Diamond Lover - Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
Telah dilarang masuk rumah kediaman keluarga Pei, Leon Gu hanya bisa menunggu di luar dan menelepon Valerie Pei. Ponsel si wanita dimatikan, sementara telepon rumahnya tidak ada yang mengangkat.
Cuaca Kota A daritadi sangat tidak bagus, sesekali ada sedikit tetesan-tetesan hujan. Seperti sengaja tidak mendukung usaha Leon Gu, tetesan-tetesan ini tidak lama kemudian berubah jadi hujan kecil, lalu berubah lagi jadi hujan sedang. Berhubung di depan rumah kediaman keluarga Pei tidak ada tempat berlindung dari hujan, si pria terpaksa berdiri di bawah hujan. Dari depan pagar rumah keluarga itu, ia menatapi villa utama.
Dengan warna langit yang berangsur jadi kelabu, kamar Valerie Pei ikutan menggelap. Si wanita sibuk berpikir harus bagaimana berbicara dengan Leon Gu, jadi tidak peduli untuk menyalakan lampu. Rencananya, setelah terpikir cara bicaranya, wanita itu baru akan menelepon Leon Gu. Sayang, pertanyaan di atas tidak juga bisa dijawab walau ia sudah memikirkannya berlama-lama.
Langsung bilang mau putus lagi? Dulu-dulu, ia sudah berkali-kali bilang mau berpisah dan putus dengannya. Ia sendiri sangat tidak nyaman melihat ekspresi terluka Leon Gu tiap ia mengatakannya. Mereka sudah susah-susah kembali berbaikan, lalu dalam beberapa hari kemudian ia tiba-tiba minta putus. Dirinya sendiri saja kesulitan menerima situasi ini, apalagi Leon Gu?
Saking derasnya hujan di luar, angin yang dibawanya berhembus hingga masuk kamar Valerie Pei. Alhasil, tirai jendelanya menari mengikuti irama angin.
Valerie Pei menopang tubuh dan bangkit berdiri. Daritadi terus duduk, bokong dan kakinya terasa sakit. Si wanita melangkah perlahan ke jendela untuk menutupnya. Berhubung kamarnya menghadap gerbang utama rumah kediaman keluarga Pei, ketika bersiap menarik gagang jendela, ia melihat ada seseorang berdiri di depan sana sambil hujan-hujanan.
Sepertinya sadar ada seseorang yang berdiri di dekat jendela, orang itu melambaikan tangan untuk menarik perhatiannya.
Valerie Pei segera bersembunyi ke sebelah jendela. Walau pemandangan luar tertutup tetes-tetes hujan, ia tetap bisa mengenali bahwa orang itu adalah Leon Gu. Di luar hujan deras begini, kok dia tidak masuk sih? Itu berarti ibu dan kakaknya tidak mengizinkan dia masuk. Ia pikir, ibunya pasti sudah menemuinya dan meminta dia untuk menjauhi dirinya……
Leon Gu konyol sekali sih! Ini hujannya super deras, tahu!
Dengan buru-buru, si wanita memakai mantel dan turun ke lantai bawah. Di ruang tamu, ia menjumpai ibu dan anggota-anggota keluarga lainnya.
“Aku keluar sebentar.” Mata Valerie Pei sangat merah. Tahu di depan ada Leon Gu, Ibu Pei yakin putrinya keluar untuk menemui dia.
Tanpa memedulikan suara-suara panggilan dari belakangnya, Valerie Pei berlari ke luar sembari membuka payung. Wanita itu tiba-tiba merasa ibu dan kakaknya terlalu berlebihan. Tidakkah mereka sadar betapa deras hujan di luar? Bahkan jika mereka benar-benar tidak ingin dirinya balikan lagi dengan Leon Gu, membiarkannya masuk untuk menghindar dari hujan tidak akan mengubah kondisi apa pun. Dengan kata lain, jika dibiarkan masuk untuk berteduh, memangnya Leon Gu bakal menghipotis mereka untuk mengubah keputusan?
Dengan segera, si wanita tiba di dekat gerbang. Melihat kedatangan Valerie Pei, penjaga gerbang segera membukakan gerbang elektronik. Leon Gu hanya berdiri di depan dan menunggu Valerie Pei menghampirinya. Tanpa memperoleh persetujuan dari Ibu Pei, ia tidak berani memasuki kediamannya barang untuk satu langkah.
Valerie Pei memayungi Leon Gu. Dengan bergesernya posisi payung, punggungnya pun seketika langsung basah. Khawatir mantan istrinya bakal semakin basah, si pria bersikeras menyuruh si wanita untuk memayungi dirinya sendiri saja.
“Kamu tidak usah payungi aku. Aku sudah terlanjur basah kuyup.” Suara rendah Leon Gu menekan kekhawatirannya.
“Pulanglah kamu. Memang kamu berpikir ibuku akan mengubah keputusannya hanya dengan melihatmu terus berjaga di depan gerbang rumah kami?” Berbeda dengan si pria, si wanita sudah tidak punya harapan lagi soal kebersamaan mereka. Walau sudah pesimistis, ia dengan penuh perhatian tetap menggeser payung untuk memayungi Leon Gu.
“Aku tahu kamu cemas perasaanku padamu akan berubah di masa depan. Ibu dan kakakmu juga punya kecemasan serupa. Aku hanya ingin membuktikan bahwa sepenuh hatiku adalah milikmu, seumur hidupku aku juga hanya akan baik padamu. Bukankah kita baru berdamai? Masa aku harus kembali kehilangan kamu dengan secepat ini? Bila dari awal tahu situasinya bakal begini, aku akan memilih untuk tidak berbaikan denganmu dan langsung mengubur cinta ini buat selamanya. Tetapi, aku tidak mampu melakukan itu. Aku sungguh ingin menikahimu lagi. Delapan tahun lalu aku tidak melamarmu, juga tidak memberimu hadiah pernikahan. Aku sekarang ingin mengompensasi semuanya.”
Sembari berujar begini, Leon Gu berlutut dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jas. Di dalam kotak itu tersimpan cincin yang Valerie Pei tinggal di rumah, yang mana juga merupakan cincin pernikahan mereka dulu. Entah pria ini mengambilnya dengan cara apa.
“Little Valerie, aku tidak takut hadangan semua orang. Aku hanya takut kamu memilih langkah mundur saja. Selama kamu bersedia balikan denganku, tidak peduli sesulit apa jalan di depan, aku siap melewatinya denganmu.” Wajah Leon Gu penuh dengan tetesan air hujan. Bahkan, matanya saja agak kesulitan terbuka karena terus tertetes. Meski begitu, ia tetap bersikeras mengangkat cincin yang ada di tangannya bagai tidak memberi pilihan menolak bagi Valerie Pei.
Tadi di kamar, si wanita bisa dibilang sudah menghabiskan semua stok air matanya. Tetapi, melihat tindakan mantan suaminya ini, air matanya lagi-lagi mengalir. Wanita itu sungguh kesulitan untuk menahannya!
“Jangan menangis. Aku tidak ingin mempersulitmu, juga tidak ingin menyuruhmu memilih aku atau keluargamu. Aku sama sekali tidak memberi paksaan padamu. Aku akan pergi, aku sekarang juga segera pergi.” Leon Gu lumayan jarang melihat Valerie Pei menangis. Baginya, tangisan dia yang kali ini adalah tangisan yang paling parah di antara semuanya. Selain tidak ingin memaksa Valerie Pei untuk membuat pilihan, pria itu sendiri juga tidak yakin si wanita akan memilihnya.
Si pria hanya ingin si wanita tahu bahwa ia akan mencintainya untuk waktu yang lama. Meski begitu, jika ditanya berapa lama durasinya, ia tetap tidak punya jawaban.
“Kamu bodoh ah!” Valerie Pei dengan cepat membantu Leon Gu berdiri. Sudah kehujanan sampai basah kuyup, pria ini malah masih berlutut di jalanan yang kotor. Dia mau sakit atau bagaimana sih?
“Maaf telah membuatmu menghadapi pilihan seperti ini. Aku tahu, di hatimu, keluargamu selalu jadi yang terpenting. Melihatmu sekarang baik-baik saja, aku sudah merasa tenang. Kedepannya, jaga dirimu sendiri dan beritahu Ellie bahwa aku tidak bisa ikut serta dalam masa depannya. Maaf.”
Akhiran kata-kata Leon Gu membuat tangisan Valerie Pei makin parah.
Pada momen ini, Jacob Pei, Ibu Pei, dan Stevanny Shi berbarengan keluar dari rumah. Ellie sendiri masih di dalam saja. Melihat adegan ini, Ibu Pei tidak bisa teringat dirinya di masa lampau. Sebenarnya, andai kejam sedikit, Valerie Pei bisa menimnggalkan keluarganya demi hidup dengan pria yang dicintai. Ini persis dengan yang ia lakukan dulu.
Nyatanya, si anak tidak melakukan itu. Dia sampai detik ini masih sangat berpihak pada keluarganya. Ia khawatir, kalau mereka masih mempertahankan posisi mereka, Valerie Pei mulai hari ini akan menjalani hidup yang tidak berpengharapan.
Bila dipikirkan dengan lebih mendalam, kalau pun Leon Gu kedepannya akan kehilangan cinta pada Valerie Pei, itu adalah urusan di masa mendatang. Setidaknya, bila momen itu akan benar-benar datang, mereka berdua bisa hidup bahagia dulu. Jika mereka sebagai petinggi keluarga terus menghalangi cinta mereka, mereka bukan hanya akan menderita sekarang, namun juga di masa depan.
Belum lagi, jika Leon Gu sungguh mencintai Valerie Pei seumur hidup seperti halnya Ayah Pei pada Ibu Pei, mereka sekarang berarti tengah membuat kesalahan besar.
“Little Valerie, ajak dia masuk untuk ganti pakaian yuk.” Si ibu buka suara dengan raut wajah yang jauh lebih bersahabat.
Si wanita terdiam di tempat. Ia sama sekali tidak memahami perintah ibunya barusan. Leon Gu sudah kehujanan selama ini di luar, apa manfaatnya baru menyuruh dia masuk dan ganti pakaian sekarang? Lebih baik biarkan dia di luar terus……
Leon Gu adalah orang pertama yang sadar apa yang tengah terjadi. Sudut bibirnya refleks terangkat. Sikap Ibu Pei saat ini sepenuhnya berbeda dengan sikapnya di kedai kopi. Dia bahkan mengizinkannya untuk kembali masuk! Sementara itu, meski wajahnya tidak berekspresi, tatapan Jacob Pei juga agak menyiratkan kelembutan. Jika mereka masih tidak menyetujui hubungan mereka, mana mungkin mereka bakal mendatanginya begini? Mana beramai-ramai pula.
“Ayo masuk.” Tangan Leon Gu sudah berada di pinggang Valerie Pei. Terkejut dengan gestur mesranya ini, si wanita refleks ingin melepaskan diri. Leon Gu ini sama sekali tidak memiliki ketakutan ya? Cuma diizinkan untuk masuk dan ganti pakaian saja, kok dia sudah berani menunjukkan kemesraan lagi padanya?
Melihat Valerie Pei masih kebingungan, Stevanny Shi menganggukkan kepala padanya. Secara diam-diam, ia juga menunjuk-nunjuk Ibu Pei dan Jacob Pei sembari tersenyum.
Selugu-lugunya seseorang, orang itu pasti sekarang sudah paham maksud mereka. Valerie Pei pun menoleh ke Leon Gu. Ia tidak percaya yang dialaminya sekarang merupakan kenyataan. Ibu tadi sore masih bersikeras untuk mencegahnya balikan dengan Leon Gu, sekarang malah sudah setuju.
Sebelum berjalan masuk, si pria terlebih dahulu memasangkan cincin ke tangan si wanita.
Valerie Pei lalu berjalan di depan Leon Gu untuk mengajaknya masuk. Sesampainya di dalam, wanita itu langsung mengajaknya naik untuk mandi dan ganti pakaian. Berhubung tinggi badan dan berat badan mereka hampir sama, Jacob Pei bisa meminjamkan satu set pakaian untuknya. Sekeluarnya mandi, pria itu menaruh handuknya ke kepala Valerie Pei.
“Kamu sendiri tidak ganti pakaian?” Leon Gu membuka lemari baju si wanita dan mencarikan satu set pakaian buatnya. Setelah itu, ia menaruh pakaian-pakaian itu di sebelah Valerie Pei, yang masih duduk di sisi ranjang dengan linglung.
“Ada apa? Kok kamu terlihat lagi memikirkan sesuatu?” Leon Gu menyeka rambut Valerie Pei. Kelihatannya wanita ini masih memikirkan kejadian tadi……
“Apakah aku sedang bermimpi? Bagaimana bisa ibu dan kakakku tiba-tiba menyetujui cinta kita?” Valerie Pei tidak dapat memahami sikap diam mereka ketika Leon Gu memasangkan cincin ke tangannya. Mereka kemasukan apa coba, kok sikapnya tiba-tiba berubah drastis!
“Sudah setuju ya bagus lah, tidak usah dipikir-pikiur lagi! Kamu lebih baik memikirkan ingin pernikahan kita seperti apa, ingin gaun yang bagaimana, dan semacamnya. Kita dulu tidak mendiskusikan hal ini. Sekarang, kita harus memikirkannya baik-baik.” Leon Gu perlahan mengarahkan Valerie Pei ke pikiran-pikiran lain.
“Aku tidak ingin pernikahan yang megah. Pernikahan pada dasarnya adalah urusan kita berdua, jadi aku tidak ingin orang-orang yang tidak kukenal ikutan hadir.” Si wanita ingat betul ia menghadapi begitu banyak orang di pernikahan mereka dulu. Alhasil, hatinya merasa tertekan sepanjang acara. Kalau harus menghadapi situasi itu lagi, sekali pun ada si pria di sisi, ia masih akan merasa sangat tidak nyaman.
“Baik. Sesuai maumu, pernikahan kita hanya mengundang beberapa kerabat dan teman. Kalau kamu maunya simpel, ya sudah kita buat jadi sesimpel mungkin.” Leon Gu sepenuhnya menyetujui sikap Valerie Pei. Ia sendiri tidak tahu sejak kapan dirinya berubah jadi seorang pria yang sangat penurut. Dalam melakukan semua hal, ia pasti akan selalu memikirkan si wanita!
“Oke.” Valerie Pei mengangguk dan menjawab sambil tersenyum. Tidak peduli dirinya tengah bermimpi atau bagaimana, yang jelas ia sekarang melihat Leon Gu ada ada di kamarnya. Ibu dan Jacob Pei juga sudah melihat dia memasangkan cincin ke tangannya. Biarkanlah semuanya berkembang sesuai alur ini!
Tok, tok, tok! Suara ketukan pintu memecah kehangatan di antara mereka. Sesaat setelah suara itu terdengar, pintu terbuka dan sosok Ellie muncul.
“Ayah dan Mommy, nenek menyuruh kalian turun.”
“Baik, tunggu Mommy ganti pakaian ya.”
“Gantilah sekarang juga, aku turun duluan dengan Ellie.” Leon Gu terlihat cukup energik dengan pakaian Jacob Pei.
Ditinggal sendiri di kamar, Valerie Pei mengangkat tangan dan menatap cincin yang terpasang di jari manis. Sekarang, ia akhirnya bisa berpasangan dengan Leon Gu. Potongan-potongan memori masa lalu muncul di benaknya bagai adegan film.
Pertemuan pertama mereka terjadi secara tidak terduga, lalu mereka berpasangan selama empat tahun dan Leon Gu siuman. Selama periode itu, ia telah merasakan manis, asin, pedas, pahit, dan berbagai rasa lainnya. Masa-masa itu terasa jauh lebih campur aduk dibanding perjalanan hidupnya yang terdahulu. Walau akhirnya berpisah, ia bukan hanya mengenang hal-hal menyedihkan yang terjadi di dalamnya, melainkan juga hal-hal membahagiakan.
Dua orang yang semula mengira nasib cintanya sudah tamat sekarang kembali bersatu. Sejoli yang sudah meniatkan hati untuk bersama, tidak peduli apa takdir yang terjadi pada diri mereka masing-masing, pasti akan selalu kembali ke titik kebersamaan. Mereka bisa bersatu lagi!
Tidak peduli seperti apa kehidupan mereka di masa depan, Leon Gu dan Valerie Pei akan menjalani kehidupan saat ini dengan sebaik mungkin. Masa depan masih sangat panjang. Biarlah waktu menguji cinta yang bersemi di antara keduanya……
Novel Terkait
Menantu Hebat
Alwi GoLove In Sunset
ElinaGue Jadi Kaya
Faya SaitamaHei Gadis jangan Lari
SandrakoInventing A Millionaire
EdisonKing Of Red Sea
Hideo TakashiGet Back To You
LexyDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)