Diamond Lover - Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
Valerie Pei kembali ke atas dengan linglung. Barang-barangnya baru setengah dipak, ia sekarang malah putus dengan Handy Ji.
Hubungan si wanita kali ini berakhir persis seperti hubungannya dengan Nathan Xia. Karena kehadiran seseorang di hatinya, mereka harus pamit dari hidupnya. Valerie Pei sudah berusaha keras untuk melupakan Leon Gu, namun mereka bisa mengamati dengan jelas bahwa dirinya tidak pernah lupa soal dia. Ia sendiri bahkan tidak tahu mengapa mereka bisa melihat dengan jelas. Ia pikir, pada akhirnya waktu akan membuatnya lupa dengan Leon Gu.
Namun, rasa-rasanya pemikiran ini hanya menipu hatinya sendiri.
Valerie Pei mengeluarkan satu per satu pakaiannya dari koper. Ia memasangkan gantungan pada masing-masing dari mereka, lalu menggantung semua itu kembali ke lemari pakaian.
Selepas putus, si wanita merasa tenang dan terbebaskan. Selama berpasangan dengan Handy Ji, walau pria itu tidak memberikan tekanan apa-apa padanya, ia sangat menekan dirinya sendiri. Dalam hal ini, si wanita memaksa diri sendiri untuk suka pada Handy Ji. Sayang, kepalsuannya terlihat sangat eksplisit.
Valerie Pei sendiri tidak tahu mengapa Handy Ji mengutarakan keluh-kesahnya pada waktu ini. Selain itu, ia juga menyayangkan dia tidak memberikannya kesempatan buat memintanya bertahan. Kalau begitu, si wanita cuma pilihan untuk mengikuti jalannya. Ia hanya mengucapkan maaf.
Sekelarnya menata ulang pakaian-pakaian, si wanita merasa sekujur tubuhnya sangat lelah. Setelah meletakkan koper kembali ke gudang, wanita itu membaringkan diri di kasur.
“Huft……” Habis membuang nafas panjang, Valerie Pei mengangkat tangan dan salah satu jarinya pun bersinar karena terkena cahaya lampu. Dengan agak kesilauan, Valerie Pei memerhatikan apa gerangan yang terjadi. Ternyata, yang bersinar itu adalah cincin yang ada di jari manis.
Sejak Handy Ji memakaikannya, Valerie Pei belum pernah melepas cincin itu. Sekarang, berhubung mereka telah putus, ia perlu untuk melepaskannya.
Ukuran cincin ini sejatinya agak kebesaran. Dalam beberapa kesempatan, ketika si wanita mencuci muka, ia tidak sengaja menjatuhkannya dari jari. Sebelum keburu pergi ke toko perhiasan untuk menyesuaikan ukuran, wanita itu sudah putus dengan pemberinya.
Dengan mudah, Valerie Pei melepaskan cincin. Berbarengan dengan itu, ia juga meniatkan hati untuk mencari kesempatan buat menemui Handy Ji dan mengembalikannya.
Sesusai perasaannya, Valerie Pei memang tidak cocok menjalin cinta. Ia pikir, ia ingin hidup seperti yang sekarang saja. Wanita itu ingin memustkan semua energinya pada Ellie dan perusahaan. Jika menjalin hubungan baru, ia khawatir ia hanya akan menyakiti pria yang memacarinya. Selain itu, hubungan baru juga berpeluang mengacaukan hidupnya.
Jadi, Valerie Pei tidak berencana mengabarkan putusnya ia dengan Handy Ji ke Leon Gu. Ia rasa, pria itu tidak perlu tahu soal sisi asmaranya. Ingat, jika tidak berpasangan dengan Handy Ji, itu bukan berarti bahwa ia akan berpasangan dengan Leon Gu.
Demi produktivitas, Valerie Pei melewatkan hari-harinya dengan selalu bangun tepat waktu. Ketika Ellie tidak ada, iai akan makan dan berangkat kerja sendirian. Siang harinya, wanita itu akan makan siang dengan rekan-rekaan sejawat. Malamnya, ia akan pulang sendirian ke rumah.
Untuk menghindari berpapasan dengan Leon Gu, wanita itu memundurkan sedikit jam kepulangannya. Ia sendiri tidak tahu apa pekerjaannya belakangan ini. Yang jelas, Valerie Pei percaya dengan omongan Leon Gu bahwa dia bisa menghidupi Ellie.
Jadi, walau tinggal di satu bangunan dan satu lantai yang sama, berhubung Valerie Pei sengaja menghindar, kedua mantan pasangan itu tidak pernah berjumpa.
Sementara itu, sebelum menemukan orang baru yang siap menggantikan posisinya, Handy Ji tetap bertahan di perusahaan. Selama masa itu, ia juga mengurusi urusan-urusan pribadinya dengan keluarga Gu.
Valerie Pei telah mengembalikan cincin yang ia berikan. Mereka masih berelasi sebagai teman.
Suatu hari, Handy Ji dengan iseng bertanya mengapa ia belum balikan dengan Leon Gu. Yang ditanya hanya tersenyum tanpa bersuara.
Ada orang-orang yang setelah dilewatkan maka tidak bisa dikejar lagi……
Sebelum kembali ke Jerman, Handy Ji menyempatkan diri untuk menemui Henry Gu dan Paman Kedua. Apa yang terjadi dalam pertemuan itu, Valerie Pei sama sekali tidak tahu. Yang jelas, ketika melepasnya di bandar, ia dari kejauhan melihat sosok Paman Kedua.
Handy Ji adalah pria yang keras kepala. Alhasil, sesuatu yang sudah diputuskan olehnya tidak akan bisa dibatalkan. Pria itu tidak akan pernah memaafkan semua yang telah dilakukan Paman Kedua terhadap ibunya. Bahkan jika semua orang mendukung Paman Kedua, sikapnya tidak akan berubah satu persen pun.
Jadi, Handy Ji pergi seolah tidak pernah datang ke sini sebelumnya. Ia ingin semua hal kembali tenang.
Kehidupan Valerie Pei berangsur-angsur kembali ke lintasan normal. Dengan perusahaan yang tengah berkembang pesat, ia benar-benar memustkan diri pada Ellie dan urusan-urusan kantor.
Sampai ketika menerima sebuah panggilan telepon, wanita itu baru melambatkan tempo hidupnya.
“Little Valerie, selamat ulang tahun!” Peneleponnya adalah Nathan Xia. Sebelum Valerie Pei berusia dua puluh dua tahun, ia selalu mengucapkan selamat ulang tahun buatnya pada satu hari sebelumnya. Ia bilang, ia ingin jadi orang pertama yang mengucapkan.
Si wanita melihat kalender. Ia benar-benar segera mencapai usia yang ketiga puluh.
Merasa usia tiga puluhan adalah usia ketika seorang wanita mulai dianggap tua, Valerie Pei malas memikirkan peringatan itu. Tetapi, Nathan Xia sekarang malah sedang menyinggungnya.
“Terima kasih, tetapi bisakah telat sedikit mengucapkannya? Aku ingin menikmati masa-masa mudaku lebih lama lagi!” Valerie Pei meletakkan berkas yang ada di tangan. Sibuk beraktivitas sepanjang hari itu, ia sekarang ingin istirahat sebentar.
“Ah, sudah kebiasaan begini. Kamu cepat atau lambat juga harus menerima kenyataan ini, tahu!!” Di seberang, peneleponnya tertawa terbahak-bahak.
Nathan Xia dan Valerie Pei telah melalui banyak hal. Sekarang, ia bersikap perhatian seperti seorang kakak padanya. Begini juga baik……
Setelah berbincang sejenak dengan Nathan Xia, Valerie Pei samar-samar mendengar panggilan istri pria itu. Dengan suara pelan, si pria berkeluh kesah dalam satu kalimat. Dia bilang, “Wanita yang lagi hamil kok sangat repot dilayaninya ya?” Walau mengeluh, nada bicaranya menyiratkan seberkas kebahagiaan.
Setelah menutup telepon, Valerie Pei tidak ingin lanjut bekerja. Sekarang masih berjarak dua jam dari jam pulang kantor. Wanita itu merapikan tas dan berjalan keluar dari ruang kerja, lalu berkata riang pada sekretaris: “Pulanglah lebih awal hari ini.”
Si sekretaris bisa merasakan suasana hati bosnya yang sangat baik. Setelah dia pergi, ia mengabarkan berbagai departemen bahwa pekerja-pekerjanya bisa pulang lebih awal sore ini.
Dalam perjalanan pulang, Valerie Pei mampir ke sebuah toko bunga dan membeli sebuket mawar sampanye. Di hadapan beragam jenis bunga, ia langsung tertarik pada jenis bunga yang satu ini. Bawah sadarnya sepertinya tahu bahwa seseorang yang memiliki tempat di sana juga menyukai bunga ini……
“Nona, ini untuk kasih orang ya?” Pemilik toko bunga adalah seorang wanita berusia tiga puluhan yang berperangai lembut. Ia bertanya begini ssembari mengeluarkan buket bunga.
Si wanita membalas senyumannya dengan senyuman yang serupa. Apakah senyuman macam ini memang hanya dimiliki wanita usia kepala tiga?
“Tidak, buat aku sendiri.” Valerie Pei menjawab.
Pemilik toko bunga terkejut sesaat, lalu menunjukkan ekspresi setuju.
“Tidak salah sih. Bunga tidak harus diberikan pada orang lain. Kita bisa membelinya buat diri sendiri!” Mendengar jawaban Valerie Pei, pemilik toko bunga menambahkan satu tangkai lagi.
Valerie Pei memeluk bunga dan menaruhnya di kursi penumpang depan. Setelah itu, ia melajukan kendaran ke supermarket untuk membeli beberapa produk setengah jadi. Nanti malam, ia ingin memasak beberapa hidangan buat dirinya sendiri. Rasanya enak atau tidak, itu urusan lain buatnya. Untuk menambah suasana rileks, wanita itu juga membeli sebotol anggur merah.
Satu tangan Valerie Pei menenteng plastik belanjaan, sementara satu tangannya lagi membawa buket bunga dan botol anggur merah. Ketika masuk lift, si wanita kebetulan berjumpa dengan Leon Gu dan Ellie. Mantan suaminya itu habis menjemput si anak di sekolah.
“Mommy!” Valerie Pei menunduk menatap Ellie. Ketika kembali mendongak, ia baru melihat sosok Leon Gu.
“Mommy, besar sekali bunganya! Paman Handy Ji yang kasih ya pasti?” Si anak tidak memedulikan keberadaan Leon Gu di belakangnya. Dia bertanya dengan sangat lepas.
Soal Handy Ji, Valerie Pei belum bercerita apa-apa pada Ellie. Alhasil, anak itu menyangka mereka masih berpasangan.
Si wanita seketika didera kecanggungan. Ia diam saja seolah tidak mendengar pertanyaannya.
Melihat kedua tangan Valerie Pei penuh dengan barang, Leon Gu segera mengambil plastik belanjaan dari tangannya. Ia melakukan itu dengan wajah tanpa ekpresi. Jelaslah, pria itu tidka nyaman melihat bunga yang dia asumsikan diberikan oleh Handy Ji.
“Terima kasih.” Bebannya diringankan oleh Leon Gu, Valerie Pei berucap terima kasih dengan pelan.
Leon Gu mengangguk tanda mengiyakan. Ia tiba-tiba tidak memahami sesuatu. Bukankah Valerie Pei seharusnya sekarang sudah tinggal bersama Handy Ji? Lagipula, Ellie kan beberapa hari ini menetap di tempatnya. Dia tidak seharusnya berada di sini dong……
Mulai berpikir yang tidak-tidak, Leon Gu memaksa benaknya untuk diam. Pria itu lalu terus mengingatkan dirinya sendiri bahwa Valerie Pei sudah berpasangan dengan pria lain, bahkan akan menikah dalam waktu dekat. Lift bergerak naik dan akhirnya tiba di lantai tempat tinggal mereka. Leon Gu berjalan di depan sembari menggandeng Ellie. Di depan pintu rumah Valerie Pei, ia meletakkan tas belanjaan yang ia bantu bawa.
“Tunggu…...” Valerie Pei tidak tahu apa yang salah dengan Leon Gu. Pria itu daritadi diam seolah tidak menghendaki kehadirannya.
Si pria, yang sudah membuka pintu, berbalik badan begitu mendapat panggilan ini. Rautnya terlihat tidak sabaran.
“Aku lagi ingin makan malam dengan Ellie. Kamu setuju-setuju saja kan?”
“Oh iya, besok adalah hari ulang tahun Mommy, Ayah, ayo ikut kita makan!” Ketika pandangannya tidak sengaja melewati kalender rumah Leon Gu, Ellie melihat tanggal besok dilingkiar. Ia jadi ingat ultah orang yang melahirkannya.
Leon Gu sedikit canggung. Ia jelas tidak bisa menolak niat baik putrinya……
“Ellie berdua dengan Mommy saja deh. Ayah malam ini masih harus menyelesaikan pekerjaan.” Leon Gu mengusap kepala Ellie. Terhadap putrinya, pria ini selalu berperilaku sangat lembut.
Dengan cemberut, si anak berjalan ke Valerie Pei dan melambaikan tangan pada Leon Gu.
Si wanita tidak tahu apa pekerjaan yang ingin diselesaikan si pria. Bisa jadi, ini hanya alibinya untuk menghindari dirinya. Tanpa memusingkan kemungkinan itu, Valerie Pei membuka pintu dan masuk. Ellie, yang memakai tas kecil di punggung, ikutan masuk setelahnya.
“Mommy, ternyata ayah juga tahu kamu besok ulang tahun!” Sebenarnya, Ellie terus berjalan di belakang Valerie Pei karena tertarik dengan bunga yang dibawanya.
“Dia memang tahu kok……” Seharusnya tahu lah, bagaimana pun juga kan mereka dua orang yang pernah berpasangan.
“Ellie, Mommy belakangan baru belajar dua hidangan baru. Biar Mommy senang, nanti kamu makan banyakan ya?”
“Kalian, orang-orang dewasa, mengapa suka memasak hidangan yang tidak enak dan menyuruhku memakannya sih? Baru sebentar tidak bertemu dengan Paman Handy Ji, aku sudah rindu dengan masakannya!” Si anak meletakkan tas sekolah sambil protes. Dengan bantuan Valerie Pei, ia duduk di kursi dapur yang cukup tinggi. Dari sana, anak itu mengamati ibunya memasak.
Tiga lekukan muncul di jidat Valerie Pei.
“Yang kali ini bisa jadi punya kejutan tidak terduga. Keterampilan masak Mommy juga bisa meningkat, tahu!” Si ibu sudah bersiap-siap. Menu-menu yang ia ingin masak sangat sederhana. Udang kristal tinggal digoreng di panci, lalu dituangkan ke piring. Terus, kerang telur rebus cuma perlu dikukus di panci. Terakhir, sup seafood hanya perlu dipanaskan. Dibayangkannya sih amat sederhana……
Realitas lalu membuktikan bahwa berkata-kata seratus kali lebih mudah daripada bertindak. Dari ketiga hidangan yang disiapkan, hanya kerang telur rebusnya sajalah yang menarik untuk dimakan. Udang kristalnya terlalu lama dipanaskan di panci, sementara sup seafood-nya lumayan keasinan.
Ellie tidak bersedia untuk “diracuni” sendirian. Ketika Valerie Pei tengah kembali ke dapur untuk memindahkan hidangan selanjutnya, anak itu berlari ke tempat Leon Gu. Ia sampai sekarang masih belum tahu nomor sandi rumahnya sendiri, namun tahu nomor sandi rumah Leon Gu. Ellie melepas sepatunya di depan, lalu menarik-narik ayahnya keluar rumah.
Leon Gu, yang selalu tanggap terhadap putrinya, kemudian berhasil ia bawa ke rumah si ibu. Valerie Pei, yang kebetulan tengah mencari-cari ke mana perginya Ellie, melihat satu pria besar dan satu anak kecil berdiri di depan.
“Ellie memaksaku ke sini…...” Leon Gu agak canggung. Anak ini memang licik ya, begitu pikirnya!
“Mommy membuat banyak hidangan enak, yuk ayah makan dengan kami!” Ellie mengencangkan genggamannya pada tangan Leon Gu dan berguma pelan: “Aku tidak mau menderita sendirian…...”
Novel Terkait
After Met You
AmardaPerjalanan Selingkuh
LindaGet Back To You
LexyRahasia Istriku
MahardikaLove at First Sight
Laura VanessaLelaki Greget
Rudy GoldKisah Si Dewa Perang
Daron JayDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)