Diamond Lover - Bab 353 Nikahilah Aku

Di mal, Brandon Chu menemani Fransiska Yin membeli banyak sekali barang. Di antaranya, mereka membeli beberapa jenis permen dan beberapa macam pakaian untuk anak-anak panti asuhan. Berhubung sudah lama tidak berkunjung, si wanita memang ingin membawakan mereka banyak hadiah.

Di tengah aktivitas berbelanja, Brandon Chu langsung meminta pegawai mal untuk mengirimkan barang-barang yang mereka beli ke panti asuhan besok.

Fransiska Yin meledeknya dengan bilang dia harus mensubsidi panti asuhan setiap tahun. Apalagi sebabnya kalau bukan karena dia kaya?

Si wanita hanya bercanda, namun si pria menganggapnya serius. Alhasil, Brandon Chu berbalik badan dan menelepon bawahannya untuk mengurus program pendanaan panti.

Di akhir aktivitas, pria itu menambahkan beberapa pakaian lagi untuk Fransiska Yin. Ia khawatir pakaian yang sebelumnya sudah mereka beli tidak cukup, sebab bagaimana pun juga Fransiska Yin kehilangan semua barang bawaannya. Beruntung, dia bilang tidak ada barang berharga di koper yang tertinggal itu.

Sejak awal, Brandon Chu tidak bertanya ke mana tas cellonya. Ada beberapa hal yang Fransiska Yin memang sengaja sembunyikan dan si pria tidak akan menginterogasinya sampai berbicara jujur.

“Brandon Chu, selama berada di dekatmu, aku tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Kamu hebat!” Si wanita menggandeng tangan si pria. Sedari kecil, wanita ini memang senang sekali memujinya, entah ketika menginginkan sesuatu atau ketika sedang ceria.

Kala itu, Mario Yin sering menegur Fransiska Yin. Bagaimana pun juga, memberi pujian ketika tengah menginginkan sesuatu sama sekali bukan perbuatan yang tulus. Untungnya, pujiannya kali ini sepenuhnya tulus. Seiring mendewasanya mereka berdua, pujian-pujian bermotif itu pun semakin jarang terdengar, bahkan bisa dikatakan sudah lenyap.

Brandon Chu sendiri bilang tidak keberatan dengan motif tersembunyinya itu. Terserah lah Fransiska Yin memujinya buat apa, yang jelas dia senang dipuji. Di dunia ini, mana ada orang yang tidak suka dipuji sih?

“Wih, wih, waktu itu sih ada seseorang yang mengataiku seperti mertua yang bawel.” Bibir Brandon Chu dipenuhi senyuman. Sikap memanjakannya untuk si wanita kelihatan jelas.

“Ih, itu kan waktu masih muda dan naif. Aku waktu itu tidak tahu seberapa baiknya kamu. Mengubah julukan itu sekarang belum terlambat kan?”

“Tidak terlambat, tidak terlambat. Yang penting kamu sadar saja bahwa itu keliru.” Yang paling ditakuti Brandon Chu memang ketidaksadaran Fransiska Yin.

Mungkin karena sudah ditemani si pria, suasana hati si wanita jadi jauh lebih baik. Ia terlihat jauh lebih rileks dibandingkan ketika masih khawatir kedatangannya diketahui Ethan Chen.

Setelah berbelanja cukup lama, Fransiska Yin merasa lelah. Terpikir besok ingin berangkat pagian ke panti asuhan, ia memutuskan untuk mengajak Brandon Chu pulang. Sekarang, muncullah pertanyaan ke mana mereka harus pulang.

“Kita mau ke hotel atau ke tempat aku tadi mencarimu?” Si pria tidak secara eksplisit menyebut apartemen Fransiska Yin.

“Ke hotel saja. Kamu kan tidak terbiasa tinggal di rumah orang.”

“Aku bisa berkompromi.”

“Supaya besok bisa siap seratus persen untuk angkat-angkat barang pemberian ke panti, kamu malam ini harus tidur senyenyak mungkin.” Fransiska Yin paham betul soal ketidakbiasaan Brandon Chu tidur di tempat orang lain ini. Dia benar-benar orang yang pemilih dalam segala hal.

Dia sama dengan Mario Yin dan tuan-tuan muda lain. Dasar, laki-laki dewasa kok soal kasur saja ribetnya minta ampun!

Keduanya pergi ke hotel. Soal sewa satu kamar satu atau dua kamar, Brandon Chu bilang satu kamar, sementara Fransiska Yin bilang dua kamar.

Resepsionis hotel jadi bingung. Kok jawaban mereka terbalik sih? Biasa pria yang mau satu, terus wanita maunya dua!

Pada akhirnya, si pria berkompromi. Mereka membuka satu kamar suite yang di dalamnya punya dua kamar tidur.

Pria itu tidak tahu apa yang terjadi pada si wanita hari ini. Pertama, dia akhirnya membahas soal pernikahan mereka. Kedua, dia menginginkan mereka bermalam di sebuah kamar. Jika ini terjadi di tempat lain, ia jelas akan menerimanya begitu saja. Tetapi, mereka sekarang berada di Kota A, kota di mana Fransiska Yin menantikan seseorang selama empat tahun. Apakah perilaku anehnya ini berhubungan dengan masa lalunya yang ironis itu?

Begitu masuk kamar, Brandon Chu pergi mandi duluan karena ingin segera tidur. Sebelumnya tidak tahu persis keberadaan si wanita, ia terus dirundung kekhawatiran. Akibatnya, pria itu sekarang merasa begitu kelelahan.

Sekeluarnya dari kamar mandi, ia secara mengejutkan melihat Fransiska Yin ada di kamarnya. Dengan mengenakan piyama kartun, wanita itu tersenyum lebar padanya.

“Eh…... Mengapa kamu ada di kamarku? Kamu seharusnya kan ada di kamarmu sendiri.” Si pria refleks mengencangkan handuk di tubuhnya. Hahaha, ia terlihat seperti seorang gadis yang tidak mau kesuciannya ternodai.

Fransiska Yin jelas terhibur oleh tindakannya. Yang gadis adalah dirinya dan bukan dia, kok malah dia yang malu-malu sih!

“Aku kemari untuk tidur denganmu.” Wanita itu menjawab santai sembari mengangkat selimut yang ada di kasur.

Brandon Chu sungguh ketakutan dengan jawaban Fransiska Yin.

Meski dulu pernah tidur seranjang, mereka melakukan tindakan itu hanya ketika masih kecil. Walau sekarang keduanya sudah berstatus sebagai calon suami-istri, namun Brandon Chu dalam perihal ini sangatlah konservatif. Ini juga bentuk tanggung jawabnya pada Fransiska Yin.

Seandainya wanita ini melarikan diri pada hari pernikahan, atau seandainya dia menyelesali rencana pernikahan mereka sebelum pernikahan itu sendiri dilehat, ia setidaknya masih bisa melepasnya tanpa beban apa pun.

Bayangkan, jika Fransiska Yin ia buat tidak perawan lagi, bagaimana bisa dia menyerahkannya secara utuh pada pria lain?

“Anu…... Kamu tenang dulu. Kalau ada yang ingin dibicarakan, kita bisa bicara baik-baik.” Brandon Chu bahkan sekarang berbicara dalam bahasa Inggris. Sebagai dua orang yang besar di luar negeri, mereka sama-sama lebih mahir berbahasa Inggris dibandingkan bahasa Mandarin. Jadinya, dalam situasi darurat atau panik, bahasa yang pertama itu bisa keluar secara alami.

Fransiska Yin garuk-garuk rambut dengan sedikit kesal.

“Hari sudah larut. Kembalilah ke kamarmu dan tidur.” Si pria berujar serak. Sejujurnya, ia mengaku menahan dorongan seksual di hadapan orang yang dicintai sangat berat. Sekonservatif apa pun dirinya, ia bukanlah orang suci!

Nampaknya, Fransiska Yin sudah mengambil keputusan untuk memendam dalam-dalam cintanya yang tidak terjawab pada Ethan Chen. Sekarang, ia menoleh ke belakang dan menyadari bawha orang yang paling mencintai dirinya selalu berada di dekatnya.

Selama enam bulan terakhir, orang yang menemaninya selalu Brandon Chu. Si wanita terkadang kehilangan kesabaran tanpa alasan jelas dan mengucapkan kata-kata yang sangat tajam padanya.

Namun, semua ini diterima oleh si pria. Pria itu tetap enggan melangkahkan kaki dan meninggalkannya. Dulu, Fransiska Yin sering menyebut Ethan Chen sebagai es batu. Setelah coba dihangatkan, ia sebagai orang yang menghangatkannya malah merasa kedinginan. Bukankah sikapnya pada Brandon Chu dulu-dulu juga mirip es batu ya?

Sebagai orang yang gagal mendapatkan Ethan Chen, Fransiska Yin bisa membayangkan perasaan Brandon Chu yang tidak juga memperoleh cinta darinya. Wanita itu tidak ingin dia mengalami pengalaman yang sama dengannya lagi.

“Kamu sedang mengusirku?” Si wanita berkedip dan memperlihatkan tatapan polos.

“Tidak. Mana mungkin aku mengusirmu?” Si pria paling tidak tahan melihat wanita ini berpura-pura tidak bersalah di hadapannya. Benar, ia tahu kepura-puraan ini adalah palsu, namun ia tetap saja terdampak.

Brandon Chu buru-buru duduk di samping Fransiska Yin. Ini untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak berniat mengusirnya.

Melihat tindakannya ini, wanitanya tersenyum. Semua ekspresi sedihnya pun lenyap.

“Cincinnya mana?” Fransiska Yin mengulurkan tangannya dan meminta cincin.

“Hah?” Brandon Chu tertegun.

Sejak laramannya berulang kali ditolak, pria itu selalu membawa sebuah cincin ke mana pun dan kapan pun. Ia ingin menunggu momen yang tepat untuk melamarnya lagi. Tanpa disangka, Fransiska Yin sekarang meminta sendiri cincin itu.

Sebelum Brandon Chu bergerak, Fransiska Yin sudah lebih dulu berjalan ke tempatnya menggantung jas dan mengeluarkan sebuah cincin dari salah satu saku ja situ. Ia lalu kembali duduk di sebelahnya.

“Aku menerima lamaranmu. Pasangkanlah cincin ini di jari manisku.” Si wanita meletakkan cincin berlian yang indah di telapak tangan si pria. Ia menantikan momen cincin itu memasuki jarinya.

Brandon Chu sendiri dari dulu juga menantikan momen ini. Tetapi, ia terus merasa gelagat Fransiska Yin hari ini sangatlah ganjil.

“Hei, berhentilah macam-macam. Cepat tidur.” Pria itu menyimpan cincinnya di dalam kepalan. Permintaan calon istrinya pun tidak terealisasi.

“Jadi, kamu berpikir aku menganggap tunangan dan pernikahan sebagai mainan?” Meski kadang iseng dan suka bercanda, Fransiska Yin tetap sangat serius dengan dua hal ini.

“Tidak. Aku tidak berpikri begitu.”

Fransiska Yin melihat tangan Brandon Chu yang terkepal dengan cincin di dalam. Ia sekarang ingin memakainya, namun Brandon Chu tidak berminat memasangkannya.

Apakah pria ini telah berubah pikiran? Apakah dirinya akan ditinggalkan?

“Brandon Chu.” Si wanita mengubah nada bicara. Ia biasanya memanggil si pria dengan berbagai nada. Tetapi, ketika serius, dia akan memanggilnya dengan nada yang paling datar.

Pada momen ini, Brandon Chu merasa dirinya tidak seharusnya begitu. Berhubung Fransiska Yin sudah menyatakan bersedia, mengapa ia tidak segera mengikuti kemauannya coba?

“Selama empat tahun ini, aku selalu mendambakan seseorang yang aku yakini sebagai cinta pada pandangan pertamaku. Sudah menantinya sangat lama, aku juga tidak berhasil mendapatkannya. Sekarang, ketika aku sudah kembali, apakah kamu sudah tidak menginginkanku?” Aura wanita itu penuh perasaan sadar diri. Andai ia menyadari kegagalannya ini lebih awal, bisa jadi sedari dulu telah menikah dengan Brandon Chu. Situasi canggung dan menyedihkan ini pun tidak akan muncul.

“Sebenarnya, jika ada di posisimu, aku juga akan membenci dan meninggalkan wanita sepertiku. Mana layak wanita yang kembali ke seorang pria karena dirinya gagal mendapatkan pria lain diberi muka? Kalau kamu tidak menginginkanku lagi, aku tidak menyalahkanmu.” Fransiska Yin bangkit berdiri dan berdiri di atas karpet dengan kepala tertunduk.

Saat ini, ia sendiri bahkan tidak menyukai tingkahnya yang seperti ini. Ia mirip wanita murahan. Bisa-bisanya ia memohon cinta pria yang ia selalu abaikan setelah gagal mendapatkan pria lain!

Gila, apa yang sedang ia lakukan sebenarnya? Mengapa jalan berpikirnya bisa sekeliru ini?

Fransiska Yin mengevaluasi dirinya sendiri. Untuk pertama kali, wanita itu merasa Fransiska Yin yang baik hati dan cantik telah menghilang entah sejak kapan. Dirinya yang sekarang adalah wanita yang egois, berpikiran sempit, takut disakiti, dan mengurung diri di zona nyaman. Semua rasa sakit ia berikan pada Brandon Chu.

Permintaannya memang sangat tidak pantas untuk diterima oleh Brandon Chu!

Si wanita melangkahkan kaki ke arah pintu. Ia mungkin tidak akan bertemu dengan pria ini lagi di masa depan. Ia tidak akan bisa memulihkan luka yang sudah ia sebabkan di hatinya, jadi solusi terbaiknya adalah tidak muncul di hadapan dia lagi.

Baru berjalan dua langkah, tangannya didekap oleh sebuah lengan yang kuat. Pada momen itu, air mata Fransiska Yin yang sudah ada di ujung mata akhirnya menetes.

Bahkan ketika seluruh dunia tidak menyayanginya lagi, Brandon Chu tetap akan mencintainya.

“Gadis aneh, bicara apa sih kamu? Aku tidak pernah mengubah sikapmu. Tidak peduli dulu, sekarang, atau nanti, kamu akan selalu jadi orang terpenting di hatiku. Tidak ada kata “meninggalkan” di kamus cinta kita.” Si pria mengencangkan dekapannya. Ia kemudian baru sadar bahwa wanita yang ada dalam pelukannya bergemetar hebat.

“Dua orang yang ditakdirkan untuk bersama, tidak peduli seberapa bergelombangnya takdir mereka, mereka akan menemukan cara untuk bertemu.” Selama empat tahun ini, Brandon Chu pernah khawatir, pernah ketakutan, bahkan pernah terpikir untuk mengembalikan Fransiska Yin ke sisi secara paksa.

Namun, ia pada akhirnya tidak melakukan apa pun. Ia hanya menunggu kembalinya si wanita dengan tenang. Fakta membuktikan, Fransiska Yin sekarang benar-benar kembali!

Meskipun keduanya mengalami masa-masa sulit dalam enam bulan terakhir, juga memiliki Ethan Chen yang menjadi penghalang tidak kasat mata di tengah-tengah mereka, namun keputusannya untuk melepaskan si wanita sekarang terbukti sebagai keputusan terbaiknya seumur hidup.

“Tetapi…… kamu tidak ingin menikah denganku?” Fransiska Yin terisak ketika bicara. Hatinya sungguh hancur melihat ketidakmauan Brandon Chu untuk menerima lamarannya.

Yang ditanya tertawa dan mencium leher yang bertanya. Dengan lembut, pria itu kemudian menanggapi: “Aku hanya memakai handuk mandi. Tidak ada bunga di sini, hanya ada cincin. Suasana ini sangat tidak romantis, bagaimana aku bisa melamarmu?”

Brandon Chu tahu Fransiska Yin sangat menggemari suasana romantis. Ia ingin memberinya lamaran yang tidak terlupakan dan sempurna!

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu