Diamond Lover - Bab 350 Orang di Depan Mata

Ekspresi terluka Jacob Pei ketika pergi terekam dengan jelas di benak Stevanny Shi. Ia belum lama mengenalnya, namun dari berbagai aspek sudah melihat sisi acuh dan dinginnya. Selama mereka menjalin hubungan dan menikah, ia tidak pernah rautnya sekecewa barusan.

Habis menyuruh Jacob Pei pulang, pintu apartemen Stevanny Shi diketuk lagi. Si wanita entah mengapa yakin yang mengetuk sekarang bukan Thiago Lu. Sama seperti Jacob Pei, dia tadi di lantai bawah juga sangat terkejut. Sekarang, setelah Jacob Pei pergi, tidak mungkin lah ya dia naik karena ingin menanyakan tentang pernikahannya?

Dari lubang kecil di pintu, Stevanny Shi melihat sebuah wajah yang sangat familiar. Wajah itu sangat tampan, jadi pantaslah hanya pernah melihatnya sekali ia langsung ingat sosok pemilik waajahnya. Hanya saja, wanita itu sama sekali tidak menyangka dia akan datang kemari secepat ini.

Fransiska Yin bilang keluarga Brandon Chu sangat berkuasa di Italia. Apakah kekuasaan ini sekarang sudah meluas ke Kota A?

Tanpa berandi-andai lebih lanjut, si wqnaita membuka pijntu. Brandon Chu, yang ada di luar, sama sekali tidak terkejut melihat sosok Stevanny Shi. Pria itu hanya melongokkan kepala untuk mencari bayangan tubuh Fransiska Yin di dalam apartemen.

“Lagi mandi.” Melihat nafas Brandon Chu yang tergesa-gesa serta pakaiannya yang berantakan, Stevanny Shi merasa pria ini baru tiba dari Italia. Mendengar si wanita bilang wanita yang dicarinya tengah mandi, kekhawatiran di wajah si pria berangsur-angsur tergantikan oleh kelegaan. Tetapi, di tengah kelegaan itu tiba-tiba muncul ekspresi ragu-ragu.

“Aku hanya…...” Brandon Chu ingin menjelaskan bahwa dia datang kemari bukan karena sengaja mencari Fransiska Yin. Pria itu sebatas mengkhawatirkannya saja. Namun, sebelum ia selesai berbicara, wanita yang dicari sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang dibungkus handuk. Fransiska Yin pertama menatap Stevanny Shi, lalu mengalihkan pandangannya dan terkejut dengan kehadiran Brandon Chu.

Sedikit kekesalan muncul di hati Fransiska Yin. Bisa menemukannya dengan begitu cepat, Brandon Chu pasti sudah menugaskan orang untuk selalu membuntutinya. Tetapi, di samping kekesalan, hatinya juga agak tersentuh. Si pria bisa bertindak begini karena perhatian dan khawatir padanya.

Selama empat tahun Fransiska Yin tinggal di Kota A, Brandon Chu juga membantunya menyembunyikan urusan percintaan dari Mario Yin. Si wanita kadang mengatai-ngatai dirinya sendiri. Ia tahu perasaan Brandon Chu padanya, namun ia malah menggunakan rasa sukanya itu untuk menyembunyikan rasa sukanya pada pria lain. Tindakan iini jelas terasa sangat menyakitkan buat Brandon Chu.

Wanita itu di satu sisi merasa bersalah, sementara di sisi lain menerima ketertarikannya.

“Eh, kamu kemari.” Fransiska Yin berkata datara sembari berjalan ke arah ruang tamu. Brandon Chu bisa mendengar ketidaksenangan menjadi perasaan utama dalam nada bicaranya.

“Bisakah kamu membiarkan aku dan Fransiska Yin mengobrol berdua? Sebentar saja.” Brandon Chu bertanya pada Stevanny Shi yang masih berdiri di depan pintu. Raut wajahnya menyiratkan kerendahan hati dan permohonan.

Stevanny Shi menatap wajah tulus Brandon Chu, lalu menatap wajah Fransiska Yin. Dirinya tidak punya alasan untuk bilang tidak.

“Temani ia baik-baik. Kurasa ia belum makan.”

“Aku paham, terima kasih.” Si pria memiringkan badan untuk memberi jalan pergi bagi si wanita.

Stevanny Shi menatap Fransiska Yin sekali lagi. Yang ditatap mengangguk dan memberikan tatapan yang menenangkan hati yang menatap. Bagus, sosok Brandon Chu telah muncul. Dia adalah orang yang lebih mahir mengontrol Fransiska Yin.

Setelah Stevanny Shi pergi, si pria menutup pintu dan berjalan ke sisi si wanita. Jelas-jelas jarak mereka tidak jauh, ia malah merasa setiap langkahnya amat berat.

Brandon Chu tadi sempat menghubungi ponsel Fransiska Yin, namun ponsellnya berada dalam keadaan mati. Dengan khawatir, pria itu pun menghubungi penanggungjawab tim orkestra untuk menanyakan situasi si wanita. Dari si penanggungjawab, ia baru tahu Fransiska Yin tidak berpartisipasi dalam pertunjukkan kali ini.

Pada momen itu, Brandon Chu langsung menebak alasan si wanita kembali ke China adalah untuk datang ke Kota A. Ia semula ingin melepaskannya, sebab ia merasa telah melakukan semua yang perlu dilakukan. Jika Fransiska Yin masih ingin datang kemari, ia tidak bisa apa-apa.

Sungguh, membuat seseorang yang tidak mencintaimu jatuh cinta kepadamu lebih sulit daripada membangunkan seseorang yang berpura-pura tertidur.

“Aku sudah berpesan pada penanggungjawab tim orkestra. Jika sewaktu-waktu kakakmu meneleponnya, ia akan bilang kamu tidak punya banyak waktu untuk bermain ponsel.” Brandon Chu duduk di tempat yang berjarak satu meter dari Fransiska Yin. Melihat rambut basahnya tidak juga dikeringkan, ia menghela nafas dan pindah duduk ke sebelahnya, lalu mengambil handuknya dan mengelap-ngelap rambutnya.

Fransiska Yin dalam hati terkekeh. Branodn Chu selalu setia membantunya menyembunyikan perkara cinta dari Mario Yin. Yang kali ini tidak terkecuali.

“Terima kasih.” Si wanita menunduk dan berucap terima kasih. Menunduk membuatnya tidak bisa melihat ekspresi wajah si pria, namun ia bisa merasakan aura ketidakberdayaannya.

“Seorang anak panti asuhan bernama Butterfly menderita leukemia. Dia tidak juga menemukan donor sumsum tulang yang cocok, jadi kepala rumah sakit bilang hidupnya sebentar lagi akan berakhir. Aku kemari untuk menemuinya.” Fransiska Yin menjelaskan. Ia merasa Brandon Chu telah sangat membantu dirinya, jadi ia juga harus menjelaskan hal yang tengah dilakukannya. Dengan begitu, kesalahpahaman di antara mereka bisa dicegah.

Lagiupula, mereka telah bertunangan. Sebagai calon suaminya, pria itu berhak tahu semua jadwal perjalanannya berikut tujuannya.

Gerakan tangan Brandon Chu mengkaku. Pria itu tidak menyangka Fransiska Yin akan memberi penjelasan padanya. Ia tahu, Fransiska Yin setuju untuk bertunangan dengannya hanya karena ingin menurut pada Mario Yin. Atau, lebih tepatnya, dia sekalian mencari alasan untuk mengubur penantiannya terhadap Ethan Chen.

Tidak peduli apa saja alasannya, Brandon Chu tidak mempermasalahkan. Selama Fransiska Yin ada di sisi, ia sudah merasa tercukupi.

“Bagaimana kalau aku coba donor?” Si pria melanjutkan gerakan tangannya. Ruangan tempat mereka berada ada dingin, sementara pakaian si wanita agak tipis. Jika ia tidak mengeringkan rambutnya dengan cepat, dia bisa masuk angin.

“Sudah terlambat. Penyakit Little Butterfly sudah berlangsung untuk waktu yang lama.” Nada suara Fransiska Yin sangat pasrah. Andai bisa menerima perawatan sejak awal, mungkinkah situasi sekarang akan berbeda seratus delapan puluh derajat?

Melihat kesedihan di wajah Fransiska Yin, Brandon Chu ikut sedih.

Mereka berdua terhitung tumbuh besar bersama. Meski Fransiska Yin dulu ikut Mario Yin tinggal di Inggris, karena keluarga Yin sudah lama bersahabat dengan keluarga Chu dan karena telah ditinggal kedua orangtua, Fransiska Yin setiap liburan selalu dititipkan di rumah kediaman keluarga Chu. Perasaan di antara mereka pun dikembangkan setiap masa liburan itu.

Kala itu, Fransiska Yin benar-benar merupakan wanita yang tidak takut pada apa pun. Mereka melakukan berbagai tindakan buruk secara bersama-sama, namun di hadapan senior-senior keluarga Chu, si wanita selalu tampil sebagai gadis penurut. Selama masa-masa itu, Brandon Chu selalu menutupi tindakan-tindakan buruknya. Sekalinya menutupi, waktu tanpa disadari berjalan dua puluh tahun. Menyembunyikannya segitu lama, Brandon Chu tidak pernah komplain.

Fransiska Yin berani, percaya diri, dan pintar. Selain itu, dia juga baik hati, berbakti, dan lucu. Sejak mereka kecil, Brandon Chu pernah melihatnya tertarik pada seorang lawan jenis.

Sampai kemudian Fransiska Yin datang ke Kota A bersama Leon Gu dan berpura-pura menjadi kekasihnya…… Sekembalinya ke Kota S, kepribadian dan gerak-gerik si wanita berubah drastis. Waktu itu, Brandon Chu tidak tahu bahwa perubahan ini disebabkan karena dia menaksir seseorang. Ia sedari dulu selalu berpikir bahwa ketika waktunya tepat, Fransiska Yin akan menikah dengannya dan mereka akan hidup bahagia.

Ketika Fransiska Yin menghilang selama jangka waktu tertentu, semua orang mengira dia kembali ke Italia. Sewaktu bersiap menyusulnya ke sana, Brandon Chu baru tahu bahwa dia sebenarnya menetap di Kota A. Pada titik itu, si pria baru tahu bahwa seorang pesaing cinta telah muncul.

Sayang, semuanya sudah terlambat untuk dicegah. Setibanya si pria di Kota S, si wanita dengan gembira bercerita bahwa dia bertemu seseorang yang jadi cinta pada pandangan pertamanya. Dengan penuh keyakinan, Fransiska Yin bilang ingin membangun bahtera rumah tangga dengan orang itu.

Brandon Chu kala itu merasa dirinya seperti tersambar petir di siang bolong. Ia dalam hati protes keras. Dia bilang dia bertemu cinta pada pandangan pertamanya. Jadi, dia telah mengabaikan perasaan yang terjalin di antara mereka selama dua decade?

Brandon Chu, yang selalu tidak bisa menolak permintaanya, untuk sementara waktu pun setuju untuk menyembunyikan urusan ini dari Mario Yin.

Ia pikir, setelah sudah bosan berhubungan dengan pesaing cintanya, Fransiska Yin akan sadar siapa yang sebenarnya mencintai dia dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain, dia dalam waktu dekat akan kembali ke sisinya. Nyatanya, penantiannya itu malah berdurasi empat tahun.

“Fransiska Yin, kita keluar makan yuk?” Merasa rambutnya kurang lebih sudah cukup kering, si pria mengajak si wanita melakukan aktivitas lain.

Tiba-tiba, Fransiska Yin meraih lengan Brandon Chu. Kepalanya, yang daritadi menunduk, kini terangkat dan pandangannya menemui pandangan tajam Brandon Chu. Dalam tatapan pria di sampingnya, Fransiska Yin bisa melihat pengharapan yang amat kuat.

“Brandon Chu, bisakah kamu mengawasiku dengan ketat? Setelah aku bertemu Butterfly, bawa aku pulang dan jangan pernah izinkan aku kembali, oke?”

Kata-kata ini berbekas mendalam di hati si pria. Telapak tangan dirinya, yang digenggam telapak tangan si wanita, bisa merasakan suhu dingin yang terpancar.

“Kalau kamu nanti menganggapku kejam bagaimana?” Brandon Chu berusaha keras untuk membuat nada bicaranya sesantai mungkin. Sembari berkata, pria itu mengencangkan pegangan tangan mereka berdua biar panas tangannya bisa terpancar ke tangan si wanita. Dengan begitu, tangan yang sedang bergenggaman dengan tangannya ini bisa menjadi lebih hangat.

“Kamu boleh sedikit kejam, kok.” Fransiska Yin sama sekali tidak sedang bercanda.

Brandon Chu terdiam, lalu tersenyum tipis. Ia menepuk-nepuk kepala tunangannya dan mengalihkan pembicaraan: “Cepat ganti pakaiaan. Aku mau mengajakmu makan malam.”

Yang diperintah gigit-gigit bibir. Mau ganti pakaian apa coba? Kopernya saja tidak terbawa kemari.

“Koperku tidak sengaja tertinggal di taksi……” Fransiska Yin tidak ingin peristiwa ia menjumpai Ethan Chen diketahui oleh Brandon Chu. Jika ingin meredakan rasa terlukanya, ia sebisa mungkin tidak boleh membahas hal-hal yang akan membuatnya tidak senang.

Demi dirinya, si wanita tahu Brandon Chu sudah berubah drastis. Dia seharusnya mengambil alih kekuasaan keluarga Chu di Italia. Hanya karena Mario Yin menceritakan kekhawatirannya dalam menyerahkan saudara perempuannya pada keluarga yang tidak sepenuhnya bersih, dia selangkah demi selangkah memberantas orang-orang yang tidak lurus di keluarganya. Semua dia lakukan hanya untuk memperoleh anggukan Mario Yin.

“Benar-benar ceroboh. Kalau begitu, beli pakaian dulu atau makan dulu?” Brandon Chu terkekeh ringan.

“Pergi makan dulu, lalu pergi ke mal. Berhubung besok akan berjumpa anak-anak panti asuhan, aku di mal ingin sekalian memberi hadiah untuk mereka.” Tanpa sadar, si wanita telah mengeratkan jari-jari tangannya ke jari-jari tangan si pria. Ini adalah kekompakan yang terbentuk setelah mereka saling berinteraksi dalam jangka waktu yang lama. Kekompakan ini tidak bisa dibuat dengan orang yang hanya berinteraksi dengannya selama empat tahun.

Sampai sekarang, Brandon Chu percaya bahwa suatu hari nanti Fransiska Yin akan menoleh dan menyadari keberadaannya di belakang. Ia lalu ingin mencintainya dan membuatnya bahagia setiap saat.

“Kalau begitu, ada mantel di sini? Pakaianmu setipis itu, kalau kena flu siapa yang iba selain aku?” Setiap flu, wanita ini tidak pernah mau minum obatg atau diinfus. Dia selalu memilih untuk berbaring seharian dengan keringat dingin. Setiap siklus itu berulang, dia selalu meminta Brandon Chu untuk menungguinya di sisi dan memberikan berbagai perintah padanya.

Fransiska Yin menampilkan senyum yang telah lama hilang di wajah. Si wanita mengangguk, lalu berjalan ke tempat tidur dan mengambil mantel bekas Stevanny Shi. Setelah memakainya, dia berlari keluar dan memegang erat lengan Brandon Chu.

Fransiska Yin sekarang berpikir untuk menseriusi kebaikan hati Brandon Chu. Jika dibandingkan dengan relasi dirinya dan Brandon Chu yang berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun, relasinya dengan Ethan Chen yang hanya berlangsung empat tahun tidak ada apa-apanya.

Si pria melepaskan pegangan tangan si wanita. Sebelum dia bereaksi, ia sudah meletakkan satu tangannya di pinggang dia dan membuatnya sedikit lebih menempel padanya.

Brandon Chu membungkuk dan mengecup jidat Fransiska Yin. Aura khasnya pun segera menyelimuti tubuh wanita itu. Fransiska Yin tidak menghindar, atau lebih tepatnya tidak punya waktu untuk menghindar, juga tidak menolak kecupannya. Merek telah bertunangan, jadi cepat atau lambat akan menikah. Alhasil, hal-hal yang lebih intim dari sekadar kecupan pun cepat atau lambat akan mereka lakoni.

Biarlah Brandon Chu menjaganya dengan ketat, entah tubuhnya mau pun hatinya.

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu