Diamond Lover - Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri

Air dingin memercik ke sekujur tubuh Leon Gu. Malam di penghujung September telah sedikit-sedikit membawa hawa dingin. Semabuk apa pun seseorang, setelah disiram air dingin, ia setidaknya pasti akan setengah tersadar.

Kancing-kancing bawah kemeja Leon Gu masih terpasang, jadi kemeja itu menempel-nempel ke tubuh si pria kaetika basah. Dengan air yang masih menetes-netes dari rambut, pria itu menyandarkan diri ke wastafel. Ia seketika bisa melihat dengan jelas bahwa orang yang berdiri di depannya benar-benar Valerie Pei.

Dan lingkungan tempatnya berada sekarang sedikit asing, tetapi juga sedikit familiar. Ingatan meyakinkan dirinya bahwa ia pasti pernah kemari.

“Sudah sadar? Kalau sudah sadar, cepat pulang ke rumahmu sendiri!” Si wanita mematikan keran. Ia melihat tatapan si pria sudah jauh lebih fokus dari sebelumnya, jadi harusnya bisa mengenali arah pulangnya. Ia tidak punya kepentingan untuk membiarkan seseorang yang berbahaya berlama-lama di sini!

Leon Gu mengerutkan kening karena tidak juga terpikir ia ada di mana. Begitu tatapannya menemui sikat gigi dan pasta gigi yang tadi dihempaskan ke lantai, ia baru sadar ini rumah baru Valerie Pei.

Potongan-potongan kejadian malam ini mulai terputar di benak.

Setelah sore hari bertengkar dengan Valerie Pei di The Tea House, pria itu mengajak Christian Huo dan rekan-rekan lainnya untuk minum bir. Seperti suasana hatinya lagi pada senang semua, mereka secara sadis menegukkan bir buatnya. Suasana hati Leon Gu sedari awal sudah kurang bagus, jadi langsung mabuk setelah ditegukkan bir. Setelahnya, mereka memanggilkan taksi untuk mengantarnya pulang.

Christian Huo dan rekan-rekan lain seharusnya memberi alamat rumah kediaman keluarga Gu pada si sopir. Masalahnya, ia kemudian bisa jadi mengganti tujuan dan akhirnya datang kemari.

Pria itu awalnya ingin pulang ke rumah sebelah rumah apartemen Valerie Pei, namun ia jalan ke pintu yang salah……

Leon Gu memandang Valerie Pei dengan sedikit malu. Ia tadi sore masih bersikeras dengan keinginannya tanpa memberi sedikit pun ruang negosiasi, tetapi kemudian malah mabuk. Ia, yang seharusnya merasa superior, nyatanya tidak menang apa pun. Satu-satunya hal yang ia dapat dari sikap kekeuhnya itu adalah suasana hati yang kelabu.

“Salah masuk rumah.” Si pria menyeka tetesan air di wajah dengan handuk baru, lalu memasangi kancing kemeja sambil pura-pura tenang. Tidak nyaman mengenakan kemeja basah, ia akhirnya melepas kemejanya.

Si wanita memalingkan wajah. Tubuh bagian atas Leon Gu ini sangat mudah membuat seseorang “muntah darah” saking terpesonanya, jadi ia lebih baik jangan lihat-lihat.

“Pakai kemejamu!” Ia tidak tinggal sendirian di sini. Kalau asisten rumah atau Ellie tiba-tiba muncul dan salah paham bagaimana coba?

Leon Gu memeras kemeja basah itu. Mungkin masih terbawa sisa-sisa kemabukan, pria itu berkata genit: “Aku tidak ingin pakai pakaian basah.”

Valerie Pei menghela napas pasrah. Masa ia malam ini mau dikalahkan dia lagi?

Separah apa pun kekesaalannya, Valerie Pei tetap mengambilkan handuk super lebar dan melebarkannya ke tubuh Leon Gu. Ia pikir, ia tidak boleh merawatnya selembut dan seperhatian dulu. Aksi mengambil handuknya ini juga hanya sisa-sisa cinta di masa lalu. Kalau hanya menimbang sikap si pria padanya tadi sore, ia seharusnya langsung menendang dia keluar rumah!

Leon Gu segera menaruh kemeja basahnya di lantai, lalu memegang handuk yang barusan dilempar. Pria itu tersenyum puas.

Senyuman ini tidak membawa motif apa-apa. Ini mirip dengan senyuman anak kecil yang diberi pujian atau hadiah oleh orang dewasa.

Contohnya ya senyuman yang suka ada di wajah Ellie dan wajah William Gu……

Valerie Pei belakangan sering kesulitan membedakan wajah Leon Gu dan William Gu. Apakah ia seharusnya pergi menjenguk pria yang kedua itu?

Selama ia berpikir begini, si pria sudah perlahan-lahan menghampirinya. Ketika si wanita merasakan ada orang dalam jarak tiga puluh sentimeter darinya, cahaya lampu kamar mandi sudah ketutupan tubuh besar Leon Gu.

Valerie Pei tidak tahu apakah pria ini benar-benar masih mabuk atau hanya bersandiwara. Empat tahun yang lalu, Leon Gu pada suatu malam juga pernah pura-pura mabuk, lalu ia menyatakan perasaaan padanya. Ia tidak mau tertipu pria ini lagi!

“Pergi!” Si wanita mendaratkan tangan ke dada si pria. Ketika baru sesaat bersentuhan, ia langsung merasakan kehangatan pada kulitnya. Valerie Pei refleks ingin menurunkan tangan, namun tangan itu sudah terlebih dahulu ditahan oleh Leon Gu. Pria itu memposisikan tangannya persis di bagian kiri jantungnya, lalu menekannya biar tidak lepas.

“Sungguh tidak nyaman.” Menghadapi tatapan Valerie Pei, Leon Gu perlahan mengucapkan tiga kata.

Tubuhnya sekarang memang sangat tidak nyaman. Malam-malam minum begitu banyak bir, perutnya terasa panas dan kepalanya terasa pening. Lebih sialnya lagi, air dingin yang dikucurkan Valerie Pei tadi semakin memperparah ketidaknyamannya.

Masih sedikit mabuk, tenaga Leon Gu tetap kuat hingga Valerie Pei tidak mampu melepaskan pegangannya. Dalam kondisi terdesak begini, wanita itu menoleh ke pintu kamar Ellie. Tingkat kekedapan suara setiap ruangan di rumah ini sangat baik, terus si anak juga tidur dengan sangat lelap. Ah, Ellie seharusnya tidak akan bisa mendengar percakapan mereka.

“Bisa berhenti main-main? Cepat pulang ke rumahmu sendiri, jangan lupa bahwa status kita sekarang adalah tergugat dan penggugat!” Valerie Pei bertutur kasar. Ia barusan berpikir, apakah ia harus bersikap sedikit kejam dan segera menyuruh pria ini ke luar?

Dengan tingkat kesadaran yang sekarang, ia pun tidak seharusnya cuma menyuruhnya keluar. Pria ini pasti sudah bisa membuka pintu rumah sendiri, jadi ia harus menyuruhnya cabut sekalian!

“Tengah malam begini mana ada taksi?” Leon Gu cemberut. Ekspresinya ini menyiratkan semacam permohonan untuk ditampung di rumah Valerie Pei semalaman.

Yang ditanya balik terkekeh. Leon Gu punya rumah persis di sebelah, buat apa cari taksi coba?

“Ada rumah di samping, buat apa mencari taksi? Empat tahun kita tidak berjumpa, IQ-mu nampaknya sudah turun drastis.” Valerie Pei masih menahan dada si pria untuk mencegahnya maju setengah langkah pun.

Leon Gu tercengang seperti seseorang yang rahasia besarnya terbongkar. Bagaimana wanita ini tahu ia punya rumah di sebelah? Ia tiap hari kembali ketika hari sudah sangat larut, lalu pergi keluar ketika hari masih teramat pagi. Secara akal sehat, Valerie Pei tidak mungkin bisa melihatnya. Apa dia sebenarnya memata-matai dirinya?

“Taksi bisa dipanggil pakai telepon sih……” Si pria mengelus-ngelus kepala dengan asal, tujuannya jelas untuk menghalangi wajahnya dari tatapan si wanita. Sehabis itu, pria itu juga melepaskan tangan Valerie Pei dan berjalan ke sofa sambil mengelap air yang masih tersisa. Rumah ini benar-benar diperlakukan bagai rumahnya sendiri!

Valerie Pei merasa telah bertemu seorang bajingan malam-malam begini!

Setelah menata emosi, wanita itu ikut berjalan ke ruang tamu. Ketika dijumpai, Leon Gu sudah terbaring di sofa sambil memeluk bantal dan menjadikan handuk sebagai selimut!

“Hei, hei, bangun kamu! Apa-apaan tidur di sini?” Kehilangan kesabaran, si wanita menendang sebanyak dua kali ke kaki si pria. Walau sudah mengelap butiran-butiran air di tubuh bagian atas dan melepaskan kemeja, celana Leon Gu masih basah.

Valerie Pei menegurnya bukan karena khawatir dia flu, melainkan khawatir sofa di rumah jadi basah. Walau rumah ini rumah publik, ia jelas tidak bisa membiarkan Leon Gu merusak barang-barangnya!

Tetapi, Leon Gu tidak bergeming sama sekali walau ditendang dan dimaki. Entahlah ia belajar teknik “tidur dalam sekejap” ini sejak kapan, entah juga ia hanya pura-pura atau sungguhan sudah terlelap. Dengan tanpa daya, si wanita mengamati pria yang tidur di sofanya dengan penuh kemarahan.

Orang yang satu ini sungguh menantang batas kesabarannay berulang-ulang. Dia sore tadi dengan sombongnya menegaskan bahwa dia tetap akan berusaha merebut hak asuh Ellie darinya, lalu sekarang berpura-pura butuh dikasihani dan tidak enak badan. Suasana hati Valerie Pei sendiri juga rusak karena keributan tadi sore, namun ia tidak pergi minum bir dan bermacam-macam begini di hadapan Leon Gu! Memang sialan ini pria!

Lagipula, sebagai seorang pria dewasa, tidakkah ia malu bertingkah begini?

Valerie Pei menatap Leon Gu selama kurang lebih sepuluh menit. Di dalam hati, ia sudah mengkomplain pria yang satu ini dengan ribuan kalimat. Sekarang, ia tidak tahu bagaimana cara untuk membuatnya keluar.

Seperti bisa merasakan tatapan orang lain padanya, pria yang berbaring di sofa berbalik badan. Ini membuat wajahnya jadi membelakangi si wanita. Ia terlihat tidur dengan sangat pulas.

Akibat berbalik badan, handuk yang menutupi tubuh Leon Gu jatuh. Punggungnya yang kurus langsung menjadi objek yang terpampang bagi Valerie Pei. Walau ia bukan seseorang yang sangat visual, namun ia selalu mengagumi bentuk tubuhnya. Empat tahun berselang, Leon Gu masih bisa mempertahankannya dengan sangat baik……

Menyadari dirinya mulai kepikiran macam-macam, Valerie Pei refleks berbatuk untuk mengatasi kecanggungan. Bila tinggal sendirian di sini, si wanita sebenarnya sama sekali tidak mempermasalahkan Leon Gu menginap. Ia bisa mendiamkannya sepanjang dia ada, lalu menyuruhnya keluar begitu pagi tiba. Yang jadi masalah, di rumah ini juga ada Ellie. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan urusan Leon Gu padanya.

Kalau si anak melihat si pria besok pagi, ia harus menjelaskan setumpuk hal. Membayangkan ini, Valerie Pei pun mengernyitkan alis.

Dalam keputusasaan, ia lalu memutuskan balik kamar.

Mendengarkan langkah kaki yang menjauh, Leon Gu membalikkan badan ke posisi semula. Melihat bayangan tubuh Valerie Pei yang lenyap di balik pintu, sudut bibirnya naik tanpa sadar. Dari dulu sampai sekarang, wanita ini punya hati yang lembut padanya.

Tetapi, kalau harus menggunakan cara ini untuk memaksa tinggal di rumahnya, ia sungguh-sungguh merendahkan identitasnya sebagai anggota keluarga Gu.

Meski begitu, asalkan bisa mengembalikan Valerie Pei ke sisi, ia siap menjalankan cara apa pun. Siapa suruh dirinya tidak bisa melupakan dan membenci dia? Karena kesulitan ini, ia pun memutuskan untuk terus mengejarnya saja. Kelar sudah kesulitannya!

Mengira interaksi mereka malam ini sudah berakhir, Leon Gu kini benar-benar berusaha tidur. Ia sebenarnya ingin mengambil handuk yang barusan jatuh, namun khawatir Valerie Pei bakal mencurigai gerak-geriknya. Dengan situasi itu, ia tidak punya pilihan lain selain hanya memeluk guling demi mendapat kehangatan. Satu kesialan lagi, celananya yang masih basah makin lama makin terasa tidak enak……

Tidak lama kemudian, Valerie Pei keluar dari kamar. Leon Gu pun langsung berbalik badan ke posisi membelakangi tadi. Dengan kepala yang sedikit diangkat dan mata yang disipitkan, ia bisa melihat dia datang dengan sebuah selimut di tangan!

Lihatlah, ia memang tahu Valerie Pei sangat peduli dengannya. Kalau tidak, mana mungkin dia akan terpikir untuk keluar dari kamar hanya demi membawakan selimut? Leon Gu paham betul soal karakternya yang satu ini, yakni “mulut kasar, namun hati sangat lembut”. Walau mereka berkonflik karena hak asuh Ellie, namun sekalinya Valerie Pei nanti melembut, perseturuan ini akan langsung lenyap. Leon Gu sendiri memang tidak berniat untuk membiarkannya berlangsung lama-lama……

Selama si pria berpikir, si wanita sudah memasangkan selimut ke tubuhnya. Mungkin karena menyentuh lagi celananya yang basah, waanita itu mengernyitkan alis dan berbisik di telinganya: “Celanamu basah. Perlukah aku membantumu untuk melepasnya?”

Hati Leon Gu langsung bergejolak. Begini rasa-rasanya kurang baik. Walau mereka adalah suami istri, lebih tepatnya mantan suami dan mantan istri, mereka sekarang berada di ruang tamu dan masih ada tetangga-tetangga yang beraktivitas di ruang tamu masing-masing. Alangkah memalukannya kalau adegan pembukaan celana kelihatan oleh mereka!

“Kalau tidak jawab, aku anggap kamu setuju.” Bibir Valerie Pei tersenyum. Ia barusan sudah melihat getaran di kelopak matanya.

Wanita itu benar-benar mengangkat tangan untuk melepas celananya. Kedua tangannya sudah bertumpu di pinggangnya……

“Tunggu, tunggu——” Akhirnya tidak tahan si pria segera meraih pergelangan tangan Valerie Pei dengan satu tangan. Jika ia tidak menghentikannya sekarang, ia sungguh tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.

Melihat pergelangan tangannya digenggam, Valerie Pei tersenyum cerdik. Ia menatap wajah Leon Gu yang masih setengah sadar: “Sudah bangun? Kirain mau tidur sampai kiamat!”

Si pria berpikir, “Oh tidak, Valerie Pei tahu dia sudah pulih dari mabuk!”

Tetapi, di sisi lain, ia tidak mungkin berpura-pura tidur lagi sekarang……

Melihat kondisinya itu, si wanita langsung menarik si pria turun dari sofa, lalu menggunakan segenap tenaga untuk menyeretnya ke pintu rumah. Leon Gu, yang panik harus melakukan apa, tiba-tiba sudah ditinggalkan di depan pintu dengan tubuh bagian atas yang telanjang. Ia memandangi pintu rumah Valerie Pei dengan tatapan kosong.

Di balik pintu, Valerie Pei mengibas-ngibaskan tangan. Setelah mengusir Leon Gu, ia merasa suasana apartemennya langsung jauh lebih nyaman. Wanita itu sudah kelelahan semalaman, jadi sekarang ingin mematikan lampu dan bersiap balik kamar. Jika bel pintu berbunyi-bunyi, ia tidak akan membukakannya sama sekali! Ia jamin itu seribu persen!

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu