Diamond Lover - Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah

Valerie Pei kembali ke atas dengan linglung. Barang-barangnya baru setengah dipak, ia sekarang malah putus dengan Handy Ji.

Hubungan si wanita kali ini berakhir persis seperti hubungannya dengan Nathan Xia. Karena kehadiran seseorang di hatinya, mereka harus pamit dari hidupnya. Valerie Pei sudah berusaha keras untuk melupakan Leon Gu, namun mereka bisa mengamati dengan jelas bahwa dirinya tidak pernah lupa soal dia. Ia sendiri bahkan tidak tahu mengapa mereka bisa melihat dengan jelas. Ia pikir, pada akhirnya waktu akan membuatnya lupa dengan Leon Gu.

Namun, rasa-rasanya pemikiran ini hanya menipu hatinya sendiri.

Valerie Pei mengeluarkan satu per satu pakaiannya dari koper. Ia memasangkan gantungan pada masing-masing dari mereka, lalu menggantung semua itu kembali ke lemari pakaian.

Selepas putus, si wanita merasa tenang dan terbebaskan. Selama berpasangan dengan Handy Ji, walau pria itu tidak memberikan tekanan apa-apa padanya, ia sangat menekan dirinya sendiri. Dalam hal ini, si wanita memaksa diri sendiri untuk suka pada Handy Ji. Sayang, kepalsuannya terlihat sangat eksplisit.

Valerie Pei sendiri tidak tahu mengapa Handy Ji mengutarakan keluh-kesahnya pada waktu ini. Selain itu, ia juga menyayangkan dia tidak memberikannya kesempatan buat memintanya bertahan. Kalau begitu, si wanita cuma pilihan untuk mengikuti jalannya. Ia hanya mengucapkan maaf.

Sekelarnya menata ulang pakaian-pakaian, si wanita merasa sekujur tubuhnya sangat lelah. Setelah meletakkan koper kembali ke gudang, wanita itu membaringkan diri di kasur.

“Huft……” Habis membuang nafas panjang, Valerie Pei mengangkat tangan dan salah satu jarinya pun bersinar karena terkena cahaya lampu. Dengan agak kesilauan, Valerie Pei memerhatikan apa gerangan yang terjadi. Ternyata, yang bersinar itu adalah cincin yang ada di jari manis.

Sejak Handy Ji memakaikannya, Valerie Pei belum pernah melepas cincin itu. Sekarang, berhubung mereka telah putus, ia perlu untuk melepaskannya.

Ukuran cincin ini sejatinya agak kebesaran. Dalam beberapa kesempatan, ketika si wanita mencuci muka, ia tidak sengaja menjatuhkannya dari jari. Sebelum keburu pergi ke toko perhiasan untuk menyesuaikan ukuran, wanita itu sudah putus dengan pemberinya.

Dengan mudah, Valerie Pei melepaskan cincin. Berbarengan dengan itu, ia juga meniatkan hati untuk mencari kesempatan buat menemui Handy Ji dan mengembalikannya.

Sesusai perasaannya, Valerie Pei memang tidak cocok menjalin cinta. Ia pikir, ia ingin hidup seperti yang sekarang saja. Wanita itu ingin memustkan semua energinya pada Ellie dan perusahaan. Jika menjalin hubungan baru, ia khawatir ia hanya akan menyakiti pria yang memacarinya. Selain itu, hubungan baru juga berpeluang mengacaukan hidupnya.

Jadi, Valerie Pei tidak berencana mengabarkan putusnya ia dengan Handy Ji ke Leon Gu. Ia rasa, pria itu tidak perlu tahu soal sisi asmaranya. Ingat, jika tidak berpasangan dengan Handy Ji, itu bukan berarti bahwa ia akan berpasangan dengan Leon Gu.

Demi produktivitas, Valerie Pei melewatkan hari-harinya dengan selalu bangun tepat waktu. Ketika Ellie tidak ada, iai akan makan dan berangkat kerja sendirian. Siang harinya, wanita itu akan makan siang dengan rekan-rekaan sejawat. Malamnya, ia akan pulang sendirian ke rumah.

Untuk menghindari berpapasan dengan Leon Gu, wanita itu memundurkan sedikit jam kepulangannya. Ia sendiri tidak tahu apa pekerjaannya belakangan ini. Yang jelas, Valerie Pei percaya dengan omongan Leon Gu bahwa dia bisa menghidupi Ellie.

Jadi, walau tinggal di satu bangunan dan satu lantai yang sama, berhubung Valerie Pei sengaja menghindar, kedua mantan pasangan itu tidak pernah berjumpa.

Sementara itu, sebelum menemukan orang baru yang siap menggantikan posisinya, Handy Ji tetap bertahan di perusahaan. Selama masa itu, ia juga mengurusi urusan-urusan pribadinya dengan keluarga Gu.

Valerie Pei telah mengembalikan cincin yang ia berikan. Mereka masih berelasi sebagai teman.

Suatu hari, Handy Ji dengan iseng bertanya mengapa ia belum balikan dengan Leon Gu. Yang ditanya hanya tersenyum tanpa bersuara.

Ada orang-orang yang setelah dilewatkan maka tidak bisa dikejar lagi……

Sebelum kembali ke Jerman, Handy Ji menyempatkan diri untuk menemui Henry Gu dan Paman Kedua. Apa yang terjadi dalam pertemuan itu, Valerie Pei sama sekali tidak tahu. Yang jelas, ketika melepasnya di bandar, ia dari kejauhan melihat sosok Paman Kedua.

Handy Ji adalah pria yang keras kepala. Alhasil, sesuatu yang sudah diputuskan olehnya tidak akan bisa dibatalkan. Pria itu tidak akan pernah memaafkan semua yang telah dilakukan Paman Kedua terhadap ibunya. Bahkan jika semua orang mendukung Paman Kedua, sikapnya tidak akan berubah satu persen pun.

Jadi, Handy Ji pergi seolah tidak pernah datang ke sini sebelumnya. Ia ingin semua hal kembali tenang.

Kehidupan Valerie Pei berangsur-angsur kembali ke lintasan normal. Dengan perusahaan yang tengah berkembang pesat, ia benar-benar memustkan diri pada Ellie dan urusan-urusan kantor.

Sampai ketika menerima sebuah panggilan telepon, wanita itu baru melambatkan tempo hidupnya.

“Little Valerie, selamat ulang tahun!” Peneleponnya adalah Nathan Xia. Sebelum Valerie Pei berusia dua puluh dua tahun, ia selalu mengucapkan selamat ulang tahun buatnya pada satu hari sebelumnya. Ia bilang, ia ingin jadi orang pertama yang mengucapkan.

Si wanita melihat kalender. Ia benar-benar segera mencapai usia yang ketiga puluh.

Merasa usia tiga puluhan adalah usia ketika seorang wanita mulai dianggap tua, Valerie Pei malas memikirkan peringatan itu. Tetapi, Nathan Xia sekarang malah sedang menyinggungnya.

“Terima kasih, tetapi bisakah telat sedikit mengucapkannya? Aku ingin menikmati masa-masa mudaku lebih lama lagi!” Valerie Pei meletakkan berkas yang ada di tangan. Sibuk beraktivitas sepanjang hari itu, ia sekarang ingin istirahat sebentar.

“Ah, sudah kebiasaan begini. Kamu cepat atau lambat juga harus menerima kenyataan ini, tahu!!” Di seberang, peneleponnya tertawa terbahak-bahak.

Nathan Xia dan Valerie Pei telah melalui banyak hal. Sekarang, ia bersikap perhatian seperti seorang kakak padanya. Begini juga baik……

Setelah berbincang sejenak dengan Nathan Xia, Valerie Pei samar-samar mendengar panggilan istri pria itu. Dengan suara pelan, si pria berkeluh kesah dalam satu kalimat. Dia bilang, “Wanita yang lagi hamil kok sangat repot dilayaninya ya?” Walau mengeluh, nada bicaranya menyiratkan seberkas kebahagiaan.

Setelah menutup telepon, Valerie Pei tidak ingin lanjut bekerja. Sekarang masih berjarak dua jam dari jam pulang kantor. Wanita itu merapikan tas dan berjalan keluar dari ruang kerja, lalu berkata riang pada sekretaris: “Pulanglah lebih awal hari ini.”

Si sekretaris bisa merasakan suasana hati bosnya yang sangat baik. Setelah dia pergi, ia mengabarkan berbagai departemen bahwa pekerja-pekerjanya bisa pulang lebih awal sore ini.

Dalam perjalanan pulang, Valerie Pei mampir ke sebuah toko bunga dan membeli sebuket mawar sampanye. Di hadapan beragam jenis bunga, ia langsung tertarik pada jenis bunga yang satu ini. Bawah sadarnya sepertinya tahu bahwa seseorang yang memiliki tempat di sana juga menyukai bunga ini……

“Nona, ini untuk kasih orang ya?” Pemilik toko bunga adalah seorang wanita berusia tiga puluhan yang berperangai lembut. Ia bertanya begini ssembari mengeluarkan buket bunga.

Si wanita membalas senyumannya dengan senyuman yang serupa. Apakah senyuman macam ini memang hanya dimiliki wanita usia kepala tiga?

“Tidak, buat aku sendiri.” Valerie Pei menjawab.

Pemilik toko bunga terkejut sesaat, lalu menunjukkan ekspresi setuju.

“Tidak salah sih. Bunga tidak harus diberikan pada orang lain. Kita bisa membelinya buat diri sendiri!” Mendengar jawaban Valerie Pei, pemilik toko bunga menambahkan satu tangkai lagi.

Valerie Pei memeluk bunga dan menaruhnya di kursi penumpang depan. Setelah itu, ia melajukan kendaran ke supermarket untuk membeli beberapa produk setengah jadi. Nanti malam, ia ingin memasak beberapa hidangan buat dirinya sendiri. Rasanya enak atau tidak, itu urusan lain buatnya. Untuk menambah suasana rileks, wanita itu juga membeli sebotol anggur merah.

Satu tangan Valerie Pei menenteng plastik belanjaan, sementara satu tangannya lagi membawa buket bunga dan botol anggur merah. Ketika masuk lift, si wanita kebetulan berjumpa dengan Leon Gu dan Ellie. Mantan suaminya itu habis menjemput si anak di sekolah.

“Mommy!” Valerie Pei menunduk menatap Ellie. Ketika kembali mendongak, ia baru melihat sosok Leon Gu.

“Mommy, besar sekali bunganya! Paman Handy Ji yang kasih ya pasti?” Si anak tidak memedulikan keberadaan Leon Gu di belakangnya. Dia bertanya dengan sangat lepas.

Soal Handy Ji, Valerie Pei belum bercerita apa-apa pada Ellie. Alhasil, anak itu menyangka mereka masih berpasangan.

Si wanita seketika didera kecanggungan. Ia diam saja seolah tidak mendengar pertanyaannya.

Melihat kedua tangan Valerie Pei penuh dengan barang, Leon Gu segera mengambil plastik belanjaan dari tangannya. Ia melakukan itu dengan wajah tanpa ekpresi. Jelaslah, pria itu tidka nyaman melihat bunga yang dia asumsikan diberikan oleh Handy Ji.

“Terima kasih.” Bebannya diringankan oleh Leon Gu, Valerie Pei berucap terima kasih dengan pelan.

Leon Gu mengangguk tanda mengiyakan. Ia tiba-tiba tidak memahami sesuatu. Bukankah Valerie Pei seharusnya sekarang sudah tinggal bersama Handy Ji? Lagipula, Ellie kan beberapa hari ini menetap di tempatnya. Dia tidak seharusnya berada di sini dong……

Mulai berpikir yang tidak-tidak, Leon Gu memaksa benaknya untuk diam. Pria itu lalu terus mengingatkan dirinya sendiri bahwa Valerie Pei sudah berpasangan dengan pria lain, bahkan akan menikah dalam waktu dekat. Lift bergerak naik dan akhirnya tiba di lantai tempat tinggal mereka. Leon Gu berjalan di depan sembari menggandeng Ellie. Di depan pintu rumah Valerie Pei, ia meletakkan tas belanjaan yang ia bantu bawa.

“Tunggu…...” Valerie Pei tidak tahu apa yang salah dengan Leon Gu. Pria itu daritadi diam seolah tidak menghendaki kehadirannya.

Si pria, yang sudah membuka pintu, berbalik badan begitu mendapat panggilan ini. Rautnya terlihat tidak sabaran.

“Aku lagi ingin makan malam dengan Ellie. Kamu setuju-setuju saja kan?”

“Oh iya, besok adalah hari ulang tahun Mommy, Ayah, ayo ikut kita makan!” Ketika pandangannya tidak sengaja melewati kalender rumah Leon Gu, Ellie melihat tanggal besok dilingkiar. Ia jadi ingat ultah orang yang melahirkannya.

Leon Gu sedikit canggung. Ia jelas tidak bisa menolak niat baik putrinya……

“Ellie berdua dengan Mommy saja deh. Ayah malam ini masih harus menyelesaikan pekerjaan.” Leon Gu mengusap kepala Ellie. Terhadap putrinya, pria ini selalu berperilaku sangat lembut.

Dengan cemberut, si anak berjalan ke Valerie Pei dan melambaikan tangan pada Leon Gu.

Si wanita tidak tahu apa pekerjaan yang ingin diselesaikan si pria. Bisa jadi, ini hanya alibinya untuk menghindari dirinya. Tanpa memusingkan kemungkinan itu, Valerie Pei membuka pintu dan masuk. Ellie, yang memakai tas kecil di punggung, ikutan masuk setelahnya.

“Mommy, ternyata ayah juga tahu kamu besok ulang tahun!” Sebenarnya, Ellie terus berjalan di belakang Valerie Pei karena tertarik dengan bunga yang dibawanya.

“Dia memang tahu kok……” Seharusnya tahu lah, bagaimana pun juga kan mereka dua orang yang pernah berpasangan.

“Ellie, Mommy belakangan baru belajar dua hidangan baru. Biar Mommy senang, nanti kamu makan banyakan ya?”

“Kalian, orang-orang dewasa, mengapa suka memasak hidangan yang tidak enak dan menyuruhku memakannya sih? Baru sebentar tidak bertemu dengan Paman Handy Ji, aku sudah rindu dengan masakannya!” Si anak meletakkan tas sekolah sambil protes. Dengan bantuan Valerie Pei, ia duduk di kursi dapur yang cukup tinggi. Dari sana, anak itu mengamati ibunya memasak.

Tiga lekukan muncul di jidat Valerie Pei.

“Yang kali ini bisa jadi punya kejutan tidak terduga. Keterampilan masak Mommy juga bisa meningkat, tahu!” Si ibu sudah bersiap-siap. Menu-menu yang ia ingin masak sangat sederhana. Udang kristal tinggal digoreng di panci, lalu dituangkan ke piring. Terus, kerang telur rebus cuma perlu dikukus di panci. Terakhir, sup seafood hanya perlu dipanaskan. Dibayangkannya sih amat sederhana……

Realitas lalu membuktikan bahwa berkata-kata seratus kali lebih mudah daripada bertindak. Dari ketiga hidangan yang disiapkan, hanya kerang telur rebusnya sajalah yang menarik untuk dimakan. Udang kristalnya terlalu lama dipanaskan di panci, sementara sup seafood-nya lumayan keasinan.

Ellie tidak bersedia untuk “diracuni” sendirian. Ketika Valerie Pei tengah kembali ke dapur untuk memindahkan hidangan selanjutnya, anak itu berlari ke tempat Leon Gu. Ia sampai sekarang masih belum tahu nomor sandi rumahnya sendiri, namun tahu nomor sandi rumah Leon Gu. Ellie melepas sepatunya di depan, lalu menarik-narik ayahnya keluar rumah.

Leon Gu, yang selalu tanggap terhadap putrinya, kemudian berhasil ia bawa ke rumah si ibu. Valerie Pei, yang kebetulan tengah mencari-cari ke mana perginya Ellie, melihat satu pria besar dan satu anak kecil berdiri di depan.

“Ellie memaksaku ke sini…...” Leon Gu agak canggung. Anak ini memang licik ya, begitu pikirnya!

“Mommy membuat banyak hidangan enak, yuk ayah makan dengan kami!” Ellie mengencangkan genggamannya pada tangan Leon Gu dan berguma pelan: “Aku tidak mau menderita sendirian…...”

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu