Diamond Lover - Bab 264 Tunggu dan Saksikan

“Jadi, kamu ingin kita ke pengadilan?” Valerie Pei mendongak. Karena tidak mengenakan sepatu hak tinggi, si wanita jadi tidak bisa berada dalam titik penglihatan yang sama dengan si pria. Ia kemudian dibuat kesal dengan gestur balasan si pria, yakni melihat ke arah lain dengan arogan.

Ia sekarang sudah membuat penawaran, namun orang yang satu ini tidak juga mau menerimanya. Apakah dia memang ingin ribut-ribut terus dengannya? Aduh, Valerie Pei jadi ingin membongkar otak Leon Gu untuk melihat seperti apa ruas-ruas otaknya!

“Aku tidak mau tawaran dua hari itu. Kalau masih ada yang kurang dipahami, aku bisa menugaskan pengacaraku untuk berbicara denganmu.” Leon Gu benar-benar dibuat marah oleh pengakuan Valerie Pei bahwa dia sudah mencintai orang lain. Apalagi, orang ini bukanlah pria yang tidak dia kenal, melainkan sesama anggota keluarga Gu.

Si wanita merasa seperti lagi bicara dengan benda mati. Ia sudah berusaha meyakinkan sekuat tenaga, yang diyakinkan masih tidak berubah sikap juga.

“Kalau begitu, sampai jumpa di pengadilan.” Valerie Pei bertutur getir pada Leon Gu dan berbalik badan untuk masuk rumah. Berhubung sudah menemui Henry Gu, ia tidak memiliki kepentingan untuk berada di sini lagi.

Tetapi, sekembalinya ke rumah, ia menjumpai Ellie dan para nyonya keluarga Gu lagi bermain-main dengan riang. Si wanita tidak tega untuk mengajaknya pergi sekarang juga.

“Kamu pikir dia bisa bahagia denganmu?” Leon Gu, yang sudah berdiri di samping Valerie Pei, bertanya lembut. Kelembutannya ini jelas muncul setelah menyaksikan tawa-tawa si putri.

Ditanyai begini oleh Leon Gu, suasana hati Valerie Pei yang sudah buruk jadi semakin buruk. Masa Ellie tidak senang hidup bersamanya? Masa Ellie selalu menangis empat tahun ini?

“Dari aspek kondisi keluarga, semua yang bisa kami berikan pada Ellie adalah yang terbaik. Selain itu, cinta kami padanya juga teramat mendalam. Dengan situasi ini, menurutmu hakim akan berpihak pada siapa?” Si wanita tidak ingin memprovokasi, namun berhubung si pria memulai kesinisan duluan, ia pun meladeninya.

“Kalau begitu, mari tunggu dan saksikan prosesnya.” Leon Gu menanggapi begini sembari tertawa kecil. Setelahnya, pria itu melangkah ke tengah ruang tamu. Di sana, Ibu Gu dan Ellie lagi berinteraksi dan bercanda dengan bahasa Inggris. Mereka terlihat sangat akrab.

Memikirkan cintanya yang dulu bersemi namun sekarang harus dibawa ke meja hijau, Valerie Pei jadi bertanya-tanya apakah ia seharusnya tidak mencintai Leon Gu sedari awal. Kalau cinta ini tidak eksis, ia tidak akan sesedih ini akibat harus bersitegang dengan pria yang pernah dicintai demi hak asuh anak.

Si wanita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa si pria juga menyayangi Ellie. Namun, ia sama sekali tidak tahu apakah kasih sayang itu pada akhirnya akan melukai si putri. Yang ia ingin lakukan sekarang adalah melindunginya sebaik mungkin dari ancaman luka!

“Ellie, kita pulang yuk?” Valerie Pei berjalan ke kerumunan dan meraih tangan anaknya. Walau sangat menyukai orang-orang yang baru dikenalnya ini, anak itu lebih mendengarkan ajakan ibunya.

Selain pada Leon Gu, Ellie tidak merasa sedih untuk berpisah. Ia suka tempat megah ini, sebab isinya adalah orang-orang berpakaian bagus yang memperlakukannya dengan sangat baik. Namun, ia masih lebih menyukai tempat yang merupakan milik dirinya dan ibu.

“Selamat tinggal, nenek!” Ellie menggandeng Valerie Pei dengan satu tangan, lalu melambaikan tangan pada setiap nyonya keluarga Gu.

Sama-sama tidak rela melepasnya, tiga nyonya dari keluarga Gu sama-sama menampilkan wajah sedih. Walau begitu, mereka tidak bisa menahannya secara terbuka. Mereka paham betul bagaimana temperamen Valerie Pei.

“Selamat tinggal Paman Leon Gu, aku akan kangen kamu!” Selain berkedip sebelah mata pada si pria, si putri juga membuat gestur ciuman jarak jauh. Gestur itu sama persis dengan gestur yang Handy Ji suka tunjukkan.

“Selamat tinggal Ellie.” Leon Gu mengelus kepala Ellie dan membalas dengan lembut, tatapannya menyiratkan kasih sayang kebapakan. Ketika mendongak, ia memandang Valerie Pei dengan raut yang sepenuhnya berubah.

“Aku harap kamu bisa mendengar kata-kataku.” Yang dimaksudkannya adalah soal Handy Ji. Ia tidak ingin putrinya menyayangi pria lain selain dia. Ia pasti akan cemburu!

“Ellie, ayo pergi.” Valerie Pei memilih untuk mengabaikan Leon Gu. Ia langsung membawa anaknya berjalan menjauh.

Ellie tidak tahu apa yang salah dengan ibunya, namun ia bisa menyadari gandengannya menegang. Alhasil, ia hanya bisa melambaikan tangan pada Leon Gu secara diam-diam. Si anak bisa merasa bahwa ibunya tidak begitu menyukai si pria, padahal orang yang ia panggil paman itu memperlakukannya dengan sangat baik. Walau terkadang sangat ingin memanggilnya “ayah”, ia khawatir ibu akan makin sebal. Alhasil, untuk membuat si ibu tersenyum setiap hari, ia hanya bisa memanggil dia “paman”.

Melihat Valerie Pei pergi tanpa sedikit pun ketidakrelaaan, Ibu Gu menghampiri Leon Gu dan menepuk bahunya.

“Putraku, hubungan Valerie Pei dan kamu kelihatannya sangat tegang. Berdasarkan apa yang ibu ketahui tentang dia, ia tidak mungkin marah tanpa alasan.” Si ibu tentu juga sangat memahami temperamen putranya. Kalau dia tidak membuat Valerie Pei marah, mana mungkin dia langsung membawa pergi Ellie sesaat setelah mereka selesai bicara di luar?

“Ibu, aku anakmu. Mengapa kamu malah berpihak pada orang lain?” Si pria ingat, waktu ia siuman, ibunya sama sekali tidak tertarik untuk bertemu Valerie Pei. Lantas, mengapa dia jadi membelanya sekarang?

Ibu Gu memelototi Leon Gu dan membalas, “Aku ingin mengingatkan bahwa kamu sudah tidak muda, sementara Valerie Pei terlihat jelas sudah tidak memilikimu di hati. Aku telah mengenalkan beberapa gadis buatmu, luangkanlah waktu untuk bertemu mereka. Kalau merasa cocok, nikahilah secepatnya. Kamu benar-benar sudah bukan pemuda berusia dua puluhan.”

Suasana hati Leon Gu jadi makin berantakan. Ibunya, yang biasanya tidak banyak mengatur-ngatur, hari ini jadi banyak celoteh, entah apa yang dia salah makan. Dari urusan Valerie Pei sampai perjodohan, dia terus-menerus memberi pengarahan.

“Bagaimana kamu tahu aku sudah tidak ada di hatinya?”

“Kepercayaan dirimu ini diwarisi dari aku atau dari ayah sih?” Ibu Gu mengerutkan kening dan berpikir. Wanita itu tiba-tiba terpikir sebuah jawaban: “Kelihatannya itu mutasi genetik.”

Ibu Gu menggeleng dan meninggalkan rumah utama. Di dalam hati, ia merasa sangat tidak puas dengan Leon Gu. Selain itu, ia juga sedih karena Ellie, cucunya yang begitu imut itu, sekarang tidak bisa dijumpai setiap hari. Solusi satu-satunya adalah ia harus sering-sering berkunjung ke tempat tinggal Valerie Pei, semogalah ia punya banyak waktu luang……

“Ibu——” Leon Gu kaget dengan kekesalan ibunya. Ia dulu diperebutkan oleh ibu dan wanita lain. Setelah menang, bisa-bisanya dia bilang gennya mengalami mutasi genetik!

Dua wanita yang masih tersisa menggelengkan kepala dan pergi. Mereka tidak berkomentar apa-apa, namun wajah keduanya menyiratkan kekecewaan.

Leon Gu tidak bisa memahami semua yang terjadi. Hanya dengan kedatangan Valerie Pei dan Ellie untuk menemui Henry Gu, semua nyonya di rumah jadi kecewa padanya. Ia tidak bicara apa-apa, juga tidak melakukan apa-apa, eh tahunya ia sudah ditinggal sendirian begini!

Sementara itu, wanita yang “membawa kabur” putrinya juga sudah melarikan diri……

Saat rapat tadi, Leon Gu tidak mengangkat telepon dari Emily Gu. Kemudian, ia menerima pesan pendek yang mengabarkan bahwa Valerie Pei datang ke rumah kediaman keluarga Gu. Ia pun segera pulang. Si pria sendiri sama sekali tidak mengetahui apa maksud kedatangannya. Walau tahu Valerie Pei seharusnya tidak akan bercerita pada Henry Gu soal rencana mereka berkasus di pengadilan, ia tidak bisa menjamin dia benar-benar tidak akan melakukannya.

Sekembalinya ke rumah, Leon Gu kebetulan mendengar Valerie Pei dan Henry Gu berbicara di kamar. Ia langsung tidak memahami jalan pikiran Valerie Pei. Wanita itu bisa memberi tahu kakek bahwa Ellie adalah cicitnya, juga bisa menceritakan ini pada Handy Ji, namun tidak mau bilang padanya bahwa bocah itu adalah putrinya……

Ia akhirnya mendengar pernyataan ini, namun harus melalui perdebatan dahulu. Pada akhirnya, Valerie Pei biasa-biasa saja, sementara dirinya sendiri terluka dan bahkan mengecewakan beberapa orang.

Hal yang sangat melukai Leon Gu adalah pengakuan Valerie Pei bahwa dia menyukai Handy Ji. Ia pikir wanita itu paham pertanyaan interogatifnya bernada kemarahan, tahunya dia malah benar-benar menjawab iya!

Si pria sedari semula memang sudah mencurigai Handy Ji. Sekarang, di antara mereka ternyata memang sudah terjadi hal yang tidak beres! Ia awalnya berniat membiarkan Valerie Pei menjalani kisah cintanya itu asalkan dia diizinkan bertemu Ellie. Bagaimana pun juga, wanita itu punya temperamen yang tidak stabil. Sekalinya ia membuatnya marah, ia akan kesulitan untuk menenangkannya.

Pada akhirnya, permintaan itu juga tidak diindahkan. Bagaiamana bisa ia menerima kenyatan bahwa putrinya menyematkan panggilan “ayah” ke pria lain? Selama empat tahun dirinya absen, pria itu menggantikan perannya sebagai ayah buat Ellie. Pria yang penuh dengan ancaman itu, bagaimana bisa dia membiarkannya berada di sisi Valerie Pei dengan hati tenang?

Setelah deretan peristiwa ini, Leon Gu kembali ke kantor. Suasana hatinay sama sekali tidak baik sepanjang sisa jam kerja.

Sementara itu, sekembalinya Valerie Pei dan Ellie ke rumah, Handy Ji sudah ada di sana. Wajah pria itu agak kurang baik, namun juga tidak buruk-buruk amat.

“Aku punya satu kabar baik dan satu kabar buruk.” Handy Ji menyandarkan kepala di sofa dan mengamati dua orang yang baru masuk.

“Selamat siang paman.” Ellie melepas sepatu dan langsung berlari ke Handy Ji. Ia bahkan tidak mengenakan sendal ruangan. Dari adegan sederhana ini saja, kesukaan si anak pada si pria terlihat luar biasa. Ini sangat wajar, sebab Handy Ji lah yang menemaninya sejak lahir, juga saat dia terbaring di ranjang rumah sakit.

Mau pakai cara apa pun, kesukaan Ellie pada Handy Ji ini tidak akan bisa terhapus.

“Ellie hari ini pergi ke mana? Pakainnya cantik sekali.”

“Aku pergi ke rumah kakek, lalu bertemu Paman Leon Gu di sana. Rumah mereka sangat indah dan mirip taman kota.”

Setelah memeluk si anak, si pria menatap si wanita dengan tatapan menyelidik. Ia sama sekali tidak dikabari soal kedatangannya ke rumah kediaman keluarga Gu ini.

Tetapi, setelah dipikir ulang, Valerie Pei memang tidak perlu lapor kegiatannya pada dia.

“Kakek kan sakit, jadi aku pikir aku perlu membawa Ellie ke sana untuk menjenguknya.” Si wanita refleks menjelaskan.

“Oh. Iya betul, kamu perlu membawanya buat jenguk.” Handy Ji tersenyum. Valerie Pei buru-buru memberi klarifikasi padanya, bukankah ini sebuah awal yang bagus?

“Omong-omong, apa kabar baik dan kabar buruk yang kamu barusan bilang?” Setelah memakai sendal ruangan, si wanita menghampiri Ellie sambil membawakan sendalnya. Ruang tamu tempat tinggalnya ini tidak dilengkapi karpet, jadi ia khawatir putrinya bakal flu kalau berjalan-jalan tanpa alas kaki.

“Kabar buruknya adalah kita tidak bisa jadi tetangga. Rumah sebelah sudah ditempati orang.” Handy Ji bercerita dengan pasrah. Ia sendiri sudah sempat menanyakan agen soal rumah-rumah kosong lain di kompleks ini. Sayang, agen menjawab kompleks ini penuh seratus persen.

Handy Ji lalu bilang lagi bahwa ia melihat ada banyak rumah yang jelas-jelas kosong. Apa daya, si agen bilang rumah-rumah itu tidak dijual walau tidak ditempati pemiliknya. Sebagai alternatif terbaik, ia pun menyewa rumah di kompleks yang tidak jauh dari kompleks ini. Pria itu sama sekali tidak mau tinggal di rumah kediaman keluarga Gu.

“Iya. Saat keluar tadi pagi, aku juga melihat ada staf-staf perusahaan pindahan yang keluar-masuk rumah sebelah. Kamu terlambat selangkah.” Valerie Pei tersenyum ringan. Kelihatannya, hubungan ketetanggaan mereka tidak bisa dilanjutkan.

“Terus, kabar baikmu apa?”

“Kabar baiknya adalah aku hari ini pergi ke perusahaan kalian untuk melamar pekerjaan. Begitu melihat ijazahku, manajer Departemen Personalia langsung menerima lamaranku. Kabar baik kan!”

“Ini bukan kabar yang sepenuhnya baik buatku. Menerimamu hanya dengan melihat ijazah, aku sepertinya harus memanggil manajer itu dan menginterogasinya.” Si lawan bicara bertutur serius.

“Tetapi ijazahnya kan asli!” Kalau itu palsu, bila Handy Ji hanya mengandalkan pemasukan sebagai pesulap, mana mungkin dia bisa menyewa apartemen di sebelah vila Valerie Pei di Jerman?

“Kalau begitu, mari tunggu dan saksikan…...” Valerie Pei terlihat jelas tidak begitu memercayai Handy Ji dalam konteks ini.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu