Diamond Lover - Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
“Mengapa?” Emily Gu bertanya lagi. Setelah bertanya, ia merasa pertanyaan ini terlalu bodoh. Dengan gerak-gerik Jade Song sekarang, ia seharusnya bisa melihat bahwa dia menyukai Javiar Pei. Wanita itu tidak pandai dalam menyembunyikan perasaan, khususnya di hadapan seorang teman.
Jade Song mengambil botol bir yang barusan dibeli. Ia membuka kaleng, lalu menegaknya.
“Kamu masih menyukainya?” Dari perkataan pria barusan, selama Jade Song berpacaran dengannya, si wanita selalu memikirkan pria lain. Apakah pria lain ini adalah Javiar Pei? Kalau bukan, lantas siapa?
Jade Song mengangguk dengan ekspresi pahit.
“Ia sangat baik, bagaimana mungkin aku tidak menyukainya?” Wanita itu akhirnya memutuskan untuk berusaha membujuk Emily Gu. Jika bisa berpasangan dengan Javiar Pei, ia tidak perlu takut pada Valerie Pei. Si pria secara alami akan melindunginya.
Lagipula, bujukannya ini tidak bisa diartikan sebagai menyakiti Emily Gu. Jadi, orang-orang keluarga Gu tidak punya alasan untuk mengambil sikap bermusuhan padanya.
Emily Gu terdiam. Ia tahu bahwa Jade Song selalu tegas dalam membuat keputusan untuk mencintai atau membenci seseorang. Namun, dengan pengakuannya bahwa dia mencintai Javiar Pei, ia tidak tahu driinya harus senang karena Jade Song menemukan seseorang yang disukai atau harus merasa terluka. Bagaimana tidak, ia dan teman baiknya jatuh cinta pada pria yang sama.
“Bila suka, kamu kejar saja. Kalau suka dengan Javiar Pei, mengapa kamu menjalin hubungan dengan pria barusan? Ini tidak sesuai dengan gayamu.”
“Bagaimana mungkin aku tidak pernah mengejarnya? Kamu tahu, aku dulu-dulu tidak perlu mengejar orang lain. Akibatnya, aku tidak tahu bagaimana harus mengejarnya. Aku sudah memberitahunya bahwa aku suka dengannya, juga udah melakukan semua yang menarik perhatian pria, namun ia masih menolakku.” Jade Song bercerita dengan putus asa. Wajahnya kehilangan sinar yang biasanya selalu ada.
Di hadapan cinta, Jade Song juga orang yang mengemis-ngemis. Tidak peduli seberapa tinggi dirinya menilai diri sendiri, demi bisa bersatu dengan orang yang dicintai, wanita itu rela melepaskan semuanya.
“Aku ingin bilang, aku tidak harus berpasangan dengan Javiar Pei, jadi aku berkencan dengan orang itu. Baru sebentar menjalin hubungan dengannya, aku tersadar bahwa aku terus melihat bayangan tubuh Javiar Pei di mana-mana. Aku pun kabur darinya, sampai ia barusan menemukanku.”
Emily Gu merangkul Jade Song dan membiarkannya bersandar di bahunya. Dalam waktu singkat, teman baiknya ini sudah mengalami banyak hal. Ia sendiri tidak mengetahui satu hal pun.
“Sebenarnya, Javiar Pei tidak memiliki sesuatu yang layak kamu kejar sampai begini rupa……” Wanita pertama tidak tahu bagaimana harus menghibur wanita kedua. Dalam benaknya, Jade Song adalah seorang wanita yang bijaksana, jadi dia tidak mungkin menyakiti dirinya sendiri demi perasaan. Dia, yang sangat paham cara melindungi diri sendiri, sekarang nampak bagai binatang kecil yang sekujur tubuhnya memar. Hati Emily Gu sedih.
“Aku tidak peduli dengan layak atau tidak layak. Pokoknya, aku cinta dia.” Jade Song menggelengkan kepala. Di arah di mana Emily Gu tidak bisa memerhatikannya, tatapannya mendingin.
Dalam cinta, wanita selalu jadi pihak yang tidak rasional. Mendengar bujukan Emily Gu, Jade Song tidak menganggapnya sebagai sebuah penghiburan. Ia ingin Emily Gu melepaskan Javiar Pei, lalu ia bisa mencari kesempatan untuk mendekatinya!
“Kamu sungguh mencintainya, bahkan jika semua orang menentangmu?”
“Bila tidak berpasangan dengannya, hidupku tidak punya pengharapan apa pun.”
Emily Gu paham bahwa Jade Song bukan orang yang suka melebihkan kata-kata. Jika dia lajang seumur hidup gara-gara ini, bagaimana bisa dirinya tidak mengkhawatirkannya?
“Kak Song, mari aku antar kamu pulang. Angin malam lumayan dingin, aku khawatir kamu flu.” Wanita pertama memapah wanita kedua untuk mengajaknya berjalan.
Namun, Jade Song tetap diam di tempat. Sembari memegang lengan Emily Gu, wanita itu berkata, “Emily Gu, aku tahu kamu juga menyukai Javiar Pei.”
Tangan Emily Gu menegang tanpa sadar. Isi hatinya dibongkar oleh Jade Song dan diucapkan secara blak-blakan begini, hatinya jadi merasa bersalah pada sahabatnya sendiri. Ia pun tidak berani menatap matanya secara langsung lagi.
“Aku……”
“Emily Gu, anggaplah ini permohonan Kak Song untuk yang pertama kali dan yang terakhir kali. Berikan Javiar Pei padaku, oke? Aku tidak mampu hidup tanpanya. Aku sekarang baru sadar bahwa aku sangat mencintainya…...” Air mata Jade Song menetes.
Emily Gu belum pernah melihat sahabatnya ini menangis. Menyaksikan dia begini, ia jadi tidak bingung harus berbuat apa.
“Aku tidak berpasangan dengan Javiar Pei. Aku pun tidak ingin menjadi penghalang di antara kalian. Kamu……” Wanita pertama menopang wanita kedua, yang tubuhnya sudah mau jatuh ke lantai. Pada momen ini, sedikit ketertarikannya pada Javiar Pei lenyap tanpa bekas.
“Tetapi, orang yang Javiar Pei sukai adalah kamu. Aku tahu memintamu memberikan dia padaku adalah sesuatu yang berlebihan, tetapi kamu punya segala hal. Cinta keluarga Gu padamu tidak akan pernah berkurang. Kamu bisa menemukan orang yang lebih mencintaimu. Kalau aku……”
“Ia milikmu, ia milikmu, tidak ada yang mau merebut dia darimu.” Emily Gu memeluk Jade Song. Ia tahu rasa sakit yang terpendam di hatinya. Ayah dan ibu si sahabat bercerai saat kecil, jadi dia tumbuh besar hanya bersama ayahnya. Ironisnya, ayah Jade Song tidak memberikan banyak cinta.
Habis menerima jawaban yang tegas dari Emily Gu, Jade Song perlahan-lahan menenangkan diri. Setelahnya, wanita itu menaiki taksi untuk pulang ke kediaman.
Di dalam taksi, Jade Song naik menyeka air matanya yang sudah hampir kering dengan tisu. Dari kaca spion belakang, ia mengamati sosok Emily Gu yang makin lama makin kecil. Sudut bibirnya terangkat, lalu wanita itu mengeluarkan ponsel dan menelepon sebuah nomor.
“Pekerjaanmu malam ini cukup bagus, uangnya sudah aku transfer. Jangan sampai siapa pun tahu soal sandiwara kita.”
Kelar berbicara, wanita itu mematikan telepon. Dalam persaingan mendapatkan Javiar Pei, wanita itu merasa wajib menang!
Terhadap Emily Gu, hatinya merasa sedikit bersalah. Tetapi, rasa cintanya pada Javiar Pei berhasil mengubur rasa bersalah ini dalam-dalam.
Luka hatinya serasa diteteskan cuka, Emily Gu tidak bisa menerima situasi sekarang dan ingin mencari cara untuk lepas dari semuanya. Wanita itu pun menseriusi rencana untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ia awalnya ragu-ragu dengan rencana ini, namun ia sekarang seratus persen akan mengarahkan diri untuk mempersiapkannya.
Walau Jade Song bilang bahwa dirinya tidak merasa wajib berpasangan dengan Javiar Pei, namun Emily Gu bisa melihat betapa kuatnya keinginan si sahabat untuk mewujudkan itu. Biarlah ia yang mengalah, sahabatnya ini sedari kecil sudah kekurangan cinta!
Tiap menghadapi hal-hal yang tidak bisa diselesaikan, Emily Gu dari dulu memang selalu kabur. Jadi, kisah yang kali ini bukan merupakan sesuatu yang aneh.
Wanita itu memanggil taksi. Namun, tujuan perjalanannya bukan rumah kediaman keluarga Gu.
Berlama-lama berdiri di depan pintu rumah Javiar Pei, Emily Gu belum juga menekan bel. Wanita itu tahu, setelah ia menekannya, kata-kata yang akan ia sampaikan pada si pria bisa jadi kata-kata paling panjang yang pernah ia ucapkan padanya.
Tetapi, keika bel belum juga ditekan, pintu lift terbuka. Sekeluarnya dari lift, Javiar Pei melihat Emily Gu berdiri di depan pintu rumahnya dengan ragu-ragu. Ia tertawa, si wanita belum menyadari kehadirannya.
Setelah insiden Bell, wanita itu belum pernah berinisiatif mendatangi rumahnya dan mencarinya. Dengan kedatangannya saat ini, si pria merasa muncul titik balik yang positif dalam relasi mereka berdua. Ia bisa jadi membawa seorang istri pada kepulangannya berikutnya ke Kota A!
“Mengapa tidak menelepon dulu sebelum datang? Kalau tuan rumahnya tidak sedang di rumah bagaimana?” Si pria berujar pelan sembari berjalan ke sisi si wanita. Pria itu kemudian menekan nomor sandi.
Emily Gu mana menyangka Javiar Pei semalam ini masih ada di luar? Ia tadi naik karena melihat lampu rumahnya menyala. Terus, kemunculannya yang tidak didahului tanda-tanda apa pun ini membuat wanita itu kaget setengah mati.
“Ada beberapa hal yang ingin kukatakan padamu.” Si wanita berdiri diam tanpa berencana untuk masuk.
“Ngobrolnya mau di depan pintu?” Javiar Pei bertanya dengan sedikit meledek. Satu tangannya sudah menekan gagang pintu.
Emily Gu terdiam. Akhirnya, ia melangkahkan kaki memasuki apartemen si pria.
Ketika tadi berjalan melewati Emily Gu, Javiar Pei mencium bau bir di tubuhnya. Dalam benaknya, wanita ini adalah orang yang tidak suka minum bir. Mungkinkah rumor perusahaan baru-baru ini sangat menekannya hingga dia harus minum bir?
Javiar Pei menuangkan segelas air hangat untuk Emily Gu. Di dalamnya, ia sudah memasukkan kapsul vitamin C. Pria itu meletakkan gelas di meja teh.
“Jam segini mencariku, pasti bukan untuk membicarakan urusan kantor, kan?” Javiar Pei duduk di sofa tunggal dengan kaki terlipat. Emily Gu saat ini terlihat agak gelisah, namun penuh ketegasan.
“Benar, memang bukan untuk urusan kantor.” Si wanita mengangkat gelas dan meneguknya. Ah, hangatnya! Air ini membuat tubuh si wanita, yang agak dingin karena ditiup angin malam di pinggir sungai tadi, terasa lebih enak.
“Kalau begitu, kamu ingin membicarakan urusan privat denganku. Hanya ada satu urusan privat di antara kita. Kamu sudah berubah pikiran dan ingin berpasangan denganku?” Jika Emily Gu mengatakan “iya”, Javiar Pei berencana untuk mengubah hubungan mereka jadi hubungan kekasih sekarang juga. Tetapi, jika wanita ini menjawab “tidak”, ia akan langsugn mengusirnya. Sudah menolak satu kali, dia masih menolaknya satu kali lagi. Bukankah tingkahnya ini hanya akan mempermainkan perasaan dirinya?
Gerak-gerik Emily Gu jadi makin gelisah. Ia bahkan tidak berani menatap Javiar Pei. Jika si pria tahu bahwa ia datang ke sini untuk membujuk dia berpasangan dengan Jade Song, mungkinkah dia akan murka?
Namun, yang ia tidak mengerti adalah, sejak kapan Javiar Pei jatuh cinta pada dirinya?
Atau, kapan dirinya mulai mencintai Javiar Pei? Dua pertanyaan ini dari dulu tidak bisa dijawab.
“Aku ingin memberitahumu bahwa aku diterima di sebuah universitas di Amerika Serikat. Aku akan berangkat ke sana secepat-cepatnya.” Ketika baru tiba di depan apartemen Javiar Pei, Emily Gu sempat mengecek emailnya. Dari beberapa universitas yang didaftar, tiga universitas sudah memberikan jawaban yang positif. Wanita itu memilih salah satunya, yakni universitas yang paling tidak terkena pengaruh keluarga Gu.
Si pria terhenyak. Jadi, urusan privat yang si wanita ingin bicarakan dengannya adalah dia akan pergi kuliah ke luar negeri? Apa pentingnya informasi ini buatnya?
Yang membuatnya semakin jengkel adalah ketika ia berpikir bahwa Emily Gu akan kembali menjalin cinta dengannya, wanita ini malah pergi lebih jauh. Pria itu sekarang sungguh ingin menyumpah, sudah lulus kuliah buat apa kuliah lagi sih! Tidak bisakah dia tinggal di sisinya dengan tenang?
“Oh.” Gejolak hati Javiar Pei akhir-akhirnya hanya bisa ditunjukkan dengan satu kata ini.
Emily Gu mengamati wajah si pria. Ia tidak menemukan ekspresi tambahan di wajahnya, mungkin karena dia tidak peduli dengan rencananya untuk lanjut kuliah.
“Sebenarnya, aku ingin bilang, kamu tidak boleh melewatkan gadis-gadis baik di sekitarmu. Ada yang sangat menyukaimu, mengapa kamu tidak menyadarinya? Ketidaksadaranmu bisa jadi akan membuat wanita itu merasa sedih untuk waktu yang lama.” Emily Gu berfirasat Javiar Pei seharusnya tahu siapa sosok yang dimaksud.
Ia bukan siapa-siapa Javiar Pei, jadi tidak bisa menyuruhnya untuk menyukai seseorang atau pun suatu hal. Si wanita hanya bisa mengingatkannya bahwa ada seseorang yang sangat menyukainya, jadi dia tidak boleh melewatkannya.
“Jade Song?” Si pria mengernyitkan alis. Orang yang bisa membuat Valerie Pei berinisiatif membicarakan cinta tidak banyak. Terus, orang ini suka dirinya. Bukankah itu Jade Song?
Tetapi, bukankah dirinya sudah bicara dengan sangat jelas pada wanita itu? Terus, bukankah Jade Song bilang padanya kalau dia sudah punya pacar? Emily Gu mengkhawatirkan perasaan siapa nih jadi?
“Kak Song adalah sahabatku. Aku tidak ingin dia terluka, tolong rawat dia baik-baik.”
“Kamu malam-malam kemari untuk mengatakan ini?” Javiar Pei telah menahan keinginan untuk murka di hadapan Emily Gu. Tetapi, dengan lugunya si wanita malah mengangguk.
Setelahnya, Javiar Pei melepaskan gelas dari tangan Emily Gu, memberdirikannya dari sofa, dan mendorongnya ke luar pintu dengan sangat cepat.
“Emily Gu, walau kita tidak bisa bersama, perasaanku juga tidak bisa dikendalikan olehmu. Aku tidak membutuhkan arahmu untuk mencintai siapa. Silahkan pergi.”
Bang! Baru kelar si pria berbicara, suara pintu ditutup langsung mengikuti. Emily Gu menatap pintu yang tertutup dengan linglung. Ia ragu-ragu sejenak, lalu memutuskan pergi.
Sehabis mengusir Emily Gu, Javiar Pei dengan cepat kembali tenang. Terpikir wanita itu malam-malam begini sendirian di luar, ia mengambil kunci mobil dan melajukan mobilnya keluar kompleks apartemen. Melihat Emily Gu menaiki sebuah taksi, ia mengikutinya taksi itu sepanjang perjalanan……
Novel Terkait
Half a Heart
Romansa UniverseCinta Yang Tak Biasa
WennieGet Back To You
LexyTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelYou're My Savior
Shella NaviDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)