Diamond Lover - Bab 264 Tunggu dan Saksikan
“Jadi, kamu ingin kita ke pengadilan?” Valerie Pei mendongak. Karena tidak mengenakan sepatu hak tinggi, si wanita jadi tidak bisa berada dalam titik penglihatan yang sama dengan si pria. Ia kemudian dibuat kesal dengan gestur balasan si pria, yakni melihat ke arah lain dengan arogan.
Ia sekarang sudah membuat penawaran, namun orang yang satu ini tidak juga mau menerimanya. Apakah dia memang ingin ribut-ribut terus dengannya? Aduh, Valerie Pei jadi ingin membongkar otak Leon Gu untuk melihat seperti apa ruas-ruas otaknya!
“Aku tidak mau tawaran dua hari itu. Kalau masih ada yang kurang dipahami, aku bisa menugaskan pengacaraku untuk berbicara denganmu.” Leon Gu benar-benar dibuat marah oleh pengakuan Valerie Pei bahwa dia sudah mencintai orang lain. Apalagi, orang ini bukanlah pria yang tidak dia kenal, melainkan sesama anggota keluarga Gu.
Si wanita merasa seperti lagi bicara dengan benda mati. Ia sudah berusaha meyakinkan sekuat tenaga, yang diyakinkan masih tidak berubah sikap juga.
“Kalau begitu, sampai jumpa di pengadilan.” Valerie Pei bertutur getir pada Leon Gu dan berbalik badan untuk masuk rumah. Berhubung sudah menemui Henry Gu, ia tidak memiliki kepentingan untuk berada di sini lagi.
Tetapi, sekembalinya ke rumah, ia menjumpai Ellie dan para nyonya keluarga Gu lagi bermain-main dengan riang. Si wanita tidak tega untuk mengajaknya pergi sekarang juga.
“Kamu pikir dia bisa bahagia denganmu?” Leon Gu, yang sudah berdiri di samping Valerie Pei, bertanya lembut. Kelembutannya ini jelas muncul setelah menyaksikan tawa-tawa si putri.
Ditanyai begini oleh Leon Gu, suasana hati Valerie Pei yang sudah buruk jadi semakin buruk. Masa Ellie tidak senang hidup bersamanya? Masa Ellie selalu menangis empat tahun ini?
“Dari aspek kondisi keluarga, semua yang bisa kami berikan pada Ellie adalah yang terbaik. Selain itu, cinta kami padanya juga teramat mendalam. Dengan situasi ini, menurutmu hakim akan berpihak pada siapa?” Si wanita tidak ingin memprovokasi, namun berhubung si pria memulai kesinisan duluan, ia pun meladeninya.
“Kalau begitu, mari tunggu dan saksikan prosesnya.” Leon Gu menanggapi begini sembari tertawa kecil. Setelahnya, pria itu melangkah ke tengah ruang tamu. Di sana, Ibu Gu dan Ellie lagi berinteraksi dan bercanda dengan bahasa Inggris. Mereka terlihat sangat akrab.
Memikirkan cintanya yang dulu bersemi namun sekarang harus dibawa ke meja hijau, Valerie Pei jadi bertanya-tanya apakah ia seharusnya tidak mencintai Leon Gu sedari awal. Kalau cinta ini tidak eksis, ia tidak akan sesedih ini akibat harus bersitegang dengan pria yang pernah dicintai demi hak asuh anak.
Si wanita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa si pria juga menyayangi Ellie. Namun, ia sama sekali tidak tahu apakah kasih sayang itu pada akhirnya akan melukai si putri. Yang ia ingin lakukan sekarang adalah melindunginya sebaik mungkin dari ancaman luka!
“Ellie, kita pulang yuk?” Valerie Pei berjalan ke kerumunan dan meraih tangan anaknya. Walau sangat menyukai orang-orang yang baru dikenalnya ini, anak itu lebih mendengarkan ajakan ibunya.
Selain pada Leon Gu, Ellie tidak merasa sedih untuk berpisah. Ia suka tempat megah ini, sebab isinya adalah orang-orang berpakaian bagus yang memperlakukannya dengan sangat baik. Namun, ia masih lebih menyukai tempat yang merupakan milik dirinya dan ibu.
“Selamat tinggal, nenek!” Ellie menggandeng Valerie Pei dengan satu tangan, lalu melambaikan tangan pada setiap nyonya keluarga Gu.
Sama-sama tidak rela melepasnya, tiga nyonya dari keluarga Gu sama-sama menampilkan wajah sedih. Walau begitu, mereka tidak bisa menahannya secara terbuka. Mereka paham betul bagaimana temperamen Valerie Pei.
“Selamat tinggal Paman Leon Gu, aku akan kangen kamu!” Selain berkedip sebelah mata pada si pria, si putri juga membuat gestur ciuman jarak jauh. Gestur itu sama persis dengan gestur yang Handy Ji suka tunjukkan.
“Selamat tinggal Ellie.” Leon Gu mengelus kepala Ellie dan membalas dengan lembut, tatapannya menyiratkan kasih sayang kebapakan. Ketika mendongak, ia memandang Valerie Pei dengan raut yang sepenuhnya berubah.
“Aku harap kamu bisa mendengar kata-kataku.” Yang dimaksudkannya adalah soal Handy Ji. Ia tidak ingin putrinya menyayangi pria lain selain dia. Ia pasti akan cemburu!
“Ellie, ayo pergi.” Valerie Pei memilih untuk mengabaikan Leon Gu. Ia langsung membawa anaknya berjalan menjauh.
Ellie tidak tahu apa yang salah dengan ibunya, namun ia bisa menyadari gandengannya menegang. Alhasil, ia hanya bisa melambaikan tangan pada Leon Gu secara diam-diam. Si anak bisa merasa bahwa ibunya tidak begitu menyukai si pria, padahal orang yang ia panggil paman itu memperlakukannya dengan sangat baik. Walau terkadang sangat ingin memanggilnya “ayah”, ia khawatir ibu akan makin sebal. Alhasil, untuk membuat si ibu tersenyum setiap hari, ia hanya bisa memanggil dia “paman”.
Melihat Valerie Pei pergi tanpa sedikit pun ketidakrelaaan, Ibu Gu menghampiri Leon Gu dan menepuk bahunya.
“Putraku, hubungan Valerie Pei dan kamu kelihatannya sangat tegang. Berdasarkan apa yang ibu ketahui tentang dia, ia tidak mungkin marah tanpa alasan.” Si ibu tentu juga sangat memahami temperamen putranya. Kalau dia tidak membuat Valerie Pei marah, mana mungkin dia langsung membawa pergi Ellie sesaat setelah mereka selesai bicara di luar?
“Ibu, aku anakmu. Mengapa kamu malah berpihak pada orang lain?” Si pria ingat, waktu ia siuman, ibunya sama sekali tidak tertarik untuk bertemu Valerie Pei. Lantas, mengapa dia jadi membelanya sekarang?
Ibu Gu memelototi Leon Gu dan membalas, “Aku ingin mengingatkan bahwa kamu sudah tidak muda, sementara Valerie Pei terlihat jelas sudah tidak memilikimu di hati. Aku telah mengenalkan beberapa gadis buatmu, luangkanlah waktu untuk bertemu mereka. Kalau merasa cocok, nikahilah secepatnya. Kamu benar-benar sudah bukan pemuda berusia dua puluhan.”
Suasana hati Leon Gu jadi makin berantakan. Ibunya, yang biasanya tidak banyak mengatur-ngatur, hari ini jadi banyak celoteh, entah apa yang dia salah makan. Dari urusan Valerie Pei sampai perjodohan, dia terus-menerus memberi pengarahan.
“Bagaimana kamu tahu aku sudah tidak ada di hatinya?”
“Kepercayaan dirimu ini diwarisi dari aku atau dari ayah sih?” Ibu Gu mengerutkan kening dan berpikir. Wanita itu tiba-tiba terpikir sebuah jawaban: “Kelihatannya itu mutasi genetik.”
Ibu Gu menggeleng dan meninggalkan rumah utama. Di dalam hati, ia merasa sangat tidak puas dengan Leon Gu. Selain itu, ia juga sedih karena Ellie, cucunya yang begitu imut itu, sekarang tidak bisa dijumpai setiap hari. Solusi satu-satunya adalah ia harus sering-sering berkunjung ke tempat tinggal Valerie Pei, semogalah ia punya banyak waktu luang……
“Ibu——” Leon Gu kaget dengan kekesalan ibunya. Ia dulu diperebutkan oleh ibu dan wanita lain. Setelah menang, bisa-bisanya dia bilang gennya mengalami mutasi genetik!
Dua wanita yang masih tersisa menggelengkan kepala dan pergi. Mereka tidak berkomentar apa-apa, namun wajah keduanya menyiratkan kekecewaan.
Leon Gu tidak bisa memahami semua yang terjadi. Hanya dengan kedatangan Valerie Pei dan Ellie untuk menemui Henry Gu, semua nyonya di rumah jadi kecewa padanya. Ia tidak bicara apa-apa, juga tidak melakukan apa-apa, eh tahunya ia sudah ditinggal sendirian begini!
Sementara itu, wanita yang “membawa kabur” putrinya juga sudah melarikan diri……
Saat rapat tadi, Leon Gu tidak mengangkat telepon dari Emily Gu. Kemudian, ia menerima pesan pendek yang mengabarkan bahwa Valerie Pei datang ke rumah kediaman keluarga Gu. Ia pun segera pulang. Si pria sendiri sama sekali tidak mengetahui apa maksud kedatangannya. Walau tahu Valerie Pei seharusnya tidak akan bercerita pada Henry Gu soal rencana mereka berkasus di pengadilan, ia tidak bisa menjamin dia benar-benar tidak akan melakukannya.
Sekembalinya ke rumah, Leon Gu kebetulan mendengar Valerie Pei dan Henry Gu berbicara di kamar. Ia langsung tidak memahami jalan pikiran Valerie Pei. Wanita itu bisa memberi tahu kakek bahwa Ellie adalah cicitnya, juga bisa menceritakan ini pada Handy Ji, namun tidak mau bilang padanya bahwa bocah itu adalah putrinya……
Ia akhirnya mendengar pernyataan ini, namun harus melalui perdebatan dahulu. Pada akhirnya, Valerie Pei biasa-biasa saja, sementara dirinya sendiri terluka dan bahkan mengecewakan beberapa orang.
Hal yang sangat melukai Leon Gu adalah pengakuan Valerie Pei bahwa dia menyukai Handy Ji. Ia pikir wanita itu paham pertanyaan interogatifnya bernada kemarahan, tahunya dia malah benar-benar menjawab iya!
Si pria sedari semula memang sudah mencurigai Handy Ji. Sekarang, di antara mereka ternyata memang sudah terjadi hal yang tidak beres! Ia awalnya berniat membiarkan Valerie Pei menjalani kisah cintanya itu asalkan dia diizinkan bertemu Ellie. Bagaimana pun juga, wanita itu punya temperamen yang tidak stabil. Sekalinya ia membuatnya marah, ia akan kesulitan untuk menenangkannya.
Pada akhirnya, permintaan itu juga tidak diindahkan. Bagaiamana bisa ia menerima kenyatan bahwa putrinya menyematkan panggilan “ayah” ke pria lain? Selama empat tahun dirinya absen, pria itu menggantikan perannya sebagai ayah buat Ellie. Pria yang penuh dengan ancaman itu, bagaimana bisa dia membiarkannya berada di sisi Valerie Pei dengan hati tenang?
Setelah deretan peristiwa ini, Leon Gu kembali ke kantor. Suasana hatinay sama sekali tidak baik sepanjang sisa jam kerja.
Sementara itu, sekembalinya Valerie Pei dan Ellie ke rumah, Handy Ji sudah ada di sana. Wajah pria itu agak kurang baik, namun juga tidak buruk-buruk amat.
“Aku punya satu kabar baik dan satu kabar buruk.” Handy Ji menyandarkan kepala di sofa dan mengamati dua orang yang baru masuk.
“Selamat siang paman.” Ellie melepas sepatu dan langsung berlari ke Handy Ji. Ia bahkan tidak mengenakan sendal ruangan. Dari adegan sederhana ini saja, kesukaan si anak pada si pria terlihat luar biasa. Ini sangat wajar, sebab Handy Ji lah yang menemaninya sejak lahir, juga saat dia terbaring di ranjang rumah sakit.
Mau pakai cara apa pun, kesukaan Ellie pada Handy Ji ini tidak akan bisa terhapus.
“Ellie hari ini pergi ke mana? Pakainnya cantik sekali.”
“Aku pergi ke rumah kakek, lalu bertemu Paman Leon Gu di sana. Rumah mereka sangat indah dan mirip taman kota.”
Setelah memeluk si anak, si pria menatap si wanita dengan tatapan menyelidik. Ia sama sekali tidak dikabari soal kedatangannya ke rumah kediaman keluarga Gu ini.
Tetapi, setelah dipikir ulang, Valerie Pei memang tidak perlu lapor kegiatannya pada dia.
“Kakek kan sakit, jadi aku pikir aku perlu membawa Ellie ke sana untuk menjenguknya.” Si wanita refleks menjelaskan.
“Oh. Iya betul, kamu perlu membawanya buat jenguk.” Handy Ji tersenyum. Valerie Pei buru-buru memberi klarifikasi padanya, bukankah ini sebuah awal yang bagus?
“Omong-omong, apa kabar baik dan kabar buruk yang kamu barusan bilang?” Setelah memakai sendal ruangan, si wanita menghampiri Ellie sambil membawakan sendalnya. Ruang tamu tempat tinggalnya ini tidak dilengkapi karpet, jadi ia khawatir putrinya bakal flu kalau berjalan-jalan tanpa alas kaki.
“Kabar buruknya adalah kita tidak bisa jadi tetangga. Rumah sebelah sudah ditempati orang.” Handy Ji bercerita dengan pasrah. Ia sendiri sudah sempat menanyakan agen soal rumah-rumah kosong lain di kompleks ini. Sayang, agen menjawab kompleks ini penuh seratus persen.
Handy Ji lalu bilang lagi bahwa ia melihat ada banyak rumah yang jelas-jelas kosong. Apa daya, si agen bilang rumah-rumah itu tidak dijual walau tidak ditempati pemiliknya. Sebagai alternatif terbaik, ia pun menyewa rumah di kompleks yang tidak jauh dari kompleks ini. Pria itu sama sekali tidak mau tinggal di rumah kediaman keluarga Gu.
“Iya. Saat keluar tadi pagi, aku juga melihat ada staf-staf perusahaan pindahan yang keluar-masuk rumah sebelah. Kamu terlambat selangkah.” Valerie Pei tersenyum ringan. Kelihatannya, hubungan ketetanggaan mereka tidak bisa dilanjutkan.
“Terus, kabar baikmu apa?”
“Kabar baiknya adalah aku hari ini pergi ke perusahaan kalian untuk melamar pekerjaan. Begitu melihat ijazahku, manajer Departemen Personalia langsung menerima lamaranku. Kabar baik kan!”
“Ini bukan kabar yang sepenuhnya baik buatku. Menerimamu hanya dengan melihat ijazah, aku sepertinya harus memanggil manajer itu dan menginterogasinya.” Si lawan bicara bertutur serius.
“Tetapi ijazahnya kan asli!” Kalau itu palsu, bila Handy Ji hanya mengandalkan pemasukan sebagai pesulap, mana mungkin dia bisa menyewa apartemen di sebelah vila Valerie Pei di Jerman?
“Kalau begitu, mari tunggu dan saksikan…...” Valerie Pei terlihat jelas tidak begitu memercayai Handy Ji dalam konteks ini.
Novel Terkait
My Greget Husband
Dio ZhengCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinMenantu Hebat
Alwi GoTen Years
VivianSee You Next Time
Cherry BlossomCinta Dan Rahasia
JesslynDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)