Diamond Lover - Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
Pada momen ini, orang yang jelas-jelas barusan sudah tidak bisa diharapkan malah berinisiatif untuk menyambut. Situasi ini membuat Leon Gu tidak bisa merespon dengan cepat. Namun, keramahan Valerie Pei sebenarnya memang cukup dinikmati saja. Buat apa dipusingkan ribet-ribet?
Suasana hati yang naik-turun bagai rollercoaster membuat Leon Gu hampir tidak bisa menahan. Untuk saat ini, ia hanya bisa mengandalkan indera-inderanya untuk memastikan semua yang lagi berlangsung adalah sungguhan!
“Sadar apa yang sedang kamu lakukan?” Si pria bersandar pada si wanita dan tidak membiarkannya melanjutkan kehangatan. Ia pikir, mungkin otaknya sekarang lagi tidak normal seperti waktu terakhir kali mereka pergi ke Kota S. Kala itu, setelah kemesraan yang berlangsung satu malam, si wanita malah meninggalkannya. Leon Gu tidak ingin merasakan pukulan untuk yang kedua kalinya.
Valerie Pei mengangguk, “Iya, aku sadar.”
“Akankah kamu meninggalkanku lagi setelah ini? Kalau iya, lebih baik pergi dari sekarang!”
“Aku ingin berjuang sekali lagi!”
Valerie Pei tidak bisa melepaskan Leon Gu. Bahkan jika yang membentang di depan adalah api yang panas dan samudera yang dalam, ia akan tetap menemani si pria melangkah! Kepergian William Gu sudah cukup membuatnya terluka, jadi semua penderitaan lain bukanlah apa-apa. Ia mau menggenggam tangan Leon Gu lagi dan tidak melepaskannya!
Mendengar jawaban tegas si wanita, hati si pria tidak menyisakan keraguan lagi. Ia tidak tahu yang membuat Valerie Pei berubah pikiran adalah dramanya di toilet tadi atau apa, tetapi tidak peduli bagaimana, dia sudah jatuh ke pelukannya lagi. Kali ini, ia tidak akan membiarkan dia pergi dari sisinya dengan mudah.
Di toilet tadi, ia benar-benar bertaruh. Melihat Valerie Pei tidak juga mendatanginya setelah pergi dari restoran, ia pikir ia sudah kalah. Ternyata, si wanita hanya memerlukan waktu untuk membuat pertimbangan. Sekarang, strateginya tadi terbukti ampuh seampuh-ampuhnya. Ia berhasil menggetarkan titik terlembut di hati Valerie Pei.
Hari sudah subuh ketika kehangatan dalam diri mereka akhirnya mendingin. Sekarang, Leon Gu hanya bisa memeluk Valerie Pei, yang sudah lama sekali tidak dipeluknya, dengan sekuat tenaga.
Mereka sama-sama tidak berbicara untuk menikmati keindahan pelukan ini. Namun, sepatah kata dari Valerie Pei kemudian membuat dada Leon Gu terasa sesak.
“Aku suka sekali sensasi bermesraan diam-diam begini!” Si wanita mencubit pinggang si pria. Ketika masuk kamar tadi, ia khawatir Fransiska Yin juga ada di dalam. Tetapi, berhubung sudah ada di dalam setelahnya, ia tidak mengkhawatirkan konsekuensi apa-apa lagi.
“Heh, kita ada suami istri yang sah. Kemesraan ini adalah perilaku suami-istri yang sangat normal. Kamu pun sudah lama tidak menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri, jadi jelas bermesraan semalam saja sangat tidak cukup!” Leon Gu buru-buru mengoreksi Valerie Pei.
“Suami istri yang sah apanya? Di rumahmu sudah ada istri baru, terus di sini juga ada pacarmu. Aku digolongkan sebagai orang ketiga saja tidak pantas, bahkan mungkin ada pula orang selain aku yang memegang posisi orang keempat dan orang kelima!” Si wanita memalingkan wajah dengan dengan canggung. Benaknya sekarang sangat memusingkan ini. Ia tidak berpikir apa-apa ketika masuk kamar tadi, namun kemudian tersadar dirinya sudah rugi besar.
Tanpa memedulikan sekujur tubuhnya yang telanjang bulat, si pria turun dari ranjang, berjalan ke koper, dan mengambil dua akta nikah. Di depan Valerie Pei, Leon Gu lalu meletakkan keduanya dengan sangat hati-hati bagai harta karun.
“Ini akta nikah kita, jadi semua yang kita lakukan tadi sangat normal. Kamu adalah satu-satunya istri Leon Gu!”
Valerie Pei tidak pernah menyangka akan melihat dua buku merah ini lagi. Leon Gu sekarang menunjukkan keduanya untuk memberitahukannya bahwa mereka adalah pasangan sah, padahal baru waktu itu dirinya melakukan hal serupa. Hanya dalam satu tahun, situasi berubah seratus delapan puluh derajat.
Dengan perasaan tersentuh, si wanita memegangi kedua akta nikah. Bila dipikirkan lebih jauh, mereka berdua sebenarnya tidak pernah bercerai secara resmi. Keluarga Gu waktu itu hanya mengeluarkan pernyataan cerai, terus Henry Gu juga hanya menghapus namanya dari daftar nama anggota keluarga. Dalam perspektif hukum, mereka masih berstatus suami istri!
Dalam posisi berbaring, Leon Gu dan Valerie Pei menggenggam buku nikah masing-masing dengan tangan yang mengenakan cincin. Ketika si wanita tadi masuk, si pria langsung menyadari ada cincin di tangannya. Ini sesuatu yang signifikan, sebab dalam beberapa kali pertemuan mereka di Kota Jing, cincin itu tidak pernah terlihat di tangannya.
“Kedepannya jangan lepas cincin itu lagi, aku bakal marah!” Leon Gu meletakkan tangan Valerie Pei di bibir dan menciuminya. Cincin yang ada di tangannya pun bersinar terang di bawah cahaya.
“Kamu juga memberi cincin pada Fransiska Yin.”
“Itu biar dipotret reporter. Kalau tidak melihat cincin itu, bagaimana mungkin orang-orang keluarga Ye akan tahu diri?” Yang ingin Leon Gu beri tahu pada keluarga Ye adalah, kalau pun Valerie Pei pergi untuk sementara, tidak akan ada yang bisa menggantikannya!
“Tetapi, kalian pun menghelat pesta pernikahan.”
“Belum terlaksana kok. Ketika aku pingsan di bandara, mengapa kamu tidak menengok sama sekali? Kamu sejahat itu kah?” Teringat kejadian ini, si pria jadi risih sendiri. Waktu itu, andai saja Valerie Pei menengok dan melihat dirinya pingsan, ia tidak akan bersedia pergi ke pesta pernikahan itu!
Valerie Pei saat itu hanya melihat ekspresi Leon Gu tidak bagus. Ia mengira dia hanya lagi marah, kok seketika bisa pingsan coba?
“Sudah, jangan membicarakan semua ini lagi, oke? Aku tidak ingin mendengar kata “keluarga Ye”, juga tidak ingin mendengar nama “Naomi Ye”. Aku hanya ingin menikmati kebersamaan kita.” Valerie Pei tiba-tiba memeluk Leon Gu dengan erat dan menempelkan wajah ke dadanya. Nada bicaranya yang lembut membuat si pria merasa nyaman.
Ia sendiri juga tidak ingin membahas keluarga Ye. Itu keluarga yang sangat menyebalkan!
“Baik, baik. Kalau kamu tidak mau dengar, aku juga tidak akan menyebutnya.” Si pria menepuk-nepuk dada si wanita untuk menenangkan.
Walau ingin tenang, Valerie Pei tidak bisa untuk tidak memikirkan masa depannya dengan Leon Gu. Ia sekarang tidak bisa meninggalkan rumah kediaman keluarga Pei, sementara Leon Gu tidak bisa meninggalkan Kota S. Apakah mereka harus menjalani hubungan jarak jauh? Kedengarannya akan sangat berat! Apakah ada solusi lain?
“Leon Gu, kakek benar-benar menganaktirikan kamu?” Dibanding masa depan hubungan mereka, yang paling membuat Valerie Pei khawatir adalah situasi si suami sekarang. Ia tahu Leon Gu ingin menjadi penerus takhta Gu’s Corp dan keluarga Gu bukan untuk berkuasa sewenang-wenang, melainkan untuk mewarisi jiwa dan semangat Henry Gu. Bagi si pria, ini adalah tanggung jawab utamanya sebagai bagian dari keluarga Gu. Dengan kondisi sekarang, yakni kondisi di mana si kakek telah menyingkirkannya sebagai ahli waris, dia pasti terpukul……
“Kamu khawatir suamimu ini tidak akan mampu menghidupimu?” Leon Gu tersenyum tanpa menjawab pertanyaan barusan secara ekplisit.
Si wanita tidak mengkhawatirkan ini sedikit pun. Kalau pun si suami tidak menjadi pewaris Gu’s Corp dan keluarga Gu, dengan kemampuannya yang luar biasa, dia sebagai istri pasti tidak akan menjalani kehidupan yang berat.
“Kakek marah padaku kah? Ia marah padaku karena aku mengembalikan cap tanpa bilang apa pun, lalu ia pun melampiaskannya padamu kah? Sekarang, setelah kamu kehilangan semua mimpimu gara-gara aku, apakah kamu menyimpan perasaan kesal padaku? Ayo jujur.”
“Semua urusan ini akan aku selesaikan dengan baik. Setelah perjalanan ke Kota Jing ini selesai, kamu kembali ke Kota A, sementara aku kembali ke Kota S untuk mengurus beberapa hal. Setelah semuanya beres, aku akan menjemputmu. Bagaimana?”
Valerie Pei masih belum terbayang soal masa depannya dengan Leon Gu. Si pria di satu sisi masih punya istri yang belum diceraikan, namun di sisi lain juga telah bersiap menikah lagi. Lebih parahnya lagi, dia juga dianaktirikan oleh Henry Gu. Dalam situasi sulit begini, si wanita ingin berusaha sebisa mungkin untuk tidak makin menyusahkannya.
“Bagaimana kalau aku yang menghidupi kamu? Jadi, kamu masuk ke keluarga Pei.” Wanita itu merasa keluarga Gu terlalu besar dan terlalu berantakan. Selama empat tahun berada di dalamnya, ia sudah dibuat pening hanya oleh yang keturunan Henry Gu saja, padahal kakek tua itu masih punya beberapa saudara kandung. Kalau nanti-nanti berinteraksi dengan mereka juga, ia rasa otaknya bisa meledak karena kepusingan.
“Tunggu aku benar-benar tidak punya apa pun, kamu baru menghidupi aku saja. Aku nanti akan memasak dan membesarkan anak-anak, sementara kamu mencari uang di luar. Aku rasa itu juga sesuatu yang asyik!” Entahlah Leon Gu bercanda atau serius.
“Kamu juga bisa tidak punya apa pun? Kalau begitu, mengapa kamu dengan murah hati memberikanku dua ratus miliar?” Si wanita sangat kesal dengan uang ini. Waktu diberikan padanya, si pria menyerahkannya dengan songong. Ketika ia mau mengembalikannya, pria itu malah merespon dengan sok tidak butuh.
“Aku meminjamnya dari Christian Huo. Kakek telah menarik modal dari Swift Corp, jadi mana mampu aku memberikanmu uang sebanyak itu dari kocekku sendiri? Beruntung kamu mengembalikannya, kalau tidak entahlah bagaimana aku harus mengembalikan uang Christian Huo!” Si pria menampilkan raut takut.
“Bagaimana kalau aku waktu itu tebal muka dan tidak mengembalikannya?”
“Kamu pada kenyataannya kan mengembalikan. Aku bahkan juga sekalian “makan” kamu.”
Sambil berbincang begini, tangan Leon Gu kembali bergerak tidak karuan di tubuh istrinya. Si wanita, yang sekarang merasa tidak bertenaga karena habis diajak “main”, hanya bisa memohon belas kasihan. Teringat Valerie Pei sempat muntah karena tidak enak badan, Leon Gu pun menyanggupi permintaannya. Mereka melewatkan sisa malam hanya dengan tidur sambil pelukan.
Pagi harinya, Valerie Pei dibangunkan oleh telepon dari Jennifer Shen. Semalam mengingatkannya untuk tidak menantikan kepulangannya, si bos malah benar-benar tidak pulang. Ini membuat si asisten khawatir. Setelah berbincang dengan Jennifer Shen, Valerie Pei merasa sangat segar. Tanpa memedulikan rasa pegal di tubuh, wanita itu langsung mandi dan mengenakan pakaian-pakaian yang beruntung belum disobek sepenuhnya oleh Leon Gu. Ia juga mengatur posisi kerahnya sedemikian rupa untuk menutupi bekas cupang.
Pergerakannya yang sangat buru-buru membuat Leon Gu berpikir Valerie Pei akan meninggalkannya lagi. Ia pun memeluknya dengan erat.
“Ini masih sangat pagi. Yang kamu mau urus itu bukan urusan sulit kok, aku bisa menyuruh orangku untuk mengurusinya buatmu. Ayolah tetap temani aku, kita sudah lama sekali tidak berjumpa.” Leon Gu menggunakan bujukan halus. Sayang, usahanya berakhir sia-sia. Kalau bujukan ini dilontarkan pada momen lain, si wanita pasti akan terenyuh, namun sekarang dia punya urusan yang tidak bisa ditinggalkan!
“Kakakku datang.” Di telepon barusan, Jennifer Shen mengabarkan berkata di telepon bahwa Jacob Pei datang dan sudah menunggu di kamar mereka selama hampir satu jam. Si asisten sama sekali tidak bilang bahwa dirinya tidak pulang sepanjang malam. Wanita itu berbohong dan bilang dia lagi keluar cari sarapan. Dia bahkan melangsungkan telepon tadi di kamar mandi untuk mencegah kebohongannya terbongkar……
Valerie Pei kagum dengan kecerdikan asistennya. Untunglah dia tidak mengatakan apa yang tidak seharusnya dikatakan!
“Aku kebetulan juga ingin ketemu Kakak Tertua. Ada beberapa hal yang perlu aku klarifikasi sejelas mungkin.” Leon Gu tiba-tiba teringat soal insiden penangkapan Jacob Pei. Sejak insiden itu, hubungan dirinya dengan keluarga Pei jadi agak kaku. Berhubung si pria lagi datang, ia pikir ia harus memanfaatkan momen ini untuk memperbaiki semuanya.
“Itu nanti-nanti sajalah. Kakakku tidak terlalu bersedia…… tidak terlalu bersedia……” Bagaimana Valerie Pei harus mengatakan bahwa kakaknya benci Leon Gu?
Bisa memahami kekhawatiran si istri, si suami tidak mempersulitnya lebih jauh. Ia hanya bertutur, “Baiklah, aku akan menunggumu saja. Setelah pertemuanmu kelar, kontaklah aku dan dan aku akan menjemputmu.” Valerie Pei tidak tahan sengaja dibisikkan oleh Leon Gu dengan suara rendah. Kalau sampai dipaksa “main” lagi, kedua kakinya mungkin tidak akan sanggup melangkah.
“Baik, nanti aku kirim pesan.” Si wanita buru-buru keluar dari pelukan si pria dan memberikan ciuman di wajahnya. Ketika mau pergi, belum dua langkah dirinya berjalan, Leon Gu malah kembali mendekapnya dalam pelukan.
“Hanya kecupan singkat?” Tanpa menunggu jawaban, si suami langsung memberikan ciuman yang agresif ke bibir istrinya. Sebelum nafsu Leon Gu terangsang, Valerie Pei segera mendorongnya dan berjalan keluar kamar.
Sembari mengamati bayangan tubuh Valerie Pei yang pergi dengan buru-buru, hati si pria merasakan kehangatan. Akhirnya, dia kembali juga ke sisinya!
Di depan pintu kamarnya, si wanita berusaha menenangkan hati terlebih dahulu, lalu baru memindai kartu. Sesaat setelah pintu terbuka, ia melihat Bryan Pei lagi berdiri menghadap jendela dengan kedua tangan disimpan di saku. Pria itu sepertinya sedang larut dalam alam pikiran.
“Kakak, ada urusan apa kemari?”
“Sarapan saja butuh lebih dari satu jam? Itu bibirmu kenapa merah? Kepanasan saat makan?”
Tiga pertanyaan si kakak langsung membuat si adik gugup. Bibirnya ini merah karena digigit-gigit secara agresif oleh Leon Gu. Tanpa sadar, wanita itu mengangkat tangan dan berpura-pura merapikan ikatan rambut demi menutupi bibir.
Novel Terkait
Si Menantu Dokter
Hendy ZhangBaby, You are so cute
Callie WangUnperfect Wedding
Agnes YuMata Superman
BrickIstri Pengkhianat
SubardiThe Revival of the King
ShintaUntouchable Love
Devil BuddyDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)