Diamond Lover - Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
Karena merasa situasi ini kurang baik, Valerie Pei segera melepaskan tangan Leon Gu. Kebetulan, ia juga sudah kelar mengoleskan salep pada lukanya.
“Sudah.” Si wanita kembali ke tempat duduk sebelumnya untuk mengembalikan jarak di antara mereka. Sekarang, jarak itu kira-kira memiliki panjang satu meter.
Tangan Leon Gu tergantung di udara, sementara telapak tangannya masih bisa merasakan kehangatan yang mengalir dari tangan mantan istrinya. Tangan yang dulu bisa ia pegang kapan saja itu telah berubah jadi tangan yang tidak ingin lama-lama berada di dekatnya…… Sebentar lagi, tangan itu juga akan sering-sering digenggam pria lain di kasur. Ah, membayangkannya terasa sangat menyedihkan!
“Terima kasih.” Si pria berucap senang. Dengan kata “sudah”-nya tadi, apakah si wanita berniat mengusirnya? Pria itu mengajukan tawaran baru, “Aku boleh tunggu bau obatnya hilang dulu di sini? Baunya begitu menyengat.”
Valerie Pei terhenyak. Tidak punya alasan untuk menolak, wanita itu menganggukkan kepala. Berhubung Henry Gu baru menemuinya beberapa waktu lalu, ia sekarang punya kata-kata yang ingin dibincangkan dengan Leon Gu.
“Beberapa hari yang lalu, kakek datang mencariku untuk berbicara.”
“Benarkah?” Si pria tidak mengkhawatirkan apa-apa sekarang. Si wanita sudah tahu bahwa dirinya telah diusir dari rumah keluarga. Ia tebak, Handy Ji pasti sudah membeberkan alasannya sekalian.
“Iya. Kakek mengadakan tes DNA ulang buat Handy Ji dan Paman Kedua.”
Leon Gu sejatinya sudah menebak bahwa Henry Gu akan melangsungkan tes ulang, namun tidak menyangka kakeknya itu akan mendatangi Valerie Pei. Yang jadi masalah, setelah mendengar cerita Henry Gu soal fakta yang sebenarnya, hubungan si wanita dan Handy Ji malah semakin dekat. Bahkan, mereka sudah berencana untuk tinggal bersama. Bukankah perkembangan-perkembangan ini persis seperti yang dulu ia bayangkan?
Kalau memang sesuai dengan bayangan dirinya, mengapa Leon Gu sekarang merasa sedikit menyesal telah melakukan itu? Ah, kelihatannya ia masih orang yang tidak rela melepaskan siapa pun yang dipedulikannya dengan mudah……
“Mengapa kamu melakukan ini? Jangan bilang demi memenuhi keinginanku untuk berpasangan dengan Handy Ji. Ini bukan sesuatu yang dilakukan orang macam kamu.”
Si pria tersenyum pahit. Valerie Pei tidak percaya dirinya bisa melakukan hal seperti itu. Ah, ia sendiri juga tidak percaya! Yang jelas, ia waktu itu berucap begitu karena otaknya terasa panas.
“Bukan demi kamu, aku tidak seagung itu. Aku melakukannya demi diriku sendiri.” Jawaban Leon Gu menghilangkan kekhawatiran Valerie Pei: “Aku dulu tidak baik padamu, jadi anggaplah yang terjadi sekarang sebagai kompensasiku buatmu. Dengan memberi kompensasi ini, hatiku jadi sedikit lebih nyaman.”
Nah, ini baru Leon Gu yang Valerie Pei kenal.
“Ellie tadi bertanya padaku soal rencana pernikahanmu dengan Handy Ji. Aku tidak ingin ikut campur urusan ini, namun Ellie tidak boleh memanggil dia “ayah”. Aku tidak bisa berkompromi soal ini.”
“…...” Valerie Pei sebenarnya ingin bilang bahwa mereka sama sekali belum merencanakan pernikahan. Tetapi, berhubung Leon Gu tidak punya kepentingan untuk diberi tahu soal itu, wanita itu pun mengangguk saja.
Ia tidak akan memaksa Ellie untuk memanggil Handy Ji dengan sebutan “ayah”. Serupa dengan dirinya, kekasihnya sekarang itu juga tidak akan memaksa.
Persoalan tentang identitas Handy Ji tampaknya selesai dengan keadaan begini. Leon Gu berakhir dengan kehilangan keluarga Gu dan Valerie Pei. Sementara, walau kehilangan identitasnya sebagai tuan muda kedua keluarga Gu, Handy Ji berhasil mendapatkan Valerie Pei. Pria itu ingin wanita ini menemaninya di sisa hidup.
Dengan hasil akhir ini, Leon Gu bisa dianggpa kalah. Kalahnya pun model kalah yang rugi banyak, bukan kalah yang tipis.
Valerie Pei tidak bertanya terlalu banyak tentang realitas persoalan ini. Sekalinya bertanya, wanita itu khawatir akan memperoleh jawaban yang menyakiti hati. Handy Ji di satu sisi, sementara Leon Gu di sisi lain…… Ia kesulitan memilih. Karena menganggap Handy Ji sebagai pihak yang lebih terluka, ia pun memilih berada di sisinya.
Apalagi, ia juga berstatus sebagai kekasihnya.
Seiring waktu, bau salep luka bakal Leon Gu semakin pudar. Jujur saja, baunya sedari awal memang tidak menyengat. Leon Gu hanya mencari-cari alasan untuk duduk lebih lama di sini, apa lagi motifnya kalau bukan untuk menatap Valerie Pei berulang-ulang. Berhubung alasan ini sekarang sudah tidak valid, pria itu merasa harus kembali ke rumah.
“Terima kasih atas salepnya. Sampai jumpa.” Si pria bangkit berdiri. Ini seharusnya terakhir kali ia datang ke tempat ini. Ketika mantan istrinya sudah pindah ke tempat tinggal Handy Ji, ia akan benar-benar kehilangan dia.
“Sama-sama.” Valerie Pei ikutan berdiri dan mengamati kepergiannya
Tersadar Leon Gu meninggalkan salep luka bakarnya di meja teh, wanita itu segera mengambilnya dan menyusulnya ke pintu. Di sana, ia menyerahkan salep itu ke tangan si pria.
“Sepertinya harus dioleskan untuk beberapa hari. Kalau parah, pergilah ke rumah sakit.”
“Iya.” Leon Gu sebenarnya sengaja meninggalkan salep itu di meja. Tujuannya jelas supaya Valerie Pei menyusulnya buat memberikannya pada dia. Sayangnya, kepala si wanita agak menunduk saat menyodorkan salep. Alhasil, ia tidak bisa melihat wajahnya untuk yang terakhir kali. Baiklah, kalau begitu benar-benar sampai jumpa. Kalau ia mencari alasan untuk berlama-lama di sini lagi, Valerie Pei bisa jadi akan merasa risih.
Kedua orang menutup pintu secara bersamaan. Setelah menutupi pintu, ekspresi asli wajah masing-masing langsung terlihat. Ternyata, bersikap seperti tidak ada apa-apa teramat sulit.
Valerie Pei kembali ke kamar. Melihat barang-barang yang baru dipak setengah, perasaan bingung muncul dalam dirinya.
Sebenarnya, bagaimana perasaan ia terhadap Handy Ji? Ia sudah mau pindahan untuk tinggal bersamanya, namun keputusan itu tergoyang oleh kemunculan Leon Gu di depan mata. Ah, Valerie Pei merasa dirinya bukan wanita yang baik.
Kalau ia benar-benar pindah ke sana, mungkinkah insiden dirinya dan Nathan Xia akan terjadi lagi? Apakah mereka pada akhirnya hanya akan menyakiti hati masing-masing?
Valerie Pei bertanya sesuatu pada dirinya sendiri. Selama berkencan dengan Handy Pei, pernahkah dirinya mengatakan kalimat cinta macam “aku suka kamu” dan “aku cinta kamu”? Setiap kali si pria mengatakannya, ia hanya mengangguk tanpa memberikan respon lain.
Walau orang yang saling mencintai katanya tidak perlu saling meminta maaf, namun setiap orang yang berhubungan dengannya juga punya batas kesabaran. Valerie Pei merasa dirinya harus mempertimbangkan perasaan Handy Pei juga. Setelah dia memberi begitu banyak, jika dia gagal memperoleh respon yang sesuai, akan sesedih apakah dia?
Tepat ketika si wanita ingin menghubungi si pria, si pria sudah menghubunginya duluan. Wanita itu refleks menekan tombol terima telepon.
Handy Pi ada di lobi bawah. Pria itu ingin membicarakan sesuatu dengannya.
Tanpa bertanya mengapa dia tidak naik, Valerie Pei segera memakai mantel dan bergegas keluar. Hari ini, ia perlu memperjelas beberapa hal dengan pria ini.
Setibanya di lobi bawah, Valerie Pei melihat Handy Ji berjalan mondar-mandir di depan pintu. Semalam ini mencarinya tanpa bersedia naik, si wanita merasa hal yang ingin disampaikan si pria sebentar lagi cukup serius.
“Handy Ji.” Valerie Pei berdiri di depannya dan tersenyum tipis: “Mengapa tidak naik?”
Tanpa alasan apa pun, pria itu langsung mendekap kekasihnya. Seperti ketika baru pulang dari rumah kediaman keluarga Gu lalu, ia memeluknya dengan sangat erat hingga nafas Valerie Pei agak sesak.
“Little Valerie, aku sekarang baru sadar bahwa cintaku padamu tidak sedalam Leon Gu.” Handy Ji melepaskan Valerie Pei. Barusan seharusnya akan jadi kesempatan terakhirnya memeluk si wanita. Ia sama sekali tidak tahu akankah dirinya berkesempatan melakukan itu lagi di masa depan.
Valerie Pei jelas tercengang. Handy Ji sedang ingin mengatakan apa sih?
“Aku menyukaimu, jadi aku memberkan semua yang terbaik padamu tanpa memedulikan kamu bersedia menerimanya atau tidak. Selama berpasangan denganmu, aku sangat bahagia. Selain itu, aku juga sempatt melakukan sesuatu yang sampai sekarang tidak bisa aku jelaskan. Aku pikir, kalau aku terus menyembunyikannya, aku akan sangat kelelahan. Aku di satu sisi bisa menikmati perjalanan kita ke depan, namun di sisi lain harus menghadapi penyiksaan psikologis.”
Si wanita bertambah tercengang. Handy Ji ingin mengungkapkan apa sih? Ingin bilang dia mencintainya? Ini sih ia sudah tahu dari dulu.
“Pada pertemuan keluarga di rumah kediaman keluarga Gu waktu itu, aku tidak membongkar kebohongan Leon Gu secara langsung. Karena keegoisanku, aku tutup mulut dan membiarkannya menanggung semua konsekuensi sendirian. Sampai ketika Leon Gu diusir kakek dari rumah keluarga, aku tetap memikirkan berbagai cara untuk membuatmu tidak tahu realitas yang sesungguhnya. Berulang kali mengajakmu tunangan juga aku lakukan untuk menenangkan hatiku yang gelisah.”
Di bawah sinar bulan, si pria menuturkan semua yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya. Setelah menyampaikan semuanya, pria itu ingin kekasihnya membuat sebuah keputusan.
Perasaan Valerie Pei seharusnya diputuskan oleh dirinya sendiri, bukan oleh mereka berdua!
“Kamu ingin bilang apa? Kok aku tidak begitu mengerti ya?” Si wanita sungguh kebingungan. Gelagat Handy Ji terlihat agak keliru malam ini. Dia terlihat seperti ingin mengungkapkan cinta, namun tidak begitu ingin.
“Kamu cukup mendengarkanku baik-baik.” Ini mungkin satu-satunya dan terakhir kalinya Handy Ji memberi tahu Valerie Pei soal ini: “Aku ingin memberitahumu bahwa di dunia ini tidak ada yang mencintaimu lebih dari Leon Gu. Ia tahu isi hatimu, memahami kamu luar dan dalam, mengerti apa maumu, dan paham apa yang bisa membuatmu bahagia. Karena ingin membantumu memenuhi hasrat, Leon Gu memutuskan untuk mengabaikan cintanya padamu dan pergi dari kehidupan kita. Pria itu sudah menahan cintanya demi kebahagiaanmu. Sayang, dia tidak tahu bahwa kebahagiaan yang kamu butuhkan dan inginkan hanya bisa diberikan olehnya.”
“Little Valerie, aku tahu kamu juga tidak pernah bisa melupakannya. Walau kamu sudah berpasangan denganku, dia tetap muncul dalam pikiranmu dan selalu menggoyahkan perasaanmu padaku. Aku ingin memberimu jalan untuk balikan dengannya. Kita…… putus.”
Ekspresi Handy Ji sama sekali tidak seperti lagi berlelucon. Kebetulan, apa yang ia ungkap ini juga sesuatu yang ingin dikatakan Valerie Pei kepadanya. Wanita itu ingin bilang bahwa ia ingin mempertimbangkan kembali hubungan mereka.
“Handy Ji, maafkan aku.” Pada akhirnya, hanya permintaan maaflah yang bisa diucapkan si wanita. Jika membalas terlalu banyak, ia khawatir dirinya akan terkesan tengah membela diri. Dalam hubungan mereka, ia memang tidak memberi banyak dan terus merugikan si pria. Jika hubungan maca mini dipaksakan terus berlanjut, Valerie Pei khawatir luka yang akan ia ciptakan di hati Handy Ji bakal bertambah dalam.
“Dalam dunia perasaan tidak ada maaf-maafan, yang ada hanya bersedia atau tidak.” Kelar mengungkapkan isi hatinya, Handy Ji merasa jauh lebih nyamanm, walau pada akhirnya ia tidak bisa melanjutkan hubungan dengan wanita yang sangat dicintainya.
“Dengan putusnya kita, aku akan kembali ke Jerman. Aku tidak cocok tinggal di sini.”
“Handy Ji, Paman Kedua sebenarnya sangat ingin berbicara baik-baik denganmu. Kamu sungguh tidak berniat memaafkannya kah? Ia adalah ayahmu sendiri.” Valerie Pei tahu Henry Gu sangat menyukai cucu yang satu ini. Selain itu, pria tua itu juga terlihat sangat merasa bersalah pada dia. Kalau dia pergi dalam keadaan begini, bukankah hati kakek dan Paman Kedua akan sangat sakit?
“Tinggal di sini hanya akan membuatmu melihat kamu dan Leon Gu balikan. Aku tidak mau.” Si pria sudah mengembalikan sikap aslinya yang acuh tidak acuh pada semua hal. Ia menuturkan kata-kata barusan dengan setengah bercanda.
Apa lagi yang bisa dikatakan Valerie Pei? Handy Ji tidak memberinya kesempatan.
“Little Valerie, jaga dirimu baik-baik. Kalau langit mengizinkan, kita akan berjumpa lagi.” Si pria melambaikan tangan dan bergegas pergi. Si wanita hanya bisa mengamati bayangan tubuhnya.
Valerie Pei sebenarnya masih memiliki banyak hal yang ingin dikatakan, namun ia sekarang merasa tidak perlu untuk menuturkan semua itu. Hubungannya dan Handy Ji telah usai.
Rasa-rasanya, perpisahan ini semakin membuktikan bahwa hanya Leon Gu lah yang bisa mengisi hati Valerie Pei. Meski begitu, wanita itu tidak punya alasan untuk meminta Leon Gu berpasangan lagi dengannya. Walau hatinya selalu ada buat dia, namun kembalinya hubungan mereka sama sekali bukan sesuatu yang sederhana.
Hidup Valerie Pei terasa kembali ke titik semula. Kencannya dengan Handy Ji bisa dianalogikan sebagai mimpi. Ketika ia terbangun dari mimpi itu, semua yang berkaitan dengan pria itu terasa tidak eksis lagi.
Tetapi, si wanita jelas tidak bisa menganggap semuanya seperti tidak pernah terjadi. Tidak menjalin cinta dengan Handy Ji bukan berarti ia ingin menjalin cinta dengan Leon Gu. Bukankah ia juga berhak hidup sendirian?
Novel Terkait
Love Is A War Zone
Qing QingBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesHusband Deeply Love
NaomiWahai Hati
JavAliusCinta Seorang CEO Arogan
MedellineSi Menantu Buta
DeddyAfter The End
Selena BeeAir Mata Cinta
Bella CiaoDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)