Diamond Lover - Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung

Valerie Pei menundukkan kepala, namun sudut bibirnya secara tidak sadar terangkat. Ia sekarang tidak bisa mengutarakan apa-apa lagi. Leon Gu setuju Emily Gu kuliah di luar negeri…. tiga poin karena ia sendiri juga setuju, tiga poin karena mendukung pertumbuhan adiknya, lalu sisa empat poinnya karena Bibi Ketiga secara tidak sengaja melontarkan tuduhan pada dirinya.

Orang-orang di meja makan juga risih dengan perkataan Bibi Ketiga. Oke, mereka bisa memahami kekhawatirannya pada putri kandung, tetapi mengapa dia harus menyeret-nyeret Valerie Pei?

Untungnya, mereka semua adalah sesama anggota keluarga. Jika sekarang ada orang luar, orang itu pasti akan bilang ke orang-orang bahwa keluarga Gu mengalami konflik internal.

Henry Gu telah mendengar perkataan Leon Gu, juga telah mendengar pemikiran pribadi Emily Gu. Pria itu duduk di kursinya dalam keheningan.

“Emily Gu, kamu tahu bahwa kami tidak bisa mendampingimu di luar negeri, jadi semua kesulitan harus kamu atasi sendiri. Hidup di luar sangat berat, kamu sudah mempertimbangkan ini semua?” Si kakek bertanya serius.

“Kakek, di bawah perlindungan kalian, aku dari dulu melalui hari-hari tanpa beban dan kekhawatiran. Karena tumbuh besar di keluarga superior macam keluarga Gu, aku merasakan lebih banyak kebahagiaan dibanding anak-anak dan gadis-gadis seusiaku. Pada saat bersamaan, dengan situasiku ini, ada banyak hal yang tidak bisa kualami. Aku sudah pergi ke semua kencan buta yang kalian aturkan, tetapi aku merasa aku tidak bisa langsung memasuki kehidupan pernikahan setelah lulus kemarin. Untuk saat ini, aku belum berminat jadi ibu rumah tangga penuh waktu.”

Emily Gu jarang mengutarakan pemikiran dan perasaannya di hadapan keluarga. Wanita itu sekarang tengah menantang dirinya sendiri untuk menjalani kehidupan yang biasa.

“Tanpa sepengetahuan kalian, aku pergi bekerja. Selama bekerja, aku menyadari bahwa aku hanya memiliki nilai rapor yang sangat baik, namun sedikit pun pengalaman hidup tidak punya. Alhasil, aku pun tidak mampu menjalin pergaulan yang baik dengan para kolega. Kalian memberikan kesempatan bagi para kakak lelaki untuk melatih diri, mungkin karena mereka di masa depan akan mengelola bisnis keluarga. Misalnya, begitu lulus SMA, Dicky Gu langsung dikirim kuliah ke luar negeri. Sementara itu, aku sebagai anak perempuan malah disuruh menikah. Aku hanya menginginkan kesempatan yang sama.”

Kisahnya diungkit secara berbarengan, Leon Gu, Austin Gu, dan Dicky Gu merasa agak gelisah.

Keluarga Gu sendiri baru punya anak perempuan di generasi mereka. Alhasil, sebagai anak yang dianggap “langka”, Emily Gu selalu mereka jaga dan manjakan. Leon Gu dan para anak lelaki lainnya dikirim ke luar negeri untuk mengembangkan diri selama jangka waktu tertentu, metodenya benar-benar kejam. Tanpa disangka-sangka, tidak diperlakukan sama dengan mereka malah membuat si anak perempuan merasa kekurangan sesuatu.

Faktanya, Leon Gu dan para anak lelaki malah berharap terlahir sebagai anak perempuan dan dimanjai di rumah.

Henry Gu memikirkan perkataan Emily Gu, lalu berkata, “Kamu sungguh menginginkan kesempatan yang sama?”

“Iya.” Si wanita mengangguk kencang.

Wajah Leon Gu, Austin Gu, dan Dicky Gu sama-sama memperlihatkan keibaan. Jika dia menginginkan kesempatan yang sama, di luar negeri nanti, dia akan menjadi pelajar biasa. Tidak peduli sekaya dan seberkuasa apa keluarga Gu, dia tidak akan mendapat keistimewaaan apa pun.

“Baik, jika kamu menginginkannya, begitu lulus nanti, kamu akan kutugaskan membantu para lelaki.” Henry Gu membuang nafas lega. Kata-kata ini berarti dia setuju untuk mengirim Emily Gu ke luar negeri, lalu sekembalinya dia ke sini menugaskan dia untuk ikut bekerja di perusahaan keluarga.

Wajah tertekan Emily Gu seketika menampakkan senyum. Ia tidak tahu bagaimana hidupnya di luar negeri nanti, tetapi ia akan menggunakan daya upaya terbaik untuk menguatkan diri. Kesempatan yang didapatkan dengan tidak mudah ini tidak akan si wanita sia-siakan!

Berhubung Henry Gu sudah mengambil sikap, meski masih khawatir untuk mengirim putrinya kuliah ke luar negeri, Paman Ketiga dan Bibi Ketiga tidak bisa bicara banyak.

Setelah makan, Emily Gu mendatangi dan menggandeng Valerie Pei. Leon Gu, yang ada di sampingnya, terlihat jelas tidak senang. Ini pasti karena perkataan Bibi Ketiga tadi.

Bagaimana bisa dia menuduh istrinya menghasut adiknya? Istrinya bukan tipe orang macam itu!

“Kakak Ipar, maaf ya. Kata-kata ibuku tadi jangan kamu simpan di hati, oke?” Si adik ipar memohon maaf dengan wajah cemberut.

Si kakak ipar sama sekali tidak marah. Terus dibela Leon Gu, tiap kali dirinya marah, semua kemarahan akan sirna seketika. Apalagi jika ia pada dasarnya tidak marah……

“Aku tidak kenapa-kenapa. Kakakmu tuh yang tersinggung.” Valerie Pei meledek. Faktanya, jika tidak memberitahu bahwa dia baik-baik saja, Valerie Pei tidak tahu apa lagi yang akan dikatakan Leon Gu.

Emily Gu segera meraih tangan Leon Gu dan memohon: “Kakak, Kakak…...”

Kegeraman si pria seketika lenyap. Ekspresi wajahnya tergantikan dengan senyuman yang memendam niat tidak baik. Pria itu memegang bahu Emily Gu dan bertanya: “Kamu tahu bagaimana kehidupanku di luar negeri dulu?”

Si adik menggeleng. Valerie Pei sendiri juga ingin tahu jawabannya. Ketika Henry Gu menyatakan setuju untuk memberikan Emily Gu kesempatan yang sama, wajah si suami, Austin Gu, dan Dicky Gu terlihat tidak tega.

“Sebenarnya tidak mudah untuk diceritakan sih. Nantilah, kamu rasakan sendiri sensasinya.” Leon Gu kembali bermain sembunyi-sembunyian.

Emily Gu tidak bertanya lagi. Bagaimana pun juga dirinya akan segera berangkat, rasakan sebentar sensasinya kan asyik juga!

“Istriku, ayo pulang ke vila kita.” Si pria menggandeng tangan si wanita. Bagaimana bisa istrinya menikmati obrolan dengan keluarga Austin Gu lagi? Dia sepertinya sangat penasaran dengan isi perut Austin Gu. Wanita ini sekarang sangat ingin tahu bagaimana seorang anak bisa dilahirkan ke bumi.

Valerie Pei masih ingin membicarakan Javiar Pei dengan Emily Gu. Tetapi, melihat situasinya yang sudah siap untuk berangkat ke luar negeri, dia seharusnya sudah mengabarkan ini ke Javiar Pei…...

Sembari berjalan ke villa mereka, Valerie Pei tidak bisa menahan diri untuk menanyakan topik barusan ke Leon Gu.

“Jadi, bagaimana kehidupanmu di luar negeri dulu?” Si wanita seketika merasa pengetahuannya soal masa lalu suaminya sangat terbatas.

Leon Gu mengerutkan kening dan menjawab, “Sesampainya di sekolah, aku menemukan bahwa semua kartu kredit dan kartu debitku diblokir. Sebelumnya tidak ada pertanda apa pun……” Maksud Leon Gu, jika sebelumnya tahu bakal diblokir, dia akan mengambil sedikit uang. Dengan begitu, dia bisa menghindari kecanggungan ketika pergi ke restoran untuk makan dan gagal menggesek kartu berulang kali.

Pada hari-hari berikutnya, Leon Gu menjalani hidup yang serba seadanya. Mencuci piring, mengepel lantai, dan membantu memidahkan koper di hotel…… Semaunya pernah ia lakukan demi memperoleh uang saku.

Dengan uang tabungan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, Leon Gu berhasil melipatgandakan modalnya di pasar saham. Sepulangnya ke China, ia pun mendirikan Swift Corp.

Setiap kali teringat hari-hari ini, Leon Gu merasa tiba-tiba jatuh dari surga ke neraka. Ia, yang dulu pemilih dan tidak mandiri, berhasil dibuat jadi jauh lebih baik oleh pengalaman tinggal di luar negeri.

“Kalau begitu, sebagai seorang anak perempuan, apakah hidup Emily Gu nanti akan sangat menyedihkan?” Valerie Pei tidak bisa menahan diri untuk tidak mengkhawatirkan adik iparnya. Dia terbiasa dengan hari-hari ketika dia selalu dibantu ini dan itu. Ketika semua bantuan tiba-tiba hilang, si wanita pasti tidak akan merasa biasa.

“Jangan khawatir. Dia anak perempuan, jadi kakek tidak bakal sekeras itu dalam mendidiknya.”

Si wanita menagngguk dengan setengah percaya dan setengah curiga......

Dua hari terakhir, Emily Gu sibuk mengemasi barang-barang yang mau dibawa ke luar negeri. Di bawah peringatan Valerie Pei, wanita itu menambahkan jumlah barang yang dibawa. Kakak iparnya itu mengingatkan dia untuk membawa lebih banyak barang, jadi pengeluarannya nanti bisa ditekan semaksimal mungkin. Valerie Pei sendiri tidak menceritakan tentang kehidupan Leon Gu, sebab si pemilik kisah telah melarangnya.

Sembari mengingatkan barang-barang tambahan ke Emily Gu, Valerie Pei menyelipkan beberapa lembar dolar Amerika Serikat di saku depan kopernya. Setidaknya, saat putus asa nanti, dia bisa menggunakannya.

Si wanita kemarin baru menerima telepon dari Javiar Pei. Dalam percakapan, si adik mengabarkan bahwa dia akan kembali ke Kota A dengan penerbangan besok. Jadi, penerbangannya berada di hari yang sama dengan penerbangan Emily Gu ke Amerika Serikat. Setelah menyelidiki nada bicara Javiar Pei, Valerie Pei merasa dia tidak tahu bahwa adik iparnya akan pergi ke luar negeri. Namun, di akhir-akhir, Javiar Pei malah mengingatkannya untuk tidak mengkhawatirkan kehidupan Emily Gu nanti.

Terhadap dua orang ini, Valerie Pei merasa mereka ditakdirkan berkenalan tanpa ditakdirkan berpasangan……

Sehabis menyiapkan koper, Emily Gu mandi dan bersiap tidur nyenyak. Dalam penenrbangan besok, dia tidak mungkin bisa tidur pulas.

Mungkin karena ada barang-barang yang diangkut ke koper, wanita itu merasa kamarnya luar biasa bersih. Tiba-tiba, ia teringat buku yang biasa ia pakai untuk mencatat nomor telepon tidak terlihat.

Emily Gu tidak terbiasa membukukan nomor telepon orang di ponsel, jadi dia menuliskannya daftarnya di sebuah buku. Buku itu ia rasa akan terpakai di luar negeri nanti.

Tidak berhasil menemukannya di ruang buku, si wanita kembali mencarinya di kamar. Ia sudah membongkar laci meja rias dan laci-lacinya yang lain, namun belum ketemu juga. Ketika membuka laci kecil di ujung kasur, buku itu akhirnya menampakkan diri.

Tetapi, ketika mengambilnya, Emily Gu merasa di laci itu juga ada sebuah album foto. Kok album foto keluarga bisa terselip di sini?

Emily Gu mengambil album foto yang berdebu itu. Setelah membukanya, ia baru paham mengapa album itu ditaruh di sini.

Album foto ini berisi foto-foto pernikahan pertama Valerie Pei dan Leon Gu. Meski pestanya digelar dengan sangat megah, atmosfer di antara kedua keluarga agak tegang. Emily Gu mengamati satu per satu foto. Kala itu ia masih kecil, jadi belum punya kesan apa-apa. Kurang lebih, si wanita hanya tahu bahwa Leon Gu akan menikah, namun kakaknya itu tidak datang ke tempat acara.

Di halaman paling akhir, Emily Gu melihat foto kerabat-kerabat keluarga Pei. Tanpa sengaja, ia kemudian melihat sosok Javiar Pei. Iut berarti anggota-anggota keluarga Pei hadir di pesta.

Setelah melihat wajah satu per satu sosok, pandangan Emily Gu terhenti lagi di seorang anak laki-laki yang sedikit gemuk. Dia mengenakan kacamata dan duduk bersama kedua orangtuanya. Yang menjadi sosok utama di foto itu bukan mereka, jadi yang terpotret oleh kamera hanya wajah samping Javiar Pei. Emily Gu nyaris melempar album itu jauh-jauh.

Kala itu baru berusia empat belas tahun, Emily Gu masih ingat bahwa sekelarnya pesta pernikahan di rumah kediaman keluarga Gu, dia kembali ke vila. Dalam perjalanannya, di sisi belakang vila, ia menemukan seorang penyusup. Ketika si penyusup masih belum memahami denah vila, wanita itu dari belakang mendorongnya ke kolam renang. Ini terjadi di akhir musim gugur, jadi air kolam renang cukup dingin.

Sehabis mendorong, Emily Gu tertawa-tawa di pinggir kolam renang. Ia menertawakan kegendutannya, karena akibat kegendutan itu lah dia jadi tenggelam……

Ekspresi Emily Gu tiba-tiba membeku. Tidak heran mengapa dirinya tidak pernah paham ketiadaan sosok Javiar Pei di pesta pernikahan Leon Gu dan Valerie Pei. Ternyata, penampilannya yang dulu dan yang sekarang berbeda sangat jauh.

Ia waktu itu kelewatan kekanak-kanakan sih…… Bagaimana bisa dia mendorong orang ke kolam renang? Pantas saja setiap datang ke sini, Javiar Pei selalu menunjukkan raut yang tidak baik padanya. Dia pasti menantikan kesempatan untuk mendorongnya juga, ya kan?

Tetapi, memikirkan hal ini, Emily Gu tidak bisa menahan senyum. Ah, ternyata dirinya dan Javiar Pei sudah berinteraksi sejak lama. Lebih lama dari yang ia kira.

Jika ia sudah berkenalan dengannya sedari awal, yakni sebelum Javiar Pei dan Jade Song saling kenal, mungkinkan akhir cerita mereka sekarang akan berbeda?

Si wanita mengeluarkan foto itu dengan hati-hati. Setelahnya, ia menyimpan foto itu di ke dalam dompetnya, tepatnya di belakang sebuah foto yang sebelumnya telah ada. Biarlah tindakan kecil ini hanya diketahui dirinya sendiri……

Mungkin, situasi mereka sekarang dilatarbelakangi oleh pertemuan pertama yang tidak menyenangkan. Mungkin, mereka benar-benar ditakdirkan untuk bertemu tanpa ditakdirkan untuk berjodoh.

Pagi-pagi buta di keesokan hari, dengan didampingi para anggota keluarga, Emily Gu tiba di bandara. Berhubung semuanya disesuaikan dengan standar untuk para anak lelaki, ia tidak mendapatkan kursi penumpang kelas bisnis. Memanfaatkan situasi saat anggota-anggota keluarga tengah lengah, Valerie Pei memasukkan beberapa lembar dolar Amerika Serikat ke tas Emily Gu. Dia tahu adik iparnya ini tidak bawa uang tunai, jadi kalau nanti terjadi sesuatu……

Emily Gu mengucapkan selamat tinggal pada satu per satu anggota keluarga. Setelahnya, ia melambaikan tangan. Wanita itu menunggu mereka semua pergi dulu, baru mengayunkan langkah.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu