Diamond Lover - Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
Air dingin memercik ke sekujur tubuh Leon Gu. Malam di penghujung September telah sedikit-sedikit membawa hawa dingin. Semabuk apa pun seseorang, setelah disiram air dingin, ia setidaknya pasti akan setengah tersadar.
Kancing-kancing bawah kemeja Leon Gu masih terpasang, jadi kemeja itu menempel-nempel ke tubuh si pria kaetika basah. Dengan air yang masih menetes-netes dari rambut, pria itu menyandarkan diri ke wastafel. Ia seketika bisa melihat dengan jelas bahwa orang yang berdiri di depannya benar-benar Valerie Pei.
Dan lingkungan tempatnya berada sekarang sedikit asing, tetapi juga sedikit familiar. Ingatan meyakinkan dirinya bahwa ia pasti pernah kemari.
“Sudah sadar? Kalau sudah sadar, cepat pulang ke rumahmu sendiri!” Si wanita mematikan keran. Ia melihat tatapan si pria sudah jauh lebih fokus dari sebelumnya, jadi harusnya bisa mengenali arah pulangnya. Ia tidak punya kepentingan untuk membiarkan seseorang yang berbahaya berlama-lama di sini!
Leon Gu mengerutkan kening karena tidak juga terpikir ia ada di mana. Begitu tatapannya menemui sikat gigi dan pasta gigi yang tadi dihempaskan ke lantai, ia baru sadar ini rumah baru Valerie Pei.
Potongan-potongan kejadian malam ini mulai terputar di benak.
Setelah sore hari bertengkar dengan Valerie Pei di The Tea House, pria itu mengajak Christian Huo dan rekan-rekan lainnya untuk minum bir. Seperti suasana hatinya lagi pada senang semua, mereka secara sadis menegukkan bir buatnya. Suasana hati Leon Gu sedari awal sudah kurang bagus, jadi langsung mabuk setelah ditegukkan bir. Setelahnya, mereka memanggilkan taksi untuk mengantarnya pulang.
Christian Huo dan rekan-rekan lain seharusnya memberi alamat rumah kediaman keluarga Gu pada si sopir. Masalahnya, ia kemudian bisa jadi mengganti tujuan dan akhirnya datang kemari.
Pria itu awalnya ingin pulang ke rumah sebelah rumah apartemen Valerie Pei, namun ia jalan ke pintu yang salah……
Leon Gu memandang Valerie Pei dengan sedikit malu. Ia tadi sore masih bersikeras dengan keinginannya tanpa memberi sedikit pun ruang negosiasi, tetapi kemudian malah mabuk. Ia, yang seharusnya merasa superior, nyatanya tidak menang apa pun. Satu-satunya hal yang ia dapat dari sikap kekeuhnya itu adalah suasana hati yang kelabu.
“Salah masuk rumah.” Si pria menyeka tetesan air di wajah dengan handuk baru, lalu memasangi kancing kemeja sambil pura-pura tenang. Tidak nyaman mengenakan kemeja basah, ia akhirnya melepas kemejanya.
Si wanita memalingkan wajah. Tubuh bagian atas Leon Gu ini sangat mudah membuat seseorang “muntah darah” saking terpesonanya, jadi ia lebih baik jangan lihat-lihat.
“Pakai kemejamu!” Ia tidak tinggal sendirian di sini. Kalau asisten rumah atau Ellie tiba-tiba muncul dan salah paham bagaimana coba?
Leon Gu memeras kemeja basah itu. Mungkin masih terbawa sisa-sisa kemabukan, pria itu berkata genit: “Aku tidak ingin pakai pakaian basah.”
Valerie Pei menghela napas pasrah. Masa ia malam ini mau dikalahkan dia lagi?
Separah apa pun kekesaalannya, Valerie Pei tetap mengambilkan handuk super lebar dan melebarkannya ke tubuh Leon Gu. Ia pikir, ia tidak boleh merawatnya selembut dan seperhatian dulu. Aksi mengambil handuknya ini juga hanya sisa-sisa cinta di masa lalu. Kalau hanya menimbang sikap si pria padanya tadi sore, ia seharusnya langsung menendang dia keluar rumah!
Leon Gu segera menaruh kemeja basahnya di lantai, lalu memegang handuk yang barusan dilempar. Pria itu tersenyum puas.
Senyuman ini tidak membawa motif apa-apa. Ini mirip dengan senyuman anak kecil yang diberi pujian atau hadiah oleh orang dewasa.
Contohnya ya senyuman yang suka ada di wajah Ellie dan wajah William Gu……
Valerie Pei belakangan sering kesulitan membedakan wajah Leon Gu dan William Gu. Apakah ia seharusnya pergi menjenguk pria yang kedua itu?
Selama ia berpikir begini, si pria sudah perlahan-lahan menghampirinya. Ketika si wanita merasakan ada orang dalam jarak tiga puluh sentimeter darinya, cahaya lampu kamar mandi sudah ketutupan tubuh besar Leon Gu.
Valerie Pei tidak tahu apakah pria ini benar-benar masih mabuk atau hanya bersandiwara. Empat tahun yang lalu, Leon Gu pada suatu malam juga pernah pura-pura mabuk, lalu ia menyatakan perasaaan padanya. Ia tidak mau tertipu pria ini lagi!
“Pergi!” Si wanita mendaratkan tangan ke dada si pria. Ketika baru sesaat bersentuhan, ia langsung merasakan kehangatan pada kulitnya. Valerie Pei refleks ingin menurunkan tangan, namun tangan itu sudah terlebih dahulu ditahan oleh Leon Gu. Pria itu memposisikan tangannya persis di bagian kiri jantungnya, lalu menekannya biar tidak lepas.
“Sungguh tidak nyaman.” Menghadapi tatapan Valerie Pei, Leon Gu perlahan mengucapkan tiga kata.
Tubuhnya sekarang memang sangat tidak nyaman. Malam-malam minum begitu banyak bir, perutnya terasa panas dan kepalanya terasa pening. Lebih sialnya lagi, air dingin yang dikucurkan Valerie Pei tadi semakin memperparah ketidaknyamannya.
Masih sedikit mabuk, tenaga Leon Gu tetap kuat hingga Valerie Pei tidak mampu melepaskan pegangannya. Dalam kondisi terdesak begini, wanita itu menoleh ke pintu kamar Ellie. Tingkat kekedapan suara setiap ruangan di rumah ini sangat baik, terus si anak juga tidur dengan sangat lelap. Ah, Ellie seharusnya tidak akan bisa mendengar percakapan mereka.
“Bisa berhenti main-main? Cepat pulang ke rumahmu sendiri, jangan lupa bahwa status kita sekarang adalah tergugat dan penggugat!” Valerie Pei bertutur kasar. Ia barusan berpikir, apakah ia harus bersikap sedikit kejam dan segera menyuruh pria ini ke luar?
Dengan tingkat kesadaran yang sekarang, ia pun tidak seharusnya cuma menyuruhnya keluar. Pria ini pasti sudah bisa membuka pintu rumah sendiri, jadi ia harus menyuruhnya cabut sekalian!
“Tengah malam begini mana ada taksi?” Leon Gu cemberut. Ekspresinya ini menyiratkan semacam permohonan untuk ditampung di rumah Valerie Pei semalaman.
Yang ditanya balik terkekeh. Leon Gu punya rumah persis di sebelah, buat apa cari taksi coba?
“Ada rumah di samping, buat apa mencari taksi? Empat tahun kita tidak berjumpa, IQ-mu nampaknya sudah turun drastis.” Valerie Pei masih menahan dada si pria untuk mencegahnya maju setengah langkah pun.
Leon Gu tercengang seperti seseorang yang rahasia besarnya terbongkar. Bagaimana wanita ini tahu ia punya rumah di sebelah? Ia tiap hari kembali ketika hari sudah sangat larut, lalu pergi keluar ketika hari masih teramat pagi. Secara akal sehat, Valerie Pei tidak mungkin bisa melihatnya. Apa dia sebenarnya memata-matai dirinya?
“Taksi bisa dipanggil pakai telepon sih……” Si pria mengelus-ngelus kepala dengan asal, tujuannya jelas untuk menghalangi wajahnya dari tatapan si wanita. Sehabis itu, pria itu juga melepaskan tangan Valerie Pei dan berjalan ke sofa sambil mengelap air yang masih tersisa. Rumah ini benar-benar diperlakukan bagai rumahnya sendiri!
Valerie Pei merasa telah bertemu seorang bajingan malam-malam begini!
Setelah menata emosi, wanita itu ikut berjalan ke ruang tamu. Ketika dijumpai, Leon Gu sudah terbaring di sofa sambil memeluk bantal dan menjadikan handuk sebagai selimut!
“Hei, hei, bangun kamu! Apa-apaan tidur di sini?” Kehilangan kesabaran, si wanita menendang sebanyak dua kali ke kaki si pria. Walau sudah mengelap butiran-butiran air di tubuh bagian atas dan melepaskan kemeja, celana Leon Gu masih basah.
Valerie Pei menegurnya bukan karena khawatir dia flu, melainkan khawatir sofa di rumah jadi basah. Walau rumah ini rumah publik, ia jelas tidak bisa membiarkan Leon Gu merusak barang-barangnya!
Tetapi, Leon Gu tidak bergeming sama sekali walau ditendang dan dimaki. Entahlah ia belajar teknik “tidur dalam sekejap” ini sejak kapan, entah juga ia hanya pura-pura atau sungguhan sudah terlelap. Dengan tanpa daya, si wanita mengamati pria yang tidur di sofanya dengan penuh kemarahan.
Orang yang satu ini sungguh menantang batas kesabarannay berulang-ulang. Dia sore tadi dengan sombongnya menegaskan bahwa dia tetap akan berusaha merebut hak asuh Ellie darinya, lalu sekarang berpura-pura butuh dikasihani dan tidak enak badan. Suasana hati Valerie Pei sendiri juga rusak karena keributan tadi sore, namun ia tidak pergi minum bir dan bermacam-macam begini di hadapan Leon Gu! Memang sialan ini pria!
Lagipula, sebagai seorang pria dewasa, tidakkah ia malu bertingkah begini?
Valerie Pei menatap Leon Gu selama kurang lebih sepuluh menit. Di dalam hati, ia sudah mengkomplain pria yang satu ini dengan ribuan kalimat. Sekarang, ia tidak tahu bagaimana cara untuk membuatnya keluar.
Seperti bisa merasakan tatapan orang lain padanya, pria yang berbaring di sofa berbalik badan. Ini membuat wajahnya jadi membelakangi si wanita. Ia terlihat tidur dengan sangat pulas.
Akibat berbalik badan, handuk yang menutupi tubuh Leon Gu jatuh. Punggungnya yang kurus langsung menjadi objek yang terpampang bagi Valerie Pei. Walau ia bukan seseorang yang sangat visual, namun ia selalu mengagumi bentuk tubuhnya. Empat tahun berselang, Leon Gu masih bisa mempertahankannya dengan sangat baik……
Menyadari dirinya mulai kepikiran macam-macam, Valerie Pei refleks berbatuk untuk mengatasi kecanggungan. Bila tinggal sendirian di sini, si wanita sebenarnya sama sekali tidak mempermasalahkan Leon Gu menginap. Ia bisa mendiamkannya sepanjang dia ada, lalu menyuruhnya keluar begitu pagi tiba. Yang jadi masalah, di rumah ini juga ada Ellie. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan urusan Leon Gu padanya.
Kalau si anak melihat si pria besok pagi, ia harus menjelaskan setumpuk hal. Membayangkan ini, Valerie Pei pun mengernyitkan alis.
Dalam keputusasaan, ia lalu memutuskan balik kamar.
Mendengarkan langkah kaki yang menjauh, Leon Gu membalikkan badan ke posisi semula. Melihat bayangan tubuh Valerie Pei yang lenyap di balik pintu, sudut bibirnya naik tanpa sadar. Dari dulu sampai sekarang, wanita ini punya hati yang lembut padanya.
Tetapi, kalau harus menggunakan cara ini untuk memaksa tinggal di rumahnya, ia sungguh-sungguh merendahkan identitasnya sebagai anggota keluarga Gu.
Meski begitu, asalkan bisa mengembalikan Valerie Pei ke sisi, ia siap menjalankan cara apa pun. Siapa suruh dirinya tidak bisa melupakan dan membenci dia? Karena kesulitan ini, ia pun memutuskan untuk terus mengejarnya saja. Kelar sudah kesulitannya!
Mengira interaksi mereka malam ini sudah berakhir, Leon Gu kini benar-benar berusaha tidur. Ia sebenarnya ingin mengambil handuk yang barusan jatuh, namun khawatir Valerie Pei bakal mencurigai gerak-geriknya. Dengan situasi itu, ia tidak punya pilihan lain selain hanya memeluk guling demi mendapat kehangatan. Satu kesialan lagi, celananya yang masih basah makin lama makin terasa tidak enak……
Tidak lama kemudian, Valerie Pei keluar dari kamar. Leon Gu pun langsung berbalik badan ke posisi membelakangi tadi. Dengan kepala yang sedikit diangkat dan mata yang disipitkan, ia bisa melihat dia datang dengan sebuah selimut di tangan!
Lihatlah, ia memang tahu Valerie Pei sangat peduli dengannya. Kalau tidak, mana mungkin dia akan terpikir untuk keluar dari kamar hanya demi membawakan selimut? Leon Gu paham betul soal karakternya yang satu ini, yakni “mulut kasar, namun hati sangat lembut”. Walau mereka berkonflik karena hak asuh Ellie, namun sekalinya Valerie Pei nanti melembut, perseturuan ini akan langsung lenyap. Leon Gu sendiri memang tidak berniat untuk membiarkannya berlangsung lama-lama……
Selama si pria berpikir, si wanita sudah memasangkan selimut ke tubuhnya. Mungkin karena menyentuh lagi celananya yang basah, waanita itu mengernyitkan alis dan berbisik di telinganya: “Celanamu basah. Perlukah aku membantumu untuk melepasnya?”
Hati Leon Gu langsung bergejolak. Begini rasa-rasanya kurang baik. Walau mereka adalah suami istri, lebih tepatnya mantan suami dan mantan istri, mereka sekarang berada di ruang tamu dan masih ada tetangga-tetangga yang beraktivitas di ruang tamu masing-masing. Alangkah memalukannya kalau adegan pembukaan celana kelihatan oleh mereka!
“Kalau tidak jawab, aku anggap kamu setuju.” Bibir Valerie Pei tersenyum. Ia barusan sudah melihat getaran di kelopak matanya.
Wanita itu benar-benar mengangkat tangan untuk melepas celananya. Kedua tangannya sudah bertumpu di pinggangnya……
“Tunggu, tunggu——” Akhirnya tidak tahan si pria segera meraih pergelangan tangan Valerie Pei dengan satu tangan. Jika ia tidak menghentikannya sekarang, ia sungguh tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
Melihat pergelangan tangannya digenggam, Valerie Pei tersenyum cerdik. Ia menatap wajah Leon Gu yang masih setengah sadar: “Sudah bangun? Kirain mau tidur sampai kiamat!”
Si pria berpikir, “Oh tidak, Valerie Pei tahu dia sudah pulih dari mabuk!”
Tetapi, di sisi lain, ia tidak mungkin berpura-pura tidur lagi sekarang……
Melihat kondisinya itu, si wanita langsung menarik si pria turun dari sofa, lalu menggunakan segenap tenaga untuk menyeretnya ke pintu rumah. Leon Gu, yang panik harus melakukan apa, tiba-tiba sudah ditinggalkan di depan pintu dengan tubuh bagian atas yang telanjang. Ia memandangi pintu rumah Valerie Pei dengan tatapan kosong.
Di balik pintu, Valerie Pei mengibas-ngibaskan tangan. Setelah mengusir Leon Gu, ia merasa suasana apartemennya langsung jauh lebih nyaman. Wanita itu sudah kelelahan semalaman, jadi sekarang ingin mematikan lampu dan bersiap balik kamar. Jika bel pintu berbunyi-bunyi, ia tidak akan membukakannya sama sekali! Ia jamin itu seribu persen!
Novel Terkait
Gaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangHusband Deeply Love
NaomiMy Greget Husband
Dio ZhengPerjalanan Selingkuh
LindaYama's Wife
ClarkDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)