubah lagi jadi hujan sedang. Berhubung di depan rumah kediaman keluarga Pei tidak ada tempat berlindung dari hujan, si pria terpaksa berdiri di bawah hujan. Dari depan pagar rumah keluarga itu, ia menatapi villa utama.

Dengan warna langit yang berangsur jadi kelabu, kamar Valerie Pei ikutan menggelap. Si wanita sibuk berpikir harus bagaimana berbicara dengan Leon Gu, jadi tidak peduli untuk menyalakan lampu. Rencananya, setelah terpikir cara bicaranya, wanita itu baru akan menelepon Leon Gu. Sayang, pertanyaan di atas tidak juga bisa dijawab walau ia sudah memikirkannya berlama-lama.

Langsung bilang mau putus lagi? Dulu-dulu, ia sudah berkali-kali bilang mau berpisah dan putus dengannya. Ia sendiri sangat tidak nyaman melihat ekspresi terluka Leon Gu tiap ia mengatakannya. Mereka sudah susah-susah kembali berbaikan, lalu dalam beberapa hari kemudian ia tiba-tiba minta putus. Dirinya sendiri saja kesulitan menerima situasi ini, apalagi Leon Gu?

Saking derasnya hujan di luar, angin yang dibawanya berhembus hingga masuk kamar Valerie Pei. Alhasil, tirai jendelanya menari mengikuti irama angin.

Valerie Pei menopang tubuh dan bangkit berdiri. Daritadi terus duduk, bokong dan kakinya terasa sakit. Si wanita melangkah perlahan ke jendela untuk menutupnya. Berhubung kamarnya menghadap gerbang utama rumah kediaman keluarga Pei, ketika bersiap menarik gagang jendela, ia melihat ada seseorang berdiri di depan sana sambil hujan-hujanan.

Sepertinya sadar ada seseorang yang berdiri di dekat jendela, orang itu melambaikan tangan untuk menarik perhatiannya.

Valerie Pei segera bersembunyi ke sebelah jendela. Walau pemandangan luar tertutup tetes-tetes hujan, ia tetap bisa mengenali bahwa orang itu adalah Leon Gu. Di luar hujan deras begini, kok dia tidak masuk sih? Itu berarti ibu dan kakaknya tidak mengizinkan dia masuk. Ia pikir, ibunya pasti sudah menemuinya dan meminta dia untuk menjauhi dirinya……

Leon Gu konyol sekali sih! Ini hujannya super deras, tahu!

Dengan buru-buru, si wanita memakai mantel dan turun ke lantai bawah. Di ruang tamu, ia menjumpai ibu dan anggota-anggota keluarga lainnya.

“Aku keluar sebentar.” Mata Valerie Pei sangat merah. Tahu di depan ada Leon Gu, Ibu Pei yakin putrinya keluar untuk menemui dia.

Tanpa memedulikan suara-suara panggilan dari belakangnya, Valerie Pei berlari ke luar sembari membuka payung. Wanita itu tiba-tiba merasa ibu dan kakaknya terlalu berlebihan. Tidakkah mereka sadar betapa deras hujan di luar? Bahkan jika mereka benar-benar tidak ingin dirinya balikan lagi dengan Leon Gu, membiarkannya masuk untuk menghindar dari hujan tidak akan mengubah kondisi apa pun. Dengan kata lain, jika dibiarkan masuk untuk berteduh, memangnya Leon Gu bakal menghipotis mereka untuk mengubah keputusan?

Dengan segera, si wanita tiba di dekat gerbang. Melihat kedatangan Valerie Pei, penjaga gerbang segera membukakan gerbang elektronik. Leon Gu hanya berdiri di depan dan menunggu Valerie Pei menghampirinya. Tanpa memperoleh persetujuan dari Ibu Pei, ia tidak berani memasuki kediamannya barang untuk satu langkah.

Valerie Pei memayungi Leon Gu. Dengan bergesernya posisi payung, punggungnya pun seketika langsung basah. Khawatir mantan istrinya bakal semakin basah, si pria bersikeras menyuruh si wanita untuk memayungi dirinya sendiri saja.

“Kamu tidak usah payungi aku. Aku sudah terlanjur basah kuyup.” Suara rendah Leon Gu menekan kekhawatirannya.

“Pulanglah kamu. Memang kamu berpikir ibuku akan mengubah keputusannya hanya dengan melihatmu terus berjaga di depan gerbang rumah kami?” Berbeda dengan si pria, si wanita sudah tidak punya harapan lagi soal kebersamaan mereka. Walau sudah pesimistis, ia dengan penuh perhatian tetap menggeser payung untuk memayungi Leon Gu.

“Aku tahu kamu cemas perasaanku padamu akan berubah di masa depan. Ibu dan kakakmu juga punya kecemasan serupa. Aku hanya ingin membuktikan bahwa sepenuh hatiku adalah milikmu, seumur hidupku aku juga hanya akan baik padamu. Bukankah kita baru berdamai? Masa aku harus kembali kehilangan kamu dengan secepat ini? Bila dari awal tahu situasinya bakal begini, aku akan memilih untuk tidak berbaikan denganmu dan langsung mengubur cinta ini buat selamanya. Tetapi, aku tidak mampu melakukan itu. Aku sungguh ingin menikahimu lagi. Delapan tahun lalu aku tidak melamarmu, juga tidak memberimu hadiah pernikahan. Aku sekarang ingin mengompensasi semuanya.”

Sembari berujar begini, Leon Gu berlutut dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jas. Di dalam kotak itu tersimpan cincin yang Valerie Pei tinggal di rumah, yang mana juga merupakan cincin pernikahan mereka dulu. Entah pria ini mengambilnya dengan cara apa.

“Little Valerie, aku tidak takut hadangan semua orang. Aku hanya takut kamu memilih langkah mundur saja. Selama kamu bersedia balikan denganku, tidak peduli sesulit apa jalan di depan, aku siap melewatinya denganmu.” Wajah Leon Gu penuh dengan tetesan air hujan. Bahkan, matanya saja agak kesulitan terbuka karena terus tertetes. Meski begitu, ia tetap bersikeras mengangkat cincin yang ada di tangannya bagai tidak memberi pilihan menolak bagi Valerie Pei.

Tadi di kamar, si wanita bisa dibilang sudah menghabiskan semua stok air matanya. Tetapi, melihat tindakan mantan suaminya ini, air matanya lagi-lagi mengalir. Wanita itu sungguh kesulitan untuk menahannya!

“Jangan menangis. Aku tidak ingin mempersulitmu, juga tidak ingin menyuruhmu memilih aku atau keluargamu. Aku sama sekali tidak memberi paksaan padamu. Aku akan pergi, aku sekarang juga segera pergi.” Leon Gu lumayan jarang melihat Valerie Pei menangis. Baginya, tangisan dia yang kali ini adalah tangisan yang paling parah di antara semuanya. Selain tidak ingin memaksa Valerie Pei untuk membuat pilihan, pria itu sendiri juga tidak yakin si wanita akan memilihnya.

Si pria hanya ingin si wanita tahu bahwa ia akan mencintainya untuk waktu yang lama. Meski begitu, jika ditanya berapa lama durasinya, ia tetap tidak punya jawaban.

“Kamu bodoh ah!” Valerie Pei dengan cepat membantu Leon Gu berdiri. Sudah kehujanan sampai basah kuyup, pria ini malah masih berlutut di jalanan yang kotor. Dia mau sakit atau bagaimana sih?

“Maaf telah membuatmu menghadapi pilihan seperti ini. Aku tahu, di hatimu, keluargamu selalu jadi yang terpenting. Melihatmu sekarang baik-baik saja, aku sudah merasa tenang. Kedepannya, jaga dirimu sendiri dan beritahu Ellie bahwa aku tidak bisa ikut serta dalam masa depannya. Maaf.”

Akhiran kata-kata Leon Gu membuat tangisan Valerie Pei makin parah.

Pada momen ini, Jacob Pei, Ibu Pei, dan Stevanny Shi berbarengan keluar dari rumah. Ellie sendiri masih di dalam saja. Melihat adegan ini, Ibu Pei tidak bisa teringat dirinya di masa lampau. Sebenarnya, andai kejam sedikit, Valerie Pei bisa menimnggalkan keluarganya demi hidup dengan pria yang dicintai. Ini persis dengan yang ia lakukan dulu.

Nyatanya, si anak tidak melakukan itu. Dia sampai detik ini masih sangat berpihak pada keluarganya. Ia khawatir, kalau mereka masih mempertahankan posisi mereka, Valerie Pei mulai hari ini akan menjalani hidup yang tidak berpengharapan.

Bila dipikirkan dengan lebih mendalam, kalau pun Leon Gu kedepannya akan kehilangan cinta pada Valerie Pei, itu adalah urusan di masa mendatang. Setidaknya, bila momen itu akan benar-benar datang, mereka berdua bisa hidup bahagia dulu. Jika mereka sebagai petinggi keluarga terus menghalangi cinta mereka, mereka bukan hanya akan menderita sekarang, namun juga di masa depan.

Belum lagi, jika Leon Gu sungguh mencintai Valerie Pei seumur hidup seperti halnya Ayah Pei pada Ibu Pei, mereka sekarang berarti tengah membuat kesalahan besar.

“Little Valerie, ajak dia masuk untuk ganti pakaian yuk.” Si ibu buka suara dengan raut wajah yang jauh lebih bersahabat.

Si wanita terdiam di tempat. Ia sama sekali tidak memahami perintah ibunya barusan. Leon Gu sudah kehujanan selama ini di luar, apa manfaatnya baru menyuruh dia masuk dan ganti pakaian sekarang? Lebih baik biarkan dia di luar terus……

Leon Gu adalah orang pertama yang sadar apa yang tengah terjadi. Sudut bibirnya refleks terangkat. Sikap Ibu Pei saat ini sepenuhnya berbeda dengan sikapnya di kedai kopi. Dia bahkan mengizinkannya untuk kembali masuk! Sementara itu, meski wajahnya tidak berekspresi, tatapan Jacob Pei juga agak menyiratkan kelembutan. Jika mereka masih tidak menyetujui hubungan mereka, mana mungkin mereka bakal mendatanginya begini? Mana beramai-ramai pula.

“Ayo masuk.” Tangan Leon Gu sudah berada di pinggang Valerie Pei. Terkejut dengan gestur mesranya ini, si wanita refleks ingin melepaskan diri. Leon Gu ini sama sekali tidak memiliki ketakutan ya? Cuma diizinkan untuk masuk dan ganti pakaian saja, kok dia sudah berani menunjukkan kemesraan lagi padanya?

Melihat Valerie Pei masih kebingungan, Stevanny Shi menganggukkan kepala padanya. Secara diam-diam, ia juga menunjuk-nunjuk Ibu Pei dan Jacob Pei sembari tersenyum.

Selugu-lugunya seseorang, orang itu pasti sekarang sudah paham maksud mereka. Valerie Pei pun menoleh ke Leon Gu. Ia tidak percaya yang dialaminya sekarang merupakan kenyataan. Ibu tadi sore masih bersikeras untuk mencegahnya balikan dengan Leon Gu, sekarang malah sudah setuju.

Sebelum berjalan masuk, si pria terlebih dahulu memasangkan cincin ke tangan si wanita.

Valerie Pei lalu berjalan di depan Leon Gu untuk mengajaknya masuk. Sesampainya di dalam, wanita itu langsung mengajaknya naik untuk mandi dan ganti pakaian. Berhubung tinggi badan dan berat badan mereka hampir sama, Jacob Pei bisa meminjamkan satu set pakaian untuknya. Sekeluarnya mandi, pria itu menaruh handuknya ke kepala Valerie Pei.

“Kamu sendiri tidak ganti pakaian?” Leon Gu membuka lemari baju si wanita dan mencarikan satu set pakaian buatnya. Setelah itu, ia menaruh pakaian-pakaian itu di sebelah Valerie Pei, yang masih duduk di sisi ranjang dengan linglung.

“Ada apa? Kok kamu terlihat lagi memikirkan sesuatu?” Leon Gu menyeka rambut Valerie Pei. Kelihatannya wanita ini masih memikirkan kejadian tadi……

“Apakah aku sedang bermimpi? Bagaimana bisa ibu dan kakakku tiba-tiba menyetujui cinta kita?” Valerie Pei tidak dapat memahami sikap diam mereka ketika Leon Gu memasangkan cincin ke tangannya. Mereka kemasukan apa coba, kok sikapnya tiba-tiba berubah drastis!

“Sudah setuju ya bagus lah, tidak usah dipikir-pikiur lagi! Kamu lebih baik memikirkan ingin pernikahan kita seperti apa, ingin gaun yang bagaimana, dan semacamnya. Kita dulu tidak mendiskusikan hal ini. Sekarang, kita harus memikirkannya baik-baik.” Leon Gu perlahan mengarahkan Valerie Pei ke pikiran-pikiran lain.

“Aku tidak ingin pernikahan yang megah. Pernikahan pada dasarnya adalah urusan kita berdua, jadi aku tidak ingin orang-orang yang tidak kukenal ikutan hadir.” Si wanita ingat betul ia menghadapi begitu banyak orang di pernikahan mereka dulu. Alhasil, hatinya merasa tertekan sepanjang acara. Kalau harus menghadapi situasi itu lagi, sekali pun ada si pria di sisi, ia masih akan merasa sangat tidak nyaman.

“Baik. Sesuai maumu, pernikahan kita hanya mengundang beberapa kerabat dan teman. Kalau kamu maunya simpel, ya sudah kita buat jadi sesimpel mungkin.” Leon Gu sepenuhnya menyetujui sikap Valerie Pei. Ia sendiri tidak tahu sejak kapan dirinya berubah jadi seorang pria yang sangat penurut. Dalam melakukan semua hal, ia pasti akan selalu memikirkan si wanita!

“Oke.” Valerie Pei mengangguk dan menjawab sambil tersenyum. Tidak peduli dirinya tengah bermimpi atau bagaimana, yang jelas ia sekarang melihat Leon Gu ada ada di kamarnya. Ibu dan Jacob Pei juga sudah melihat dia memasangkan cincin ke tangannya. Biarkanlah semuanya berkembang sesuai alur ini!

Tok, tok, tok! Suara ketukan pintu memecah kehangatan di antara mereka. Sesaat setelah suara itu terdengar, pintu terbuka dan sosok Ellie muncul.

“Ayah dan Mommy, nenek menyuruh kalian turun.”

“Baik, tunggu Mommy ganti pakaian ya.”

“Gantilah sekarang juga, aku turun duluan dengan Ellie.” Leon Gu terlihat cukup energik dengan pakaian Jacob Pei.

Ditinggal sendiri di kamar, Valerie Pei mengangkat tangan dan menatap cincin yang terpasang di jari manis. Sekarang, ia akhirnya bisa berpasangan dengan Leon Gu. Potongan-potongan memori masa lalu muncul di benaknya bagai adegan film.

Pertemuan pertama mereka terjadi secara tidak terduga, lalu mereka berpasangan selama empat tahun dan Leon Gu siuman. Selama periode itu, ia telah merasakan manis, asin, pedas, pahit, dan berbagai rasa lainnya. Masa-masa itu terasa jauh lebih campur aduk dibanding perjalanan hidupnya yang terdahulu. Walau akhirnya berpisah, ia bukan hanya mengenang hal-hal menyedihkan yang terjadi di dalamnya, melainkan juga hal-hal membahagiakan.

Dua orang yang semula mengira nasib cintanya sudah tamat sekarang kembali bersatu. Sejoli yang sudah meniatkan hati untuk bersama, tidak peduli apa takdir yang terjadi pada diri mereka masing-masing, pasti akan selalu kembali ke titik kebersamaan. Mereka bisa bersatu lagi!

Tidak peduli seperti apa kehidupan mereka di masa depan, Leon Gu dan Valerie Pei akan menjalani kehidupan saat ini dengan sebaik mungkin. Masa depan masih sangat panjang. Biarlah waktu menguji cinta yang bersemi di antara keduanya……

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu