Diamond Lover - Bab 308 Urusan Sepele
Melihat hidangan yang dibuatnya, Valerie Pei tidak enak hati mengajak Leon Gu ikut makan. Tetapi, berhubung dia sudah datang kemari, ia terpaksa pergi ke dapur dan mengambilkan piring buatnya. Ia sendiri juga tidak punya alasan untuk meminta pria ini pergi.
Leon Gu sungguh kelaparan. Ia sekarang menggunakan uang yang diberikan Emily Gu untuk berinvestasi di industri keuangan asing. Baru-baru ini pria itu beroleh keuntungan, hanya saja proses mendapatkannya lumayan melelahkan sebab semua harus dikerjakan sendiri. Setelah menjemput Ellie, ia harus melanjutkan pekerjaan di ruang buku sampai si anak memintanya keluar.
Mereka bertiga duduk bersama di meja makan. Valerie Pei sangat penasaran dengan rasa menu percobaannya, sementara Ellie mengigit-gigit sumpit karena tidak ingin jadi yang pertama makan. Karena kelaparan, Leon Gu memutuskan untuk memulai makan. Berhubung menyukai seafood, pria itu menyumpit udang kristal.
Leon Gu memasukkan udang itu ke mulut, lalu makan dalam diam.
Ia dalam hati merasa keterampilan memasak Valerie Pei sama sekali tidak berubah dari empat tahun yang lalu. Pantas saja, Ellie suka protes orangtuanya tidak bisa memasak!
“Ayah, tidak enak kan pasti!” Tidak menatap ibunya sama sekali, si anak mengamati ayahnya lekat-lekat. Ia bertanya dengan sangat terus terang.
Valerie Pei memandang Ellie dengan sedikit frustrasi. Anak ini tidak bisa menjaga gengsinya sedikit apa ya?
“Hmm...... sebenarnya lumayan kok.” Leon Gu ingin bilang bahwa masakan empat tahun yang lalu lebih tidak enak dari pada yang ini. Setidaknya, campuran bumbu yang sekarang sedikit lebih seimbang.
Ellie tampak tidak percaya. Anak itu ingin menunggu Leon Gu mencoba semua menu, baru mulai makan. Bisa membaca keinginan si anak, si pria benar-benar mencicipisatu per satu menu. Rasa-rasanya hanya berbeda sedikit dari masakan restoran…… Tidak, berbeda banyak sekali. Meski begitu, ia senang karena mantan istrinya setidaknya menunjukkan peningkatan.
Mendapat “pujian” dari Leon Gu, Valerie Pei ikut mencoba masakannya. Sebagai orang yang terbiasa dengan makanan-makanan enak, ia merasa komplain Ellie sepenuhnya benar.
Walau mengeluh, dengan dukungan kuat dari Leon Gu, Ellie berhasil makan banyak. Supaya tidak merasa keasinan, anak itu juga sempat menambahkan kecap manis ke sup seafood-nya.
Yang tidak terduga adalah Leon Gu menghabiskan dua mangkuk nasi mala mini. Bukan Cuma itu, ia juga membantu membersihkan meja setelah makan. Ah, ia pasti sedang senang, makanya makannya seabrek……
Selepas makan malam yang sederhana, Leon Gu tidak tinggal terlalu lama di tempat Valerie Pei. Ia tahu relasi mereka sangat canggung. Jika Handy Ji datang dan menjumpainya di sini, kesalahpahaman pasti akan terjadi. Pria itu tidak sendirian kembali ke rumah, melainkan dengan ditemani Ellie.
Ketika sudah sendirian di apartemen, Valerie Pei tiba-tiab merasa makan malam tadi membawa perasaan yang hangat. Kehangatan ini sekarang menyala-nyala di hatinya.
Sejak putus dari Handy Ji, si wanita sangat luang tiap malam. Ia awalnya tidak begitu terbiasa dengan situasi ini, namun akhirnya terpikir untuk menghabiskan waktu dengan melakukan yoga. Ia akan melakukannya berdua dengan Ellie ketika anak itu ada, lalu melakukannya sendiri ketika anak itu tinggal di tempat Leon Gu.
Sekarang, wanita itu ingin beryoga lagi. Ia membentangkan matras yoga di depan jendela, sementara segelas anggur merah diletakkan di meja kecil sebelah. Lampu ruangan remang-remang, lalu ada musik menenangkan yang sedikit banyak mengaburkan kesendiriannya.
Di luar jendela, Kota S terlihat berkilauan. Sembari menikmati musik yang merdu, si wanita melebarkan tubuh, menutup mata, dan mempertahankan postur-posturnya……
Siapa bilang wanita sekalinya menginjak usia tiga puluh tahun akan mengalami krisis diri? Ia sekarang merasa baik-baik saja, walau sebenarnya masih berjarak satu hari dari usia itu sih……
Valerie Pei kemudian tertidur di matras yoga. Setelahnya, wanita itu terbangun dengan dering pesan pendek yang berbunyi terus-menerus. Ia bangun, menyeka keringat di dahi, dan mengambil ponselnya.
Walau sudah pada tua, teman-teman Valerie Pei tidak lupa dengan ulang tahunnya. Tepat pada jam pergantian hari, mereka semua mengirimkan berbagai ucapan selamat. Perasaan diperhatikan membuatnya si wanita merasa bahagia……
Tunggu, mungkinkah teman-temannya seperhatian ini karena angka depan usianya akan berubah dari dua ke tiga?
Ketika tengah membalas pesan-pesan itu, Valerie Pei Ia tiba-tiba teringat sesuatu. Ellie bilang Leon Gu ingat tanggal ulang tahunnya…… Ah, dia mungkin ketiduran.
Si wanita menggeleng, pergi mandi, dan tidur nyenyak.
Keesokan pagi, Valerie Pei menerima banyak sekali paket barang. Kasihan juga sih kurir yang mengantarkan semua ini datang pagi-pagi begini. Bisa jadi, dia disuruh kakak dan teman-temannya untuk mengejar waktu sebelum ia pergi bekerja.
Hadiah dari teman-teman di Kota A beraneka ragam, bahkan ada yang untuk Ellie. Ketika Valerie Pei tengah menandatangani tanda-tanda terimanya, pintu rumah sebelah terbuka karena Ellie ingin berangkat sekolah. Melihat pemandangan yang terpampang di depan rumah Valerie Pei, Leon Gu sama sekali tidak terkejut, sementara Ellie malah sangat penasaran.
“Mommy, Mommy, kenapa ada banyak sekali kardus?” Si anak berlari ke ibunya dan berdiri di sebelah.
Si kurir merasa tidak mampu memahami kehidupan orang kaya. Istri tinggal di satu apartemen, sementara suami dan anak perempuannya tinggal di satu apartemen lain……
Melihat raut aneh di wajah si kurir, Valerie Pei buru-buru menyelesaikan penandatangannya biar dia cepat pergi.
“Hadiah dari paman, teman, dan lain-lain.”
“Mommy, Ellie juga punya hadiah buatmu!” Hadiah ini sejatinya bukan Ellie yang mau kasih. Ceritanya, anak itu tanpa sengaja melihat sebuah kotak hadiah di meja Leon Gu, lalu bertanya apakah dia boleh memberikan kotak itu pada ibu. Si ayah semula tidak menjawab, namun akhirnya mengizinkannya mengambil kotak itu bila suka.
Ellie pelan-pelan mengeluarkan kotak itu dari tas. Anak ini berani juga sih, bisa-bisanya ia memasukkan barang mahal begitu ke tas sekolah!
Si wanita menoleh ke mantan suaminya. Melihat ekpresi serba tidak tahunya, ia menebak hadiah ini tidak berhubungan dengan dia. Tetapi, melihat kotak itu dan isinya, ia sembilan puluh sembilan persen yakin hadiah ini disiapkan oleh Leon Gu. Anak sekecil Ellie mana punya duit buat beli hadiah yang segini mahal?
Dan gelang ini…… Gelang ini sepertinya sama dengan gelang yang Leon Gu pernah tinggalkan di mobilnya.
Si pria terlihat canggung. Ia tidak menyangka Ellie akan memberikan benda ini kepada Valerie Pei. Berhubung tidak mau mengganggu kehidupan Handy Ji dan Valerie Pei, ia sendiri sudah bersiap menjual rumahnya yang sekarang. Setelah terbeli, ia ingin mencari rumah di kompleks apartemen lain, kemudian baru mengabarkan Ellie bahwa ia mau pindah.
Ia sudah mulai bergerak menjalankan rencana, Ellie malah memberi mantan istrinya gelang ini…… Pria itu sebenarnya membelinya dengan tidak sengaja. Merasa gelang itu mirip dengan gelang yang dulu ditinggalkan buat Valerie Pei, ia pun memutuskan untuk membelinya. Setelah membeli, berhubung tidak punya kesempatan untuk memberikannya ke si wanita, ia pun mengizinkan Ellie untuk mengambil.
“Terima kasih.” Entahlah ucapan terima kasih ini ditujukan Valerie Pei untuk Leon Gu atau Ellie. Yang jelas, wanita itu menerima hadiah ini.
Leon Gu sedikit terkejut, namun kekagetan itu hanya berlangsung dalam hitungan detik. Melihat ada sekitar lima hingga enam kardus di depan pintu rumah Valerie Pei, ia yakin si wanaita tidak akan sanggup memindahkannya sendirian. Alhasil, tanpa bertanya terlebih dahulu, ia langsung membantunya memasukkan semua itu. Di akhir, si pria mengibas-ngibaskan tangan untuk membersihkan debu yang melekat.
Si wanita sudah lama tidak melihat si pria memakai jas. Tetapi, ia sekarang tetap merasa lebih familiar dengannya.
“Terima kasih.” Valerie Pei berucap terima kasih untuk yang kedua kali.
“Sama-sama, urusan sepele kok.” Leon Gu sudah kembali berdiri di depan pintu. Ia juga menggenggam tangan Ellie untuk bersiap mengantarnya ke sekolah.
Sekarang, mereka benar-benar berhubungan seperti orang biasa. Si pria tidak bisa marah pada si wanita, juga tidak bisa tertawa. Ternyata, inilah yang terjadi ketika ia sudah tidak peduli lagi dengan seseorang.
“Mommy, aku berangkat dulu. Sampai jumpa!” Ellie melambai ke Valerie Pei dan bergegas ke lift bareng Leon Gu.
“Oke, dadah!” Ibunya ikut melambai.
Leon Gu merasa tertampar sesuatu. Di tangan Valerie Pei, ia tidak melihat cincin yang dikenakannya tempo hari! Pria itu menutup pintu lift dengan seribu kecurigaan……
Mungkin, si wanita hanya lupa memasangnya setelah melepasnya saat cuci muka. Tidak ada apa pun yang harus dibesar-besarkan.
Setelah mengantar Ellie, Leon Gu bersiap pulang. Kantornya sekarang berlokasi di rumah. Setiap hari, pria itu sengaja telat pulang beberapa saat. Ia baru mau balik ke rumah setelah yakin Valerie Pei sudah keluar.
Sembari menunggu di mobil, Leon Gu menelepon Bobby Li dan memintanya lebih cepat mencarikan rumah. Kalau pun hanya sewa, ia ingin pindah duluan kesana. Alasannya, setiap kali bertemu Valerie Pei, pria itu selalu khawatir tidak bisa menahan diri. Kalau suatu hari nanti ia mendobrak pintu apartemen Valerie Pei dan memaksanya berpisah dengan Handy Ji, apa kata dunia coba? Demi mencegah hal begini terjadi, ia berhasrat untuk segera pindah.
Setelah menutup telepon, Leon Gu turun dari mobil dan bersiap naik ke apartemen. Tetapi, di lobi, ia secara mengejutkan melihat Emily Gu. Adik yang sudah lama tidak dilihatnya ini kelihatan mengurus sedikit. Sewaktu mengusir dirinya, Henry Gu melarang anggota-anggota keluarga untuk menemuinya. Ibunya waktu itu datang dengan melanggar perintah ini secara sadar, kemungkinan Emily Gu sekarang pun begitu.
“Kakak!” Emily Gu berlari dengan riang dan memegangi lengannya: “Sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Aku rindu, sangat rindu!”
Si kakak mengusap kepala si adik dengan satu tangan yang lain. Ia hanya tahu bahwa Emily Gu tidak bekerja di kantor Valerie Pei lagi. Kalau boleh menebak, ia yakin pasti keputusannya mundur ini ada kaitannya dengan jalinan kasih Handy Ji dan Valerie Pei.
“Kamu tidak takut tertangkap basah kakek di sini?” Leon Gu bercanda.
“Tidak. Kakek tidak akan menemukanku di sini, lagipula aku datang hanya untuk menengokmu sejenak kok.”
“Oke. Sehat-sehat dia sekarang? Aku tidak bisa kembali, jadi berilah ia perhatian dan perawatan lebih. Kamu sudah besar kan, jadi pasti paham hal-hal begini!”
“Kondisi kakek sehat-sehat saja. Ia sempat flu setelah mengusirmu, namun kemudian langsung membaik. Sebenarnya, kakak, kalau kamu meminta maaf pada kakek, dia pasti akan mengampunimu. Sejak kamu tidak kembali ke rumah keluarga, paman dan istrinya tidak pernah makan di vila utama. Mereka seolah-olah ikut kamu tinggal di luar……”
Emily Gu bertutur panjang lebar tentang situasi keluarga Gu saat ini. Hal-hal ini belum pernah ibu ceritakan padanya. Ternyata oh ternyata, keluarga Gu sekarang jadi begini.
Untuk pertama kalinya, Leon Gu menyesali perbuatannya itu. Sepanjang hidup, Henry Gu berbisnis dengan sangat telaten supaya anak dan cucunya tidak perlu pusing soal uang. Sekarang, hanya gara-gara perkataannya, Henry Gua dan kedua orangtuanya “perang dingin”.
“Karena mengusirmu dari rumah keluarga, kakek setiap minggu jadi harus pergi ke kantor untuk menangani berbagai urusan. Ia sudah tua, mana mampu menahan tekanan-tekanan pekerjaan? Para petinggi di perusahaan juga bodoh-bodoh. Kamu tidak tergerak untuk membantu kakek kah? Hanya demi satu orang luar, kamu rela meninggalkan keluargamu kah?” Sembari berbicara, mata si wanita memerah.
Orangtua Emily Gu sebenarnya tidak mengizinkannya untuk mengurusi masalah ini. Kalau suatu hari Henry Gu tiba-tiba gusar dengannya, ia bisa ikutan diusir. Tetapi, bagaimana bisa si wanita duduk-duduk tenang saja? Kakak seharusnya tidak kena hukuman begini, terus keluarga Gu juga tidak seharusnya pecah karena konflik ini.
Bagaimana pun juga, Handy Ji pada akhirnya dinyatakan bukan merupakan anak Paman Kedua. Dia sudah mundur dari kantor Valerie Pei dan meninggalkan Kota S. Berdasarkan penyelidikannya, ia juga tahu bahwa Handy Ji sudah kembali ke Jerman.
Berhubung konflik ini bisa dinyatakan sudah selesai, keluarga Gu jelas harus menerima Leon Gu lagi. Anggaplah tidak ada sesuatu yang pernah terjadi, lalu terimalah dia sebagai anggota keluarga. Dengan begitu, tawa dan keceriaan di rumah bisa dilahirkan lagi.
“Hari ini, kakek pukul dua siang akan menggelar rapat darurat direksi. Aku sudah bicara segini banyak, sisanya kamu putuskan sendiri.”
Novel Terkait
Diamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)