Diamond Lover - Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
Benak Emily Gu bergemuruh. Walau sedari awal sudah tahu bahwa Javiar Pei akan berpasangan dengan Jade Song, ketika pria itu bilang sendiri bahwa dia ingin memacari si wanita dan menantikan ucapan selamatnya, sekujur tubuhnya tetap mengkaku. Ia merasa dirinya seperti kena sambaran petir.
Waktu berlalu cukup lama, pikirannya belum juga bisa pulih.
Javiar Pei sendiri tahu bercandanya agak kelewatan. Pemandangan Emily Gu yang linglung ini membuatnya bingung harus berbuat apa.
“Aku……”
“Selamat ya kalian.” Emily Gu melontarkan tiga kata ini dengan susah payah. Si wanita juga sadar bahwa perkataan ini adalah perkataan tersulit yang pernah ia ucapkan sejak punya ingatan. Ia merasa proses pengucapannya nyaris membunuhnya!
Javiar Pei, yang awalnya ingin memberi klarifikasi, menelan semua kata-kata yang telah disiapkan. Gila, Emily Gu ternyata sungguh-sungguh mengucapkan selamat!
“Terima…… terima kasih.” Tangan si pria mengepal di sisi yang tidak terlihat oleh si wanita.
Melihat Emily Gu menaiki dan melajukan mobil dengan tenang, Javiar Pei terdiam di tempat. Pria itu baru sadar bahwa dalam urusan cinta, ketika jelas-jelas sudah melukai diri sendiri, seseorang tetap bisa mempertahankan egonya. Seseorang itu adalah dirinya sekarang.
Raut Emily Gu barusan membuat dirinya, yang awalnya ingin bercanda, jadi sangat risih.
Si wanita mengemudikan mobil kembali ke rumah kediaman keluarga Gu. Biasanya butuh lebih dari setengah jam untuk tiba di tujuan, wanita itu hari ini hanya membutuhkan waktu sepuluh menit! Tanpa disadari, ia tadi telah melajukan mobil dengan sangat kencang. Ketika mobil sudah berhenti di tempat parkir, kalimat “menunggu ucapan selamatmu” masih terngiang di benaknya.
Ternyata, cinta seseorang bisa dipindah-pindahkan dengan teramat cepat. Ia baru bilang bahwa ia tidak bisa berpasangan dengannya, dia malah langsung menemukan orang berikutnya. Selemah inikah ketertarikan Javiar Pei padanya? Jadi, ia selama ini hanya dianggap sebagai satu dari banyak wanita yang bisa dipacari?
Setelah duduk di dalam mobil untuk waktu yang lama, Emily Gu akhirnya terpikir sebuah jawaban. Ia sudah menolak Javiar Pei sebanyak dua kali, lalu orang yang punya harga diri tinggi macam dia pasti akan berusaha mempertahankan kehormatannya. Alhasil, mungkin karena tahu bahwa dirinya masih punya kesan baik soal dia, dia pun meminta ucapan selamatnya sesegera mungkin.
Tidak peduli lah…… Yang jelas, dirinya tidak akan mengenang-ngenang Javiar Pei lagi.
Valerie Pei, yang tengah berjalan ke vila utama untuk makan, melihat sosok Emily Gu di dalam mobil. Wanita itu menyuruh Leon Gu untuk membawa Ellie lanjut berjalan, sementara dirinya sendiri menghampiri mobil dan mengetuk-ngetuk jendelanya.
Emily Gu, yang sedang berada dalam kondisi linglung, dibuat terkejut oleh suara ketukan. Menyadari bahwa yang mengetuk adalah Valerie Pei, wanita itu pun membuang nafas lega.
Emily Gu turun dari mobil. Wajahnya masih tidak bisa menyembunyikan kedukaan.
“Ada apa? Urusan apa yang tidak lancar? Kok bisa-bisanya kamu cemberut begini?” Valerie Pei meraih bahu Emily Gu dan mengajaknya jalan ke vila utama.
“Kakak Ipar, aku ingin memberitahumu sesuatu. Kamu janji akan membantuku merahasiakannya, oke?” Hari dimulainya semester makin dekat. Selain Javiar Pei, saat ini belum ada siapa pun yang tahu rencananya untuk melanjutkan kuliah. Ia sendiri juga tidak tahu bagaimana harus mengabarkannya, terutama ke ayah dan ibu.
Si kakak ipar menoleh ke adik iparnya. Gadis ini tengah memusingkan apa coba?
“Baik, aku akan jaga rahasia.”
“Aku baru saja memesan tiket pesawat ke Amerika Serikat.”
“Mau jalan-jalan kesana? Mengapa kamu tidak pernah mengajak aku dan Leon Gu?”
“Bukan, mau melanjutkan kuliah. Aku diterima kuliah di sana.”
“Apa?” Valerie Pei mengira dirinya salah dengar. Ia sebelumnya belum pernah mendengar Emily Gu bicara tentang mendaftar ke universitas luar negeri. Kok dia sekarang tahu-tahu sudah dapat email penerimaan?
“Sssttt—” Adik ipar buru-buru menutup mulut kakak ipar. Ia takut ada orang yang mendengarkan percakapan mereka. Kalau percakapan ini sampai ke telinga kakek, ayah, dan ibu, keberangkatannya hampir pasti bakal dibuat batal.
Valerie Pei dengan cepat memberi gestur yang menunjukkan bahwa dirinya tidak akan bciara dengan keras lagi. Wanita itu kemudian membawa Emily Gu ke tempat yang tidak mungkin dilewati siapa-siapa. Wajahnya penuh dengan ekpresi terkejut.
“Kamu cerita padaku bukan karena kamu ingin mengajakku bersama-sama menyembunyikan ini selamanya kan……” Valerie Pei merasa urusan ini agak serius. Jika Emily Gu berangkat tanpa pamit, rumah kediaman keluarga Gu pasti akan ribut-ribut. Henry Gu juga pasti akan menyuruh semua orang mencari keberadaan Emily Gu.
Valerie Pei merasa situasi ini sangat keliru.
“Bukan kok. Aku cerita padamu karena aku ingin membantumu memikirkan cara membujuk mereka untuk setuju. Kamu tahu kan ibuku mengharapkan aku segera mencari sebuah keluarga yang baik dan menikah dengan prianya. Tetapi, coba kamu tengok ke sekeliling, keluarga apa lagi yang lebih baik daripada keluarga Gu?” Emily Gu bercerita pelan.
Ia merasa ibunya sangat menyebalkan. Keluarga Gu juga mampu untuk menghidupi dirinya kok, mengapa dia bersikeras ingin dirinya segera menikah?
“Bibi Ketiga itu hanya mengkhawatirkanmu. Kamu tumbuh besar di bawah pengasuhan mereka, namun mereka sekarang sudah tua, jadi mereka berharap kamu bisa menemukan seseorang yang akan menggantikan peran mereka padamu. Itulah yang membuat mereka terus mendesak.” Valerie Pei, yang sudah jadi ibu, bisa lebih memahami tingkah Bibi Ketiga.
Ia dan Leon Gu sekarang bahkan sudah mulai mengkhawatirkan masa depan Ellie. Mereka bahkan sempat berdiskusi, jika Ellie tidak bisa menemukan orang yang memperlakukannya dengan sebaik mereka, Ellie akan diminta untuk tinggal di sisi mereka seumur hidup.
Namun, si anak bagaimana pun juga lebih muda dari mereka. Jadi, dirinya dan Leon Gu tidak mungkin bisa menemani Ellie hingga akhir hayat. Cara satu-satunya untuk menjamin kebahagiaan dia ya mencari seseorang yang bisa melanjutkan peran mereka.
Bibi ketiga pasti punya pemikiran serupa.
Ini adalah pertama kalinya Emily Gu dijelaskan tentang itu. Masuk akal, tetapi dirinya sekarang benar-benar belum mau menikah. Wanita itu ingin melatih dirinya sendiri dulu. Ia yakin, kebahagiaan dan masa depannya tidak harus digantungkan pada seorang pria.
Ia bisa menggantungkan keduanya pada dirinya sendiri, ya kan?
“Kakak Ipar, persis karena selalu dirawat dan dimanjakan oleh ayah dan ibu, aku jadi tidak tahu bagaimana situasi masyarakat yang sesungguhnya. Aku seperti sebuah bunga rumah kaca yang terlindungi dengan baik dari angin dan hujan. Aku tidak ingin, ketika rumah kaca ini lenyap di masa depan, aku jadi kewalahan mengatur kehidupan baruku. Kakak Ipar, kamu bisa memahami perasaanku kan? “Emily Gu bicara dengan hati-hati.
Waktu baru masuk keluarga Gu, Valerie Pei juag mirip sebuah bunga rumah kaca. Setelah kehilangan perlindungan dari keluarga Pei, hidupnya menjadi sangat sulit dan melelahkan. Tetapi, dengan kemauan untuk terus belajar dan berjuang, ia akhirnya mampu menyesuaikan diri dengan dunia yang sesungguhnya
Valerie Pei mengangguk dalam diam. Perasaannya yang dialaminya dulu seharusnya mirip dengan perasaan si adik ipar saat ini. Tersentuh dengan niatan baik Emily Gu, si wanita menyetujui rencananya dan bersedia membantunya membujuk para anggota keluarga untuk ikut setuju.
Bisa mendapat persetujuan dari Valerie Pei tandanya juga akan mendapat persetujuan dari Leon Gu. Selanjutnya, dengan persetujuan Leon Gu, Henry Gu juga akan menutup mata dan bilang “iya”. Selanjutnya lagi, jika kakek sudah setuju, ayah dan ibu tidak akan banyak menginterupsi……
Angan-angan Emily Gu begitu indah. Hanya saja, dalam pelaksanaannya, ia baru menyadari semua tahapannya cukup sulit.
Di tengah makan malam, Emily Gu dan Valerie Pei bertukar pandang beberapa kali. Si adik ipar memutuskan untuk menyampaikan rencananya ini di momen tersantai keluarga Gu.
Leon Gu, yang menyadari “interaksi rahasia” antara Valerie Pei dan Emily Gu, menyenggolkan kaki ke kaki istrinya itu dan berbisik, “Apa yang kamu bicarakan dengan Emily Gu?”
Yang disenggol terhenyak. Interaksinya dengan Emily Gu seeksplisit itu kah? Gila, Leon Gu saja bisa mengetahuinya!
“Tidak…… Bukan sesuatu yang penting.” Valerie Pei menyantap makanan dengan perasaan bersalah. Perkara sebesar ini mana bisa dibilang bukan sesuatu yang penting coba?
“Emily Gu belakangan lagi banyak masalah……” Tanpa berpikir lebih jauh, si pria menghabiskan makanan.
Di sisi seberang, Emily Gu, yang sudah selesai makan, bergerak-gerak dengan gelisah di kursinya. Wanita itu lalu berbatuk dan membuka percakapan dengan suara pelan: “Kakek, ayah, ibu, ada sesuatu yang ingin aku utarakan ke kalian.”
Para anggota keluarga ingat terakhir kali Emily Gu bilang kalimat serupa adalah ketika dia mengumumkan hubungannya dengan Javiar Pei. Mereka cukup terkejut dengan kabarnya, namun di kemudian hari tahu bahwa kabar itu palsu. Dengan kabar sebelumnya yang mengagetkan, mendengar Emily Gu bicara seperti barusan, baik Henry Gu mau pun anggota-anggota keluarga lain sama-sama menebak dia akan melontarkan sesuatu yang bombastis lagi. Kali ini, omongannya bakal tentang apa nih……
“Silahkan.” Si kakek meletakkan sumpit dan menjawab dengan ringan.
Mendapat persetujuan Henry Gu, si wanita menatap ayah dan ibunya, kemudian berbicara dengan jantung yang berdebar kencang.
“Aku diterima di sebuah universitas di Amerika Serikat. Semester barunya akan segera dimulai, jadi aku sudah membeli tiket pesawatnya. Aku akan berangkat dalam tiga hari……” Suara Emily Gu lama-kelamaan jadi pelan. Wanita itu juga menyadari tatapan kedua orang tuanya yang menyiratkan ketidaksetujuan.
Leon Gu mengangkat alisnya, meletakkan tangan Valerie Pei ke tangannya sendiri, dan meremasnya dengan niat menghukum.
“Ini yang kamu dan Emily Gu sembunyikan dariku?” Si pria bertanya pelan. Berhubung perhatian semua anggota keluarga tengah terarah ke Emily Gu, tidak ada seorang pun yang memerhatikan interaksi mereka.
Si istri tersenyum dan merespon, “Aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu.”
“Jika Emily Gu tidak mengatakannya, aku tidak bakal tahu soal ini.” Si suami tidak larut dalam kata-kata mesra sang istri. Ia menebak, Emily Gu pasti sudah meminta bantuan Valerie Pei untuk membantunya melakukan lobi, makanya dia berani untuk bertindak duluan baru melapor. Dalam hal ini, adiknya itu sudah beli tiket pesawat duluan, baru cerita soal penerimaannya di universitas.
Valerie Pei memegang tangan Leon Gu dengan kedua tangan dan memohon: “Suamiku, kita berada di posisi yang sama, kan?”
Tulang-tulang terasa rapuh begitu mendengar panggilan “suamiku”. Ketidaksetujuan pria itu seketika lenyap.
“Dalam urusan rumah, pendapat istriku sepenuhnhya mewakili pendapatku.”
Emily Gu sedari awal mungkin sudah menebak bahwa Leon Gu akan semudah ini sepakat dengan Valerie Pei……
Masalahnya, tidak semua orang bisa mengiyakan keputusannya semudah Leon Gu. Sejujurnya, selain karena ingin mengikuti pendapat istrinya, Leon Gu juga paham bahwa adiknya itu ingin tumbuh menjadi kuat. Pergi ke luar negeri dan melatih diri di sana untuk jangka waktu tertentu ia pikir merupakan sesuatu yang cukup bagus.
“Aku tidak setuju.” Sally Wen menjadi penentang pertama. Putrinya ini sudah ia manjakan selama dua puluh dua tahun. Jika dia pergi ke luar negeri dan tinggal sendirian di sana, wanita paruh baya itu setiap hari pasti akan mengkhawatirkannya.
“Aku juga tidak setuju. Emily Gu, sejak kapan kamu belajar untuk bertindak dulu dan melapor kemudian?” Ayah selalu baik pada Emily Gu. Hari ini bisa dikatakan kali pertamanya marah seperti ini pada dia.
Si anak tahu bahwa berkuliah di luar negeri memang bukan sesuatu yang mudah. Ia diam-diam mengalihkan pandangan ke Valerie Pei. Melihat arah tatapan anaknya, Sally Wen jadi mengganggap Valerie Pei sebagai provokator.
“Valerie Pei, jadi kamu yang menghasut Emily Gu untuk kuliah ke luar negeri?” Sally Wen memiliki sikap yang keras soal kepergian anak ke luar negeri. Jadi, tanpa memedulikan keberadaan Leon Gu, ia berani bertanya sejudes ini pada Valerie Pei.
Mendengar kata “menghasut”, Leon Gu seketika jadi tidak senang. Sesama anggota keluarga mengapa harus bicara pakai kata-kata yang sinis sih?
“Ibu, kuliah ke luar negeri adalah ideku sendiri. Aku barusan juga baru menceritakannya ke Kakak Ipar. Berhentilah menuduhnya yang tidak-tidak.” Emily Gu bisa melihat ketidaksenangan dan ketidakterimaan Leon Gu. Ia tidak ingin melihat Valerie Pei, yang selama ini sangat baik padanya, mendapat tuduhan yang tidak berdasar.
“Emily Gu, kamu berbeda dari Valerie Pei. Kamu dulu sangat penurut, mengapa sejak bergaul dengan Valerie Pei jadi pembantah begini? Dulu kamu punya hubungan palsu dengan Javiar Pei, sekarang kamu berinisiatif untuk mendaftar ke universitas asing!”
Valerie Pei, yang duduk di sebelah Leon Gu, merasakan niat kuat suaminya untuk melindungi istri. Demi mencegah keadaan menjadi lebih buruk, wanita itu menepuk tangannya dengan pelan untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
“Kakek, aku merasa inisiati Emily Gu sangat tepat. Keluarga Gu pun tidak butuh menggunakan pernikahan untuk meningkatkan pengaruh dan kekuasaan. Berhubung Emily Gu ingin melatih diri, maka berilah dia kesempatan.” Mendengar perkataan ini, Valerie Pei tahu bahwa Leon Gu sengaja berkomentar begini karena tidak senang dengan tuduhan Bibi Ketiga padanya.
Novel Terkait
My Beautiful Teacher
Haikal ChandraLoving Handsome
Glen ValoraUnplanned Marriage
Margery1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)