Diamond Lover - Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam

Pada momen ini, orang yang jelas-jelas barusan sudah tidak bisa diharapkan malah berinisiatif untuk menyambut. Situasi ini membuat Leon Gu tidak bisa merespon dengan cepat. Namun, keramahan Valerie Pei sebenarnya memang cukup dinikmati saja. Buat apa dipusingkan ribet-ribet?

Suasana hati yang naik-turun bagai rollercoaster membuat Leon Gu hampir tidak bisa menahan. Untuk saat ini, ia hanya bisa mengandalkan indera-inderanya untuk memastikan semua yang lagi berlangsung adalah sungguhan!

“Sadar apa yang sedang kamu lakukan?” Si pria bersandar pada si wanita dan tidak membiarkannya melanjutkan kehangatan. Ia pikir, mungkin otaknya sekarang lagi tidak normal seperti waktu terakhir kali mereka pergi ke Kota S. Kala itu, setelah kemesraan yang berlangsung satu malam, si wanita malah meninggalkannya. Leon Gu tidak ingin merasakan pukulan untuk yang kedua kalinya.

Valerie Pei mengangguk, “Iya, aku sadar.”

“Akankah kamu meninggalkanku lagi setelah ini? Kalau iya, lebih baik pergi dari sekarang!”

“Aku ingin berjuang sekali lagi!”

Valerie Pei tidak bisa melepaskan Leon Gu. Bahkan jika yang membentang di depan adalah api yang panas dan samudera yang dalam, ia akan tetap menemani si pria melangkah! Kepergian William Gu sudah cukup membuatnya terluka, jadi semua penderitaan lain bukanlah apa-apa. Ia mau menggenggam tangan Leon Gu lagi dan tidak melepaskannya!

Mendengar jawaban tegas si wanita, hati si pria tidak menyisakan keraguan lagi. Ia tidak tahu yang membuat Valerie Pei berubah pikiran adalah dramanya di toilet tadi atau apa, tetapi tidak peduli bagaimana, dia sudah jatuh ke pelukannya lagi. Kali ini, ia tidak akan membiarkan dia pergi dari sisinya dengan mudah.

Di toilet tadi, ia benar-benar bertaruh. Melihat Valerie Pei tidak juga mendatanginya setelah pergi dari restoran, ia pikir ia sudah kalah. Ternyata, si wanita hanya memerlukan waktu untuk membuat pertimbangan. Sekarang, strateginya tadi terbukti ampuh seampuh-ampuhnya. Ia berhasil menggetarkan titik terlembut di hati Valerie Pei.

Hari sudah subuh ketika kehangatan dalam diri mereka akhirnya mendingin. Sekarang, Leon Gu hanya bisa memeluk Valerie Pei, yang sudah lama sekali tidak dipeluknya, dengan sekuat tenaga.

Mereka sama-sama tidak berbicara untuk menikmati keindahan pelukan ini. Namun, sepatah kata dari Valerie Pei kemudian membuat dada Leon Gu terasa sesak.

“Aku suka sekali sensasi bermesraan diam-diam begini!” Si wanita mencubit pinggang si pria. Ketika masuk kamar tadi, ia khawatir Fransiska Yin juga ada di dalam. Tetapi, berhubung sudah ada di dalam setelahnya, ia tidak mengkhawatirkan konsekuensi apa-apa lagi.

“Heh, kita ada suami istri yang sah. Kemesraan ini adalah perilaku suami-istri yang sangat normal. Kamu pun sudah lama tidak menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri, jadi jelas bermesraan semalam saja sangat tidak cukup!” Leon Gu buru-buru mengoreksi Valerie Pei.

“Suami istri yang sah apanya? Di rumahmu sudah ada istri baru, terus di sini juga ada pacarmu. Aku digolongkan sebagai orang ketiga saja tidak pantas, bahkan mungkin ada pula orang selain aku yang memegang posisi orang keempat dan orang kelima!” Si wanita memalingkan wajah dengan dengan canggung. Benaknya sekarang sangat memusingkan ini. Ia tidak berpikir apa-apa ketika masuk kamar tadi, namun kemudian tersadar dirinya sudah rugi besar.

Tanpa memedulikan sekujur tubuhnya yang telanjang bulat, si pria turun dari ranjang, berjalan ke koper, dan mengambil dua akta nikah. Di depan Valerie Pei, Leon Gu lalu meletakkan keduanya dengan sangat hati-hati bagai harta karun.

“Ini akta nikah kita, jadi semua yang kita lakukan tadi sangat normal. Kamu adalah satu-satunya istri Leon Gu!”

Valerie Pei tidak pernah menyangka akan melihat dua buku merah ini lagi. Leon Gu sekarang menunjukkan keduanya untuk memberitahukannya bahwa mereka adalah pasangan sah, padahal baru waktu itu dirinya melakukan hal serupa. Hanya dalam satu tahun, situasi berubah seratus delapan puluh derajat.

Dengan perasaan tersentuh, si wanita memegangi kedua akta nikah. Bila dipikirkan lebih jauh, mereka berdua sebenarnya tidak pernah bercerai secara resmi. Keluarga Gu waktu itu hanya mengeluarkan pernyataan cerai, terus Henry Gu juga hanya menghapus namanya dari daftar nama anggota keluarga. Dalam perspektif hukum, mereka masih berstatus suami istri!

Dalam posisi berbaring, Leon Gu dan Valerie Pei menggenggam buku nikah masing-masing dengan tangan yang mengenakan cincin. Ketika si wanita tadi masuk, si pria langsung menyadari ada cincin di tangannya. Ini sesuatu yang signifikan, sebab dalam beberapa kali pertemuan mereka di Kota Jing, cincin itu tidak pernah terlihat di tangannya.

“Kedepannya jangan lepas cincin itu lagi, aku bakal marah!” Leon Gu meletakkan tangan Valerie Pei di bibir dan menciuminya. Cincin yang ada di tangannya pun bersinar terang di bawah cahaya.

“Kamu juga memberi cincin pada Fransiska Yin.”

“Itu biar dipotret reporter. Kalau tidak melihat cincin itu, bagaimana mungkin orang-orang keluarga Ye akan tahu diri?” Yang ingin Leon Gu beri tahu pada keluarga Ye adalah, kalau pun Valerie Pei pergi untuk sementara, tidak akan ada yang bisa menggantikannya!

“Tetapi, kalian pun menghelat pesta pernikahan.”

“Belum terlaksana kok. Ketika aku pingsan di bandara, mengapa kamu tidak menengok sama sekali? Kamu sejahat itu kah?” Teringat kejadian ini, si pria jadi risih sendiri. Waktu itu, andai saja Valerie Pei menengok dan melihat dirinya pingsan, ia tidak akan bersedia pergi ke pesta pernikahan itu!

Valerie Pei saat itu hanya melihat ekspresi Leon Gu tidak bagus. Ia mengira dia hanya lagi marah, kok seketika bisa pingsan coba?

“Sudah, jangan membicarakan semua ini lagi, oke? Aku tidak ingin mendengar kata “keluarga Ye”, juga tidak ingin mendengar nama “Naomi Ye”. Aku hanya ingin menikmati kebersamaan kita.” Valerie Pei tiba-tiba memeluk Leon Gu dengan erat dan menempelkan wajah ke dadanya. Nada bicaranya yang lembut membuat si pria merasa nyaman.

Ia sendiri juga tidak ingin membahas keluarga Ye. Itu keluarga yang sangat menyebalkan!

“Baik, baik. Kalau kamu tidak mau dengar, aku juga tidak akan menyebutnya.” Si pria menepuk-nepuk dada si wanita untuk menenangkan.

Walau ingin tenang, Valerie Pei tidak bisa untuk tidak memikirkan masa depannya dengan Leon Gu. Ia sekarang tidak bisa meninggalkan rumah kediaman keluarga Pei, sementara Leon Gu tidak bisa meninggalkan Kota S. Apakah mereka harus menjalani hubungan jarak jauh? Kedengarannya akan sangat berat! Apakah ada solusi lain?

“Leon Gu, kakek benar-benar menganaktirikan kamu?” Dibanding masa depan hubungan mereka, yang paling membuat Valerie Pei khawatir adalah situasi si suami sekarang. Ia tahu Leon Gu ingin menjadi penerus takhta Gu’s Corp dan keluarga Gu bukan untuk berkuasa sewenang-wenang, melainkan untuk mewarisi jiwa dan semangat Henry Gu. Bagi si pria, ini adalah tanggung jawab utamanya sebagai bagian dari keluarga Gu. Dengan kondisi sekarang, yakni kondisi di mana si kakek telah menyingkirkannya sebagai ahli waris, dia pasti terpukul……

“Kamu khawatir suamimu ini tidak akan mampu menghidupimu?” Leon Gu tersenyum tanpa menjawab pertanyaan barusan secara ekplisit.

Si wanita tidak mengkhawatirkan ini sedikit pun. Kalau pun si suami tidak menjadi pewaris Gu’s Corp dan keluarga Gu, dengan kemampuannya yang luar biasa, dia sebagai istri pasti tidak akan menjalani kehidupan yang berat.

“Kakek marah padaku kah? Ia marah padaku karena aku mengembalikan cap tanpa bilang apa pun, lalu ia pun melampiaskannya padamu kah? Sekarang, setelah kamu kehilangan semua mimpimu gara-gara aku, apakah kamu menyimpan perasaan kesal padaku? Ayo jujur.”

“Semua urusan ini akan aku selesaikan dengan baik. Setelah perjalanan ke Kota Jing ini selesai, kamu kembali ke Kota A, sementara aku kembali ke Kota S untuk mengurus beberapa hal. Setelah semuanya beres, aku akan menjemputmu. Bagaimana?”

Valerie Pei masih belum terbayang soal masa depannya dengan Leon Gu. Si pria di satu sisi masih punya istri yang belum diceraikan, namun di sisi lain juga telah bersiap menikah lagi. Lebih parahnya lagi, dia juga dianaktirikan oleh Henry Gu. Dalam situasi sulit begini, si wanita ingin berusaha sebisa mungkin untuk tidak makin menyusahkannya.

“Bagaimana kalau aku yang menghidupi kamu? Jadi, kamu masuk ke keluarga Pei.” Wanita itu merasa keluarga Gu terlalu besar dan terlalu berantakan. Selama empat tahun berada di dalamnya, ia sudah dibuat pening hanya oleh yang keturunan Henry Gu saja, padahal kakek tua itu masih punya beberapa saudara kandung. Kalau nanti-nanti berinteraksi dengan mereka juga, ia rasa otaknya bisa meledak karena kepusingan.

“Tunggu aku benar-benar tidak punya apa pun, kamu baru menghidupi aku saja. Aku nanti akan memasak dan membesarkan anak-anak, sementara kamu mencari uang di luar. Aku rasa itu juga sesuatu yang asyik!” Entahlah Leon Gu bercanda atau serius.

“Kamu juga bisa tidak punya apa pun? Kalau begitu, mengapa kamu dengan murah hati memberikanku dua ratus miliar?” Si wanita sangat kesal dengan uang ini. Waktu diberikan padanya, si pria menyerahkannya dengan songong. Ketika ia mau mengembalikannya, pria itu malah merespon dengan sok tidak butuh.

“Aku meminjamnya dari Christian Huo. Kakek telah menarik modal dari Swift Corp, jadi mana mampu aku memberikanmu uang sebanyak itu dari kocekku sendiri? Beruntung kamu mengembalikannya, kalau tidak entahlah bagaimana aku harus mengembalikan uang Christian Huo!” Si pria menampilkan raut takut.

“Bagaimana kalau aku waktu itu tebal muka dan tidak mengembalikannya?”

“Kamu pada kenyataannya kan mengembalikan. Aku bahkan juga sekalian “makan” kamu.”

Sambil berbincang begini, tangan Leon Gu kembali bergerak tidak karuan di tubuh istrinya. Si wanita, yang sekarang merasa tidak bertenaga karena habis diajak “main”, hanya bisa memohon belas kasihan. Teringat Valerie Pei sempat muntah karena tidak enak badan, Leon Gu pun menyanggupi permintaannya. Mereka melewatkan sisa malam hanya dengan tidur sambil pelukan.

Pagi harinya, Valerie Pei dibangunkan oleh telepon dari Jennifer Shen. Semalam mengingatkannya untuk tidak menantikan kepulangannya, si bos malah benar-benar tidak pulang. Ini membuat si asisten khawatir. Setelah berbincang dengan Jennifer Shen, Valerie Pei merasa sangat segar. Tanpa memedulikan rasa pegal di tubuh, wanita itu langsung mandi dan mengenakan pakaian-pakaian yang beruntung belum disobek sepenuhnya oleh Leon Gu. Ia juga mengatur posisi kerahnya sedemikian rupa untuk menutupi bekas cupang.

Pergerakannya yang sangat buru-buru membuat Leon Gu berpikir Valerie Pei akan meninggalkannya lagi. Ia pun memeluknya dengan erat.

“Ini masih sangat pagi. Yang kamu mau urus itu bukan urusan sulit kok, aku bisa menyuruh orangku untuk mengurusinya buatmu. Ayolah tetap temani aku, kita sudah lama sekali tidak berjumpa.” Leon Gu menggunakan bujukan halus. Sayang, usahanya berakhir sia-sia. Kalau bujukan ini dilontarkan pada momen lain, si wanita pasti akan terenyuh, namun sekarang dia punya urusan yang tidak bisa ditinggalkan!

“Kakakku datang.” Di telepon barusan, Jennifer Shen mengabarkan berkata di telepon bahwa Jacob Pei datang dan sudah menunggu di kamar mereka selama hampir satu jam. Si asisten sama sekali tidak bilang bahwa dirinya tidak pulang sepanjang malam. Wanita itu berbohong dan bilang dia lagi keluar cari sarapan. Dia bahkan melangsungkan telepon tadi di kamar mandi untuk mencegah kebohongannya terbongkar……

Valerie Pei kagum dengan kecerdikan asistennya. Untunglah dia tidak mengatakan apa yang tidak seharusnya dikatakan!

“Aku kebetulan juga ingin ketemu Kakak Tertua. Ada beberapa hal yang perlu aku klarifikasi sejelas mungkin.” Leon Gu tiba-tiba teringat soal insiden penangkapan Jacob Pei. Sejak insiden itu, hubungan dirinya dengan keluarga Pei jadi agak kaku. Berhubung si pria lagi datang, ia pikir ia harus memanfaatkan momen ini untuk memperbaiki semuanya.

“Itu nanti-nanti sajalah. Kakakku tidak terlalu bersedia…… tidak terlalu bersedia……” Bagaimana Valerie Pei harus mengatakan bahwa kakaknya benci Leon Gu?

Bisa memahami kekhawatiran si istri, si suami tidak mempersulitnya lebih jauh. Ia hanya bertutur, “Baiklah, aku akan menunggumu saja. Setelah pertemuanmu kelar, kontaklah aku dan dan aku akan menjemputmu.” Valerie Pei tidak tahan sengaja dibisikkan oleh Leon Gu dengan suara rendah. Kalau sampai dipaksa “main” lagi, kedua kakinya mungkin tidak akan sanggup melangkah.

“Baik, nanti aku kirim pesan.” Si wanita buru-buru keluar dari pelukan si pria dan memberikan ciuman di wajahnya. Ketika mau pergi, belum dua langkah dirinya berjalan, Leon Gu malah kembali mendekapnya dalam pelukan.

“Hanya kecupan singkat?” Tanpa menunggu jawaban, si suami langsung memberikan ciuman yang agresif ke bibir istrinya. Sebelum nafsu Leon Gu terangsang, Valerie Pei segera mendorongnya dan berjalan keluar kamar.

Sembari mengamati bayangan tubuh Valerie Pei yang pergi dengan buru-buru, hati si pria merasakan kehangatan. Akhirnya, dia kembali juga ke sisinya!

Di depan pintu kamarnya, si wanita berusaha menenangkan hati terlebih dahulu, lalu baru memindai kartu. Sesaat setelah pintu terbuka, ia melihat Bryan Pei lagi berdiri menghadap jendela dengan kedua tangan disimpan di saku. Pria itu sepertinya sedang larut dalam alam pikiran.

“Kakak, ada urusan apa kemari?”

“Sarapan saja butuh lebih dari satu jam? Itu bibirmu kenapa merah? Kepanasan saat makan?”

Tiga pertanyaan si kakak langsung membuat si adik gugup. Bibirnya ini merah karena digigit-gigit secara agresif oleh Leon Gu. Tanpa sadar, wanita itu mengangkat tangan dan berpura-pura merapikan ikatan rambut demi menutupi bibir.

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu