Diamond Lover - Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
Valerie Pei menundukkan kepala, namun sudut bibirnya secara tidak sadar terangkat. Ia sekarang tidak bisa mengutarakan apa-apa lagi. Leon Gu setuju Emily Gu kuliah di luar negeri…. tiga poin karena ia sendiri juga setuju, tiga poin karena mendukung pertumbuhan adiknya, lalu sisa empat poinnya karena Bibi Ketiga secara tidak sengaja melontarkan tuduhan pada dirinya.
Orang-orang di meja makan juga risih dengan perkataan Bibi Ketiga. Oke, mereka bisa memahami kekhawatirannya pada putri kandung, tetapi mengapa dia harus menyeret-nyeret Valerie Pei?
Untungnya, mereka semua adalah sesama anggota keluarga. Jika sekarang ada orang luar, orang itu pasti akan bilang ke orang-orang bahwa keluarga Gu mengalami konflik internal.
Henry Gu telah mendengar perkataan Leon Gu, juga telah mendengar pemikiran pribadi Emily Gu. Pria itu duduk di kursinya dalam keheningan.
“Emily Gu, kamu tahu bahwa kami tidak bisa mendampingimu di luar negeri, jadi semua kesulitan harus kamu atasi sendiri. Hidup di luar sangat berat, kamu sudah mempertimbangkan ini semua?” Si kakek bertanya serius.
“Kakek, di bawah perlindungan kalian, aku dari dulu melalui hari-hari tanpa beban dan kekhawatiran. Karena tumbuh besar di keluarga superior macam keluarga Gu, aku merasakan lebih banyak kebahagiaan dibanding anak-anak dan gadis-gadis seusiaku. Pada saat bersamaan, dengan situasiku ini, ada banyak hal yang tidak bisa kualami. Aku sudah pergi ke semua kencan buta yang kalian aturkan, tetapi aku merasa aku tidak bisa langsung memasuki kehidupan pernikahan setelah lulus kemarin. Untuk saat ini, aku belum berminat jadi ibu rumah tangga penuh waktu.”
Emily Gu jarang mengutarakan pemikiran dan perasaannya di hadapan keluarga. Wanita itu sekarang tengah menantang dirinya sendiri untuk menjalani kehidupan yang biasa.
“Tanpa sepengetahuan kalian, aku pergi bekerja. Selama bekerja, aku menyadari bahwa aku hanya memiliki nilai rapor yang sangat baik, namun sedikit pun pengalaman hidup tidak punya. Alhasil, aku pun tidak mampu menjalin pergaulan yang baik dengan para kolega. Kalian memberikan kesempatan bagi para kakak lelaki untuk melatih diri, mungkin karena mereka di masa depan akan mengelola bisnis keluarga. Misalnya, begitu lulus SMA, Dicky Gu langsung dikirim kuliah ke luar negeri. Sementara itu, aku sebagai anak perempuan malah disuruh menikah. Aku hanya menginginkan kesempatan yang sama.”
Kisahnya diungkit secara berbarengan, Leon Gu, Austin Gu, dan Dicky Gu merasa agak gelisah.
Keluarga Gu sendiri baru punya anak perempuan di generasi mereka. Alhasil, sebagai anak yang dianggap “langka”, Emily Gu selalu mereka jaga dan manjakan. Leon Gu dan para anak lelaki lainnya dikirim ke luar negeri untuk mengembangkan diri selama jangka waktu tertentu, metodenya benar-benar kejam. Tanpa disangka-sangka, tidak diperlakukan sama dengan mereka malah membuat si anak perempuan merasa kekurangan sesuatu.
Faktanya, Leon Gu dan para anak lelaki malah berharap terlahir sebagai anak perempuan dan dimanjai di rumah.
Henry Gu memikirkan perkataan Emily Gu, lalu berkata, “Kamu sungguh menginginkan kesempatan yang sama?”
“Iya.” Si wanita mengangguk kencang.
Wajah Leon Gu, Austin Gu, dan Dicky Gu sama-sama memperlihatkan keibaan. Jika dia menginginkan kesempatan yang sama, di luar negeri nanti, dia akan menjadi pelajar biasa. Tidak peduli sekaya dan seberkuasa apa keluarga Gu, dia tidak akan mendapat keistimewaaan apa pun.
“Baik, jika kamu menginginkannya, begitu lulus nanti, kamu akan kutugaskan membantu para lelaki.” Henry Gu membuang nafas lega. Kata-kata ini berarti dia setuju untuk mengirim Emily Gu ke luar negeri, lalu sekembalinya dia ke sini menugaskan dia untuk ikut bekerja di perusahaan keluarga.
Wajah tertekan Emily Gu seketika menampakkan senyum. Ia tidak tahu bagaimana hidupnya di luar negeri nanti, tetapi ia akan menggunakan daya upaya terbaik untuk menguatkan diri. Kesempatan yang didapatkan dengan tidak mudah ini tidak akan si wanita sia-siakan!
Berhubung Henry Gu sudah mengambil sikap, meski masih khawatir untuk mengirim putrinya kuliah ke luar negeri, Paman Ketiga dan Bibi Ketiga tidak bisa bicara banyak.
Setelah makan, Emily Gu mendatangi dan menggandeng Valerie Pei. Leon Gu, yang ada di sampingnya, terlihat jelas tidak senang. Ini pasti karena perkataan Bibi Ketiga tadi.
Bagaimana bisa dia menuduh istrinya menghasut adiknya? Istrinya bukan tipe orang macam itu!
“Kakak Ipar, maaf ya. Kata-kata ibuku tadi jangan kamu simpan di hati, oke?” Si adik ipar memohon maaf dengan wajah cemberut.
Si kakak ipar sama sekali tidak marah. Terus dibela Leon Gu, tiap kali dirinya marah, semua kemarahan akan sirna seketika. Apalagi jika ia pada dasarnya tidak marah……
“Aku tidak kenapa-kenapa. Kakakmu tuh yang tersinggung.” Valerie Pei meledek. Faktanya, jika tidak memberitahu bahwa dia baik-baik saja, Valerie Pei tidak tahu apa lagi yang akan dikatakan Leon Gu.
Emily Gu segera meraih tangan Leon Gu dan memohon: “Kakak, Kakak…...”
Kegeraman si pria seketika lenyap. Ekspresi wajahnya tergantikan dengan senyuman yang memendam niat tidak baik. Pria itu memegang bahu Emily Gu dan bertanya: “Kamu tahu bagaimana kehidupanku di luar negeri dulu?”
Si adik menggeleng. Valerie Pei sendiri juga ingin tahu jawabannya. Ketika Henry Gu menyatakan setuju untuk memberikan Emily Gu kesempatan yang sama, wajah si suami, Austin Gu, dan Dicky Gu terlihat tidak tega.
“Sebenarnya tidak mudah untuk diceritakan sih. Nantilah, kamu rasakan sendiri sensasinya.” Leon Gu kembali bermain sembunyi-sembunyian.
Emily Gu tidak bertanya lagi. Bagaimana pun juga dirinya akan segera berangkat, rasakan sebentar sensasinya kan asyik juga!
“Istriku, ayo pulang ke vila kita.” Si pria menggandeng tangan si wanita. Bagaimana bisa istrinya menikmati obrolan dengan keluarga Austin Gu lagi? Dia sepertinya sangat penasaran dengan isi perut Austin Gu. Wanita ini sekarang sangat ingin tahu bagaimana seorang anak bisa dilahirkan ke bumi.
Valerie Pei masih ingin membicarakan Javiar Pei dengan Emily Gu. Tetapi, melihat situasinya yang sudah siap untuk berangkat ke luar negeri, dia seharusnya sudah mengabarkan ini ke Javiar Pei…...
Sembari berjalan ke villa mereka, Valerie Pei tidak bisa menahan diri untuk menanyakan topik barusan ke Leon Gu.
“Jadi, bagaimana kehidupanmu di luar negeri dulu?” Si wanita seketika merasa pengetahuannya soal masa lalu suaminya sangat terbatas.
Leon Gu mengerutkan kening dan menjawab, “Sesampainya di sekolah, aku menemukan bahwa semua kartu kredit dan kartu debitku diblokir. Sebelumnya tidak ada pertanda apa pun……” Maksud Leon Gu, jika sebelumnya tahu bakal diblokir, dia akan mengambil sedikit uang. Dengan begitu, dia bisa menghindari kecanggungan ketika pergi ke restoran untuk makan dan gagal menggesek kartu berulang kali.
Pada hari-hari berikutnya, Leon Gu menjalani hidup yang serba seadanya. Mencuci piring, mengepel lantai, dan membantu memidahkan koper di hotel…… Semaunya pernah ia lakukan demi memperoleh uang saku.
Dengan uang tabungan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, Leon Gu berhasil melipatgandakan modalnya di pasar saham. Sepulangnya ke China, ia pun mendirikan Swift Corp.
Setiap kali teringat hari-hari ini, Leon Gu merasa tiba-tiba jatuh dari surga ke neraka. Ia, yang dulu pemilih dan tidak mandiri, berhasil dibuat jadi jauh lebih baik oleh pengalaman tinggal di luar negeri.
“Kalau begitu, sebagai seorang anak perempuan, apakah hidup Emily Gu nanti akan sangat menyedihkan?” Valerie Pei tidak bisa menahan diri untuk tidak mengkhawatirkan adik iparnya. Dia terbiasa dengan hari-hari ketika dia selalu dibantu ini dan itu. Ketika semua bantuan tiba-tiba hilang, si wanita pasti tidak akan merasa biasa.
“Jangan khawatir. Dia anak perempuan, jadi kakek tidak bakal sekeras itu dalam mendidiknya.”
Si wanita menagngguk dengan setengah percaya dan setengah curiga......
Dua hari terakhir, Emily Gu sibuk mengemasi barang-barang yang mau dibawa ke luar negeri. Di bawah peringatan Valerie Pei, wanita itu menambahkan jumlah barang yang dibawa. Kakak iparnya itu mengingatkan dia untuk membawa lebih banyak barang, jadi pengeluarannya nanti bisa ditekan semaksimal mungkin. Valerie Pei sendiri tidak menceritakan tentang kehidupan Leon Gu, sebab si pemilik kisah telah melarangnya.
Sembari mengingatkan barang-barang tambahan ke Emily Gu, Valerie Pei menyelipkan beberapa lembar dolar Amerika Serikat di saku depan kopernya. Setidaknya, saat putus asa nanti, dia bisa menggunakannya.
Si wanita kemarin baru menerima telepon dari Javiar Pei. Dalam percakapan, si adik mengabarkan bahwa dia akan kembali ke Kota A dengan penerbangan besok. Jadi, penerbangannya berada di hari yang sama dengan penerbangan Emily Gu ke Amerika Serikat. Setelah menyelidiki nada bicara Javiar Pei, Valerie Pei merasa dia tidak tahu bahwa adik iparnya akan pergi ke luar negeri. Namun, di akhir-akhir, Javiar Pei malah mengingatkannya untuk tidak mengkhawatirkan kehidupan Emily Gu nanti.
Terhadap dua orang ini, Valerie Pei merasa mereka ditakdirkan berkenalan tanpa ditakdirkan berpasangan……
Sehabis menyiapkan koper, Emily Gu mandi dan bersiap tidur nyenyak. Dalam penenrbangan besok, dia tidak mungkin bisa tidur pulas.
Mungkin karena ada barang-barang yang diangkut ke koper, wanita itu merasa kamarnya luar biasa bersih. Tiba-tiba, ia teringat buku yang biasa ia pakai untuk mencatat nomor telepon tidak terlihat.
Emily Gu tidak terbiasa membukukan nomor telepon orang di ponsel, jadi dia menuliskannya daftarnya di sebuah buku. Buku itu ia rasa akan terpakai di luar negeri nanti.
Tidak berhasil menemukannya di ruang buku, si wanita kembali mencarinya di kamar. Ia sudah membongkar laci meja rias dan laci-lacinya yang lain, namun belum ketemu juga. Ketika membuka laci kecil di ujung kasur, buku itu akhirnya menampakkan diri.
Tetapi, ketika mengambilnya, Emily Gu merasa di laci itu juga ada sebuah album foto. Kok album foto keluarga bisa terselip di sini?
Emily Gu mengambil album foto yang berdebu itu. Setelah membukanya, ia baru paham mengapa album itu ditaruh di sini.
Album foto ini berisi foto-foto pernikahan pertama Valerie Pei dan Leon Gu. Meski pestanya digelar dengan sangat megah, atmosfer di antara kedua keluarga agak tegang. Emily Gu mengamati satu per satu foto. Kala itu ia masih kecil, jadi belum punya kesan apa-apa. Kurang lebih, si wanita hanya tahu bahwa Leon Gu akan menikah, namun kakaknya itu tidak datang ke tempat acara.
Di halaman paling akhir, Emily Gu melihat foto kerabat-kerabat keluarga Pei. Tanpa sengaja, ia kemudian melihat sosok Javiar Pei. Iut berarti anggota-anggota keluarga Pei hadir di pesta.
Setelah melihat wajah satu per satu sosok, pandangan Emily Gu terhenti lagi di seorang anak laki-laki yang sedikit gemuk. Dia mengenakan kacamata dan duduk bersama kedua orangtuanya. Yang menjadi sosok utama di foto itu bukan mereka, jadi yang terpotret oleh kamera hanya wajah samping Javiar Pei. Emily Gu nyaris melempar album itu jauh-jauh.
Kala itu baru berusia empat belas tahun, Emily Gu masih ingat bahwa sekelarnya pesta pernikahan di rumah kediaman keluarga Gu, dia kembali ke vila. Dalam perjalanannya, di sisi belakang vila, ia menemukan seorang penyusup. Ketika si penyusup masih belum memahami denah vila, wanita itu dari belakang mendorongnya ke kolam renang. Ini terjadi di akhir musim gugur, jadi air kolam renang cukup dingin.
Sehabis mendorong, Emily Gu tertawa-tawa di pinggir kolam renang. Ia menertawakan kegendutannya, karena akibat kegendutan itu lah dia jadi tenggelam……
Ekspresi Emily Gu tiba-tiba membeku. Tidak heran mengapa dirinya tidak pernah paham ketiadaan sosok Javiar Pei di pesta pernikahan Leon Gu dan Valerie Pei. Ternyata, penampilannya yang dulu dan yang sekarang berbeda sangat jauh.
Ia waktu itu kelewatan kekanak-kanakan sih…… Bagaimana bisa dia mendorong orang ke kolam renang? Pantas saja setiap datang ke sini, Javiar Pei selalu menunjukkan raut yang tidak baik padanya. Dia pasti menantikan kesempatan untuk mendorongnya juga, ya kan?
Tetapi, memikirkan hal ini, Emily Gu tidak bisa menahan senyum. Ah, ternyata dirinya dan Javiar Pei sudah berinteraksi sejak lama. Lebih lama dari yang ia kira.
Jika ia sudah berkenalan dengannya sedari awal, yakni sebelum Javiar Pei dan Jade Song saling kenal, mungkinkan akhir cerita mereka sekarang akan berbeda?
Si wanita mengeluarkan foto itu dengan hati-hati. Setelahnya, ia menyimpan foto itu di ke dalam dompetnya, tepatnya di belakang sebuah foto yang sebelumnya telah ada. Biarlah tindakan kecil ini hanya diketahui dirinya sendiri……
Mungkin, situasi mereka sekarang dilatarbelakangi oleh pertemuan pertama yang tidak menyenangkan. Mungkin, mereka benar-benar ditakdirkan untuk bertemu tanpa ditakdirkan untuk berjodoh.
Pagi-pagi buta di keesokan hari, dengan didampingi para anggota keluarga, Emily Gu tiba di bandara. Berhubung semuanya disesuaikan dengan standar untuk para anak lelaki, ia tidak mendapatkan kursi penumpang kelas bisnis. Memanfaatkan situasi saat anggota-anggota keluarga tengah lengah, Valerie Pei memasukkan beberapa lembar dolar Amerika Serikat ke tas Emily Gu. Dia tahu adik iparnya ini tidak bawa uang tunai, jadi kalau nanti terjadi sesuatu……
Emily Gu mengucapkan selamat tinggal pada satu per satu anggota keluarga. Setelahnya, ia melambaikan tangan. Wanita itu menunggu mereka semua pergi dulu, baru mengayunkan langkah.
Novel Terkait
Loving The Pain
AmardaMy Secret Love
Fang FangGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangYour Ignorance
YayaPengantin Baruku
FebiWaiting For Love
SnowMy Greget Husband
Dio ZhengDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)