Diamond Lover - Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya

Valerie Pei tak tahu dari mana Gianna Wei mendapatkan bebek sebanyak itu, dan bagaimana caranya membawanya ke rumah Keluarga Gu. Setelah berganti pakaian dan mengepak dua stel pakaian, Valerie Pei mendengar keributan di luar dan mengintip dari jendela. Ia melihat begitu banyak bebek berkeliaran di dalam halaman rumah Keluarga Gu.

Dan ia melihat Gianna Wei yang sedang mengenakan kacamata hitam sedang melambai padanya, dan menunjuk bebek-bebek itu, seolah menunggu Valerie Pei memujinya atas rencananya yang cemerlang.

Tapi tak apakah ia membawa ribuan bebek ini ke rumah Keluarga Gu?

Seluruh pelayan dan bodyguard sibuk mengejar bebek-bebek itu. Valerie Pei segera bersiap kabur, saat ia berjalan menuruni tangga, ia bertemu Nova. Nova melihat Valerie Pei telah membawa sebuah koper, dan ia tak tahu bagaimana cara menghalanginya.

“Nova, jaga William baik-baik, dan berpura-puralah tak mengetahui apapun!” Valerie Pei bahkan telah menyiapkan alasan untuk Nova, “Aku sendirilah yang menyelinap pergi, Tuan Muda takkan menyalahkanmu!”

“Tapi, Nyonya Muda...” Nova merasa sangat cemas, tapi akhirnya ia pergi ke kamar William dan berpura-pura tak melihat Valerie Pei kabur.

Dengan lancar Valerie Pei menghampiri Gianna Wei, mereka menatap para pelayan dan bodyguard yang berusaha mengusir bebek-bebek itu, mansion Keluarga Gu yang awalnya tenang menjadi kacau balau.

Gianna Wei mengenakan atasan dan rok bermotif cerah, syal, dan kacamata hitam. Tanpa menatap matanya pun, Valerie Pei bisa melihat betapa bangganya ekspresinya.

“Valerie, tidakkah kau merasa ini sangat hebat, aku membawa ribuan bebek untuk menjemputmu?” Gianna Wei mengenakan kacamata hitam untuk menutupi kantung matanya, ia bahkan tak sempat berdandan pagi ini, sibuk membuat rencana untuk mengeluarkan Valerie Pei dari mansion Keluarga Gu, dan akhirnya ia mendapatkan suatu ide yang cemerlang.

“Ayo pergi!” dengan jengkel Valerie Pei menarik Gianna Wei, di sebelahnya seekor bebek sedang menjerit ke arah mereka berdua.

Gianna Wei masih ingin mengagumi mahakaryanya, tapi Valerie Pei segera menariknya pergi.

“Bagaimana caramu datang sambil membawa bebek-bebek ini?” tanya Valerie Pei sambil berjalan, bagaimana bisa seseorang yang biasanya sangat bisa diandalkannya dalam melakukan apapun, hari ini melakukan hal seperti ini?

“Emily Gu yang memasukkanku, aku sedang berpikir keras bagaimana cara untuk masuk, lalu kebetulan aku melihat Emily Gu hendak keluar, aku memintanya memasukkanku,” Gianna Wei menoleh, menatap para pekerja Keluarga Gu yang sedang sibuk menangkap bebek-bebek itu, siapa suruh keluarga ini selalu mengusik Valerie Pei!

“Untuk apa Emily pergi sepagi ini?”

“Entahlah, hei, untuk apa kau ingin keluar, apakah untuk menemui Leon Gu? Biarkan saja para pria itu menangani masalah ini, kau menemuinya pun kau takkan bisa membantu banyak, mungkin malah akan mengacaukannya, jika tidak, kenapa Leon Gu harus mengurungmu di rumah?” kata Gianna Wei dengan sangat terus terang.

“Dengan status kakakku, ia pasti takkan bisa menangani masalah ini, dan ayahku sudah terlalu tua, tak mungkin aku membiarkan Leon Gu berusaha menyelesaikannya seorang diri, bukan? Aku tak ingin berhutang budi padanya,” kata Valerie Pei dengan tenang, ia juga merasa pastilah karena alasan ini Leon Gu bersedia membantunya, tapi ia tak ingin berhutang budi padanya.

“Valerie, kau tak berhutang budi padanya, Leon Gu juga memiliki sebagian saham Pei’s Corp, sangat wajar jika ia muncul saat terjadi suatu masalah di Pei’s Corp, dan juga kalian adalah suami istri, wajar bukan ia sebagai menantu membantu perusahaan ayah mertuanya?” kata Gianna Wei, tak lagi dengan ekspresi sinis seperti sebelumnya.

Valerie Pei juga ingin menghibur diri dengan alasan ini, menganggap bahwa Leon Gu membantunya karena ia juga memiliki saham di Pei’s Corp, tapi ia tetap ingin pergi ke Kota A untuk menemuinya.

“Sudahlah, sepertinya aku juga takkan bisa menghalangimu, aku telah memesankan tiket pesawat untukmu, ayo kuantar ke bandara,” kata Gianna Wei dengan sebal.

“Kau telah memesankan tiket? Terima kasih!” Valerie Pei tersenyum, Gianna Wei memang sangat bisa diandalkan.

“Tak perlu berterimakasih padaku, aku bertaruh 1 dolar, begitu Leon Gu melihatmu, ia akan segera mengusirmu kembali ke sini,” sejak Leon Gu kembali tersadar, Gianna Wei sudah melihat tak ada harapan di antara pasangan ini, ia juga telah membujuk Valerie Pei untuk meninggalkan Leon Gu dan terus meledek mereka.

“Aku tak membutuhkan 1 dolarmu!” Valerie Pei menangkap kunci mobil yang dilemparkan Gianna Wei, mobil Lamborghini hitam Gianna Wei terparkir di depan gerbang mansion Keluarga Gu.

“Sudahlah, aku mau tidur dulu, sesampainya di bandara bangunkan aku,” Gianna Wei duduk di kursi penumpang, memasang sabuk pengamannya, dan memejamkan mata.

...

Saat Leon Gu pulang ke mansion Keluarga Pei, kopernya telah diletakkan di kamar Valerie Pei. Maka ia pergi ke kamarnya untuk mandi. Setelah mandi dan berganti pakaian dan hendak keluar lagi, ia tiba-tiba melihat sebuah kotak di atas meja.

Karena Valerie Pei menyukai warna biru tua, maka ia meletakkan semua makanan kesukaannya di dalam kotak biru tua ini. Ia mengerutkan kening, sejak bertemu Valerie Pei hari itu, ia sama sekali tak membicarakan soal makanan, dan melihat penampilan kotak ini, sepertinya kotak ini sama sekali belum dibuka...

Ia mengerutkan kening dan berjalan ke arah meja itu, dalam hati ia berkata pada dirinya sendiri, lihat sekilas saja, lihat sekilas saja...

Tapi saat ia membuka pembungkusnya dan membuka tutup kotaknya, bukannya menghembuskan nafas lega, wajah Leon Gu malah memerah, isinya masih tetap di dalam! Dan saat ia membuka pembungkusnya tadi, sepertinya ini adalah pertama kalinya kotak ini dibuka. Berarti Valerie Pei sama sekali tak membukanya!

Ekspresi Leon Gu menjadi dingin, ia menutup kotak itu dengan gusar, menoleh ke arah tong sampah, dan membuang kotak itu. Karena ia juga tak ingin membukanya, sebaiknya buang saja.

“Valerie Pei, aku takkan mengirimimu apapun lagi!” Leon Gu menatap sekeliling kamar Valerie Pei dengan jengkel. Di sebuah meja di sebelah kasur, ada foto Valerie Pei yang sedang tersenyum cerah, dengan jengkel Leon Gu berjalan menghampirinya dan membalik bingkai foto itu menghadap ke lemari.

Ia tak lagi memandangi foto-foto lain di kamar itu, dengan marah Leon Gu segera berjalan keluar, dalam hati berpikir seharusnya ia tak perlu bersikap baik-baik pada Valerie Pei, bahkan hadiah perpisahan dari suaminya saja tak dibukanya!

Ia sangat marah!

Ia sama sekali tak menyadari Jacob Pei yang sedang berjalan masuk, ia hampir saja menabraknya.

“Kakak...” Leon Gu mendongakkan kepala dan berusaha menyembunyikan kemarahan di wajahnya, ia menyapanya dengan sopan. Ia melihat Jacob Pei masih mengenakan jas yang dikenakannya kemarin, dan wajahnya tampak lelah. “Ada masalah apa?”

“Begitu kakek tahu terjadi masalah, ia terkena serangan jantung dan masuk rumah sakit, saat ini kondisinya sudah mulai stabil, maka aku pulang sebentar untuk berganti pakaian,” kata Jacob Pei, terdengar tak berdaya dan menyalahkan diri sendiri. Jika saja statusnya saat ini tidak seperti ini, ia tak perlu meminta Leon Gu datang untuk menyelesaikan masalah ini, Valerie Pei dan Leon Gu tak perlu repot-repot menyelesaikan masalah ini.

Saat tidak sedang bertengkar, Valerie Pei sering menceritakan tentang keluarganya pada Leon Gu. Kakeknya sangat menyayangi cucu perempuannya ini, dulu kakek adalah tentara, ia sangat tegas, Valerie Pei sangat mengagumi kakeknya. Dan kakek sangat berharap Valerie Pei akan mendapatkan suami yang baik...

“Di rumah sakit mana, aku akan menjenguknya. Saat ini para pemadam kebakaran masih melakukan proses evakuasi, aku pergi ke sana pun tak ada gunanya,” Leon Gu ingin mengetahui seperti apa kondisi kakek Valerie Pei, agar saat pulang nanti ia bisa menghiburnya agar tidak merasa khawatir.

“Akan kusuruh supir mengantarmu ke sana, kau tak mengenali kota ini, bagaimana jika kau tersesat?” Jacob Pei turun dan memberi sebuah perintah pada pelayan, lalu kemudian kembali ke kamarnya.

Leon Gu tak mengatakan apapun lagi, saat ini, Jacob Pei juga merasa sangat tertekan, tapi ia tak bisa melakukan apapun. Tiba-tiba ia merasa, ia dan Jacob Pei sama-sama Tuan Muda keluarga masing-masing, tapi beban yang mereka pikul sangatlah berbeda.

Pelayan mempersilahkan Leon Gu untuk sarapan dulu sebelum pergi, ia juga merasa sangat lapar. Ia makan dengan cepat dan segera bersiap pergi ke rumah sakit, Jacob Pei juga ikut, ia masih tak tenang jika membiarkan Leon Gu pergi sendirian.

Leon Gu tahu bahwa ia ingin tahu tentang kondisi di tempat kecelakaan.

Mereka berdua hanya diam selama perjalanan ke rumah sakit, setelah memasuki area VIP, baru saja turun dari lift, mereka mendengar dua orang sedang berbincang dengan logat yang khas di tangga di sebelah lift, Leon Gu tak mempedulikannya, tapi Jacob Pei segera menghentikan langkahnya, mana mungkin ia tak mengenali suara ini, Paman Kedua dan Bibi Kedua.

“Kini saat perusahaan mengalami masalah, mereka menyuruh kita mengeluarkan uang, padahal jelas-jelas kita bukan pemegang saham terbesar. Seharusnya kakakmu lah yang harus mengeluarkan uang, bukankah saat Valerie Pei mengalami masalah besar, Tuan Besar menyuruh kita menyerahkan sebagian saham kita untuk diberikan pada Keluarga Gu? Maka bukankah seharusnya sekarang Keluarga Gu lah yang mengeluarkan uang?” suara Bibi Kedua terdengar tidak rela, logat Kota A tidaklah begitu sulit untuk dipahami, maka Leon Gu memahami garis besarnya. Ia melihat ekspresi Jacob Pei menjadi tegang.

“Jangan berkata begitu, saat itu Keluarga Pei hampir saja bangkrut, jika bukan karena bantuan dari Keluarga Gu, kita tidak akan selamat. Masalah kali ini sangat besar, tak mungkin kita sama sekali tak mengeluarkan uang untuk membantu, kenapa saat menerima uang kau tidak banyak protes seperti ini?” kata Paman Kedua dengan jengkel.

“Baiklah terserah kau, aku takkan peduli lagi, bukankah uang kita untuk anak kita sekolah di luar negeri?”

....

Jacob Pei tak ingin lagi mendengar apa yang dibicarakan Paman Kedua dan Bibi Kedua, ia segera berjalan ke kamar kakek.

Leon Gu menatap kedua orang yang masih berbincang di tangga itu, setiap keluarga memiliki masalahnya masing-masing, maka ia juga tak lagi berlama-lama di situ dan mengikuti Jacob Pei pergi.

Ayah Pei, Ibu Pei, dan nenek juga berada di dalam kamar itu, wajah mereka semua tampak lelah, masalah ini sungguh membuat Keluarga Pei kelelahan.

“Nenek, ayah, ibu,” Leon Gu menyapa mereka, lalu menatap kakek yang masih berbaring tertidur di ranjang pasien. Jika Valerie Pei mengetahuinya, ia pasti akan sangat khawatir.

“Kau sudah tiba, bagaimana keadaan di sana?” Ayah Pei menatap Leon Gu dan memberinya isyarat untuk pergi ke ruangan sebelah.

Leon Gu dan Ayah Pei pergi ke ruangan sebelah.

“Aku datang menjenguk kakek agar bisa menenangkan Valerie saat aku pulang,” Leon Gu menggandeng Ayah Pei, ia merasa hari ini Ayah Pei tampak jauh lebih tua.

“Hah...” Ayah Pei mendesah dan duduk di sofa sambil dibantu Leon Gu, “Ia sudah tua dan kondisi kesehatannya cukup buruk, begitu mendengar tentang masalah ini kemarin malam, ia segera sakit jantung, untungnya masih bisa diselamatkan.”

“Tenanglah ayah, aku punya teman yang mengenal seorang dokter jantung yang terkenal di luar negeri, aku akan meneleponnya untuk memintanya memanggil dokter itu kemari.”

Ekspresi Ayah Pei berubah, ia merasa Leon Gu adalah orang yang sangat bertanggung jawab, ia sangat bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah ini.

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu