Diamond Lover - Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu

“Mengapa?” Emily Gu bertanya lagi. Setelah bertanya, ia merasa pertanyaan ini terlalu bodoh. Dengan gerak-gerik Jade Song sekarang, ia seharusnya bisa melihat bahwa dia menyukai Javiar Pei. Wanita itu tidak pandai dalam menyembunyikan perasaan, khususnya di hadapan seorang teman.

Jade Song mengambil botol bir yang barusan dibeli. Ia membuka kaleng, lalu menegaknya.

“Kamu masih menyukainya?” Dari perkataan pria barusan, selama Jade Song berpacaran dengannya, si wanita selalu memikirkan pria lain. Apakah pria lain ini adalah Javiar Pei? Kalau bukan, lantas siapa?

Jade Song mengangguk dengan ekspresi pahit.

“Ia sangat baik, bagaimana mungkin aku tidak menyukainya?” Wanita itu akhirnya memutuskan untuk berusaha membujuk Emily Gu. Jika bisa berpasangan dengan Javiar Pei, ia tidak perlu takut pada Valerie Pei. Si pria secara alami akan melindunginya.

Lagipula, bujukannya ini tidak bisa diartikan sebagai menyakiti Emily Gu. Jadi, orang-orang keluarga Gu tidak punya alasan untuk mengambil sikap bermusuhan padanya.

Emily Gu terdiam. Ia tahu bahwa Jade Song selalu tegas dalam membuat keputusan untuk mencintai atau membenci seseorang. Namun, dengan pengakuannya bahwa dia mencintai Javiar Pei, ia tidak tahu driinya harus senang karena Jade Song menemukan seseorang yang disukai atau harus merasa terluka. Bagaimana tidak, ia dan teman baiknya jatuh cinta pada pria yang sama.

“Bila suka, kamu kejar saja. Kalau suka dengan Javiar Pei, mengapa kamu menjalin hubungan dengan pria barusan? Ini tidak sesuai dengan gayamu.”

“Bagaimana mungkin aku tidak pernah mengejarnya? Kamu tahu, aku dulu-dulu tidak perlu mengejar orang lain. Akibatnya, aku tidak tahu bagaimana harus mengejarnya. Aku sudah memberitahunya bahwa aku suka dengannya, juga udah melakukan semua yang menarik perhatian pria, namun ia masih menolakku.” Jade Song bercerita dengan putus asa. Wajahnya kehilangan sinar yang biasanya selalu ada.

Di hadapan cinta, Jade Song juga orang yang mengemis-ngemis. Tidak peduli seberapa tinggi dirinya menilai diri sendiri, demi bisa bersatu dengan orang yang dicintai, wanita itu rela melepaskan semuanya.

“Aku ingin bilang, aku tidak harus berpasangan dengan Javiar Pei, jadi aku berkencan dengan orang itu. Baru sebentar menjalin hubungan dengannya, aku tersadar bahwa aku terus melihat bayangan tubuh Javiar Pei di mana-mana. Aku pun kabur darinya, sampai ia barusan menemukanku.”

Emily Gu merangkul Jade Song dan membiarkannya bersandar di bahunya. Dalam waktu singkat, teman baiknya ini sudah mengalami banyak hal. Ia sendiri tidak mengetahui satu hal pun.

“Sebenarnya, Javiar Pei tidak memiliki sesuatu yang layak kamu kejar sampai begini rupa……” Wanita pertama tidak tahu bagaimana harus menghibur wanita kedua. Dalam benaknya, Jade Song adalah seorang wanita yang bijaksana, jadi dia tidak mungkin menyakiti dirinya sendiri demi perasaan. Dia, yang sangat paham cara melindungi diri sendiri, sekarang nampak bagai binatang kecil yang sekujur tubuhnya memar. Hati Emily Gu sedih.

“Aku tidak peduli dengan layak atau tidak layak. Pokoknya, aku cinta dia.” Jade Song menggelengkan kepala. Di arah di mana Emily Gu tidak bisa memerhatikannya, tatapannya mendingin.

Dalam cinta, wanita selalu jadi pihak yang tidak rasional. Mendengar bujukan Emily Gu, Jade Song tidak menganggapnya sebagai sebuah penghiburan. Ia ingin Emily Gu melepaskan Javiar Pei, lalu ia bisa mencari kesempatan untuk mendekatinya!

“Kamu sungguh mencintainya, bahkan jika semua orang menentangmu?”

“Bila tidak berpasangan dengannya, hidupku tidak punya pengharapan apa pun.”

Emily Gu paham bahwa Jade Song bukan orang yang suka melebihkan kata-kata. Jika dia lajang seumur hidup gara-gara ini, bagaimana bisa dirinya tidak mengkhawatirkannya?

“Kak Song, mari aku antar kamu pulang. Angin malam lumayan dingin, aku khawatir kamu flu.” Wanita pertama memapah wanita kedua untuk mengajaknya berjalan.

Namun, Jade Song tetap diam di tempat. Sembari memegang lengan Emily Gu, wanita itu berkata, “Emily Gu, aku tahu kamu juga menyukai Javiar Pei.”

Tangan Emily Gu menegang tanpa sadar. Isi hatinya dibongkar oleh Jade Song dan diucapkan secara blak-blakan begini, hatinya jadi merasa bersalah pada sahabatnya sendiri. Ia pun tidak berani menatap matanya secara langsung lagi.

“Aku……”

“Emily Gu, anggaplah ini permohonan Kak Song untuk yang pertama kali dan yang terakhir kali. Berikan Javiar Pei padaku, oke? Aku tidak mampu hidup tanpanya. Aku sekarang baru sadar bahwa aku sangat mencintainya…...” Air mata Jade Song menetes.

Emily Gu belum pernah melihat sahabatnya ini menangis. Menyaksikan dia begini, ia jadi tidak bingung harus berbuat apa.

“Aku tidak berpasangan dengan Javiar Pei. Aku pun tidak ingin menjadi penghalang di antara kalian. Kamu……” Wanita pertama menopang wanita kedua, yang tubuhnya sudah mau jatuh ke lantai. Pada momen ini, sedikit ketertarikannya pada Javiar Pei lenyap tanpa bekas.

“Tetapi, orang yang Javiar Pei sukai adalah kamu. Aku tahu memintamu memberikan dia padaku adalah sesuatu yang berlebihan, tetapi kamu punya segala hal. Cinta keluarga Gu padamu tidak akan pernah berkurang. Kamu bisa menemukan orang yang lebih mencintaimu. Kalau aku……”

“Ia milikmu, ia milikmu, tidak ada yang mau merebut dia darimu.” Emily Gu memeluk Jade Song. Ia tahu rasa sakit yang terpendam di hatinya. Ayah dan ibu si sahabat bercerai saat kecil, jadi dia tumbuh besar hanya bersama ayahnya. Ironisnya, ayah Jade Song tidak memberikan banyak cinta.

Habis menerima jawaban yang tegas dari Emily Gu, Jade Song perlahan-lahan menenangkan diri. Setelahnya, wanita itu menaiki taksi untuk pulang ke kediaman.

Di dalam taksi, Jade Song naik menyeka air matanya yang sudah hampir kering dengan tisu. Dari kaca spion belakang, ia mengamati sosok Emily Gu yang makin lama makin kecil. Sudut bibirnya terangkat, lalu wanita itu mengeluarkan ponsel dan menelepon sebuah nomor.

“Pekerjaanmu malam ini cukup bagus, uangnya sudah aku transfer. Jangan sampai siapa pun tahu soal sandiwara kita.”

Kelar berbicara, wanita itu mematikan telepon. Dalam persaingan mendapatkan Javiar Pei, wanita itu merasa wajib menang!

Terhadap Emily Gu, hatinya merasa sedikit bersalah. Tetapi, rasa cintanya pada Javiar Pei berhasil mengubur rasa bersalah ini dalam-dalam.

Luka hatinya serasa diteteskan cuka, Emily Gu tidak bisa menerima situasi sekarang dan ingin mencari cara untuk lepas dari semuanya. Wanita itu pun menseriusi rencana untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ia awalnya ragu-ragu dengan rencana ini, namun ia sekarang seratus persen akan mengarahkan diri untuk mempersiapkannya.

Walau Jade Song bilang bahwa dirinya tidak merasa wajib berpasangan dengan Javiar Pei, namun Emily Gu bisa melihat betapa kuatnya keinginan si sahabat untuk mewujudkan itu. Biarlah ia yang mengalah, sahabatnya ini sedari kecil sudah kekurangan cinta!

Tiap menghadapi hal-hal yang tidak bisa diselesaikan, Emily Gu dari dulu memang selalu kabur. Jadi, kisah yang kali ini bukan merupakan sesuatu yang aneh.

Wanita itu memanggil taksi. Namun, tujuan perjalanannya bukan rumah kediaman keluarga Gu.

Berlama-lama berdiri di depan pintu rumah Javiar Pei, Emily Gu belum juga menekan bel. Wanita itu tahu, setelah ia menekannya, kata-kata yang akan ia sampaikan pada si pria bisa jadi kata-kata paling panjang yang pernah ia ucapkan padanya.

Tetapi, keika bel belum juga ditekan, pintu lift terbuka. Sekeluarnya dari lift, Javiar Pei melihat Emily Gu berdiri di depan pintu rumahnya dengan ragu-ragu. Ia tertawa, si wanita belum menyadari kehadirannya.

Setelah insiden Bell, wanita itu belum pernah berinisiatif mendatangi rumahnya dan mencarinya. Dengan kedatangannya saat ini, si pria merasa muncul titik balik yang positif dalam relasi mereka berdua. Ia bisa jadi membawa seorang istri pada kepulangannya berikutnya ke Kota A!

“Mengapa tidak menelepon dulu sebelum datang? Kalau tuan rumahnya tidak sedang di rumah bagaimana?” Si pria berujar pelan sembari berjalan ke sisi si wanita. Pria itu kemudian menekan nomor sandi.

Emily Gu mana menyangka Javiar Pei semalam ini masih ada di luar? Ia tadi naik karena melihat lampu rumahnya menyala. Terus, kemunculannya yang tidak didahului tanda-tanda apa pun ini membuat wanita itu kaget setengah mati.

“Ada beberapa hal yang ingin kukatakan padamu.” Si wanita berdiri diam tanpa berencana untuk masuk.

“Ngobrolnya mau di depan pintu?” Javiar Pei bertanya dengan sedikit meledek. Satu tangannya sudah menekan gagang pintu.

Emily Gu terdiam. Akhirnya, ia melangkahkan kaki memasuki apartemen si pria.

Ketika tadi berjalan melewati Emily Gu, Javiar Pei mencium bau bir di tubuhnya. Dalam benaknya, wanita ini adalah orang yang tidak suka minum bir. Mungkinkah rumor perusahaan baru-baru ini sangat menekannya hingga dia harus minum bir?

Javiar Pei menuangkan segelas air hangat untuk Emily Gu. Di dalamnya, ia sudah memasukkan kapsul vitamin C. Pria itu meletakkan gelas di meja teh.

“Jam segini mencariku, pasti bukan untuk membicarakan urusan kantor, kan?” Javiar Pei duduk di sofa tunggal dengan kaki terlipat. Emily Gu saat ini terlihat agak gelisah, namun penuh ketegasan.

“Benar, memang bukan untuk urusan kantor.” Si wanita mengangkat gelas dan meneguknya. Ah, hangatnya! Air ini membuat tubuh si wanita, yang agak dingin karena ditiup angin malam di pinggir sungai tadi, terasa lebih enak.

“Kalau begitu, kamu ingin membicarakan urusan privat denganku. Hanya ada satu urusan privat di antara kita. Kamu sudah berubah pikiran dan ingin berpasangan denganku?” Jika Emily Gu mengatakan “iya”, Javiar Pei berencana untuk mengubah hubungan mereka jadi hubungan kekasih sekarang juga. Tetapi, jika wanita ini menjawab “tidak”, ia akan langsugn mengusirnya. Sudah menolak satu kali, dia masih menolaknya satu kali lagi. Bukankah tingkahnya ini hanya akan mempermainkan perasaan dirinya?

Gerak-gerik Emily Gu jadi makin gelisah. Ia bahkan tidak berani menatap Javiar Pei. Jika si pria tahu bahwa ia datang ke sini untuk membujuk dia berpasangan dengan Jade Song, mungkinkah dia akan murka?

Namun, yang ia tidak mengerti adalah, sejak kapan Javiar Pei jatuh cinta pada dirinya?

Atau, kapan dirinya mulai mencintai Javiar Pei? Dua pertanyaan ini dari dulu tidak bisa dijawab.

“Aku ingin memberitahumu bahwa aku diterima di sebuah universitas di Amerika Serikat. Aku akan berangkat ke sana secepat-cepatnya.” Ketika baru tiba di depan apartemen Javiar Pei, Emily Gu sempat mengecek emailnya. Dari beberapa universitas yang didaftar, tiga universitas sudah memberikan jawaban yang positif. Wanita itu memilih salah satunya, yakni universitas yang paling tidak terkena pengaruh keluarga Gu.

Si pria terhenyak. Jadi, urusan privat yang si wanita ingin bicarakan dengannya adalah dia akan pergi kuliah ke luar negeri? Apa pentingnya informasi ini buatnya?

Yang membuatnya semakin jengkel adalah ketika ia berpikir bahwa Emily Gu akan kembali menjalin cinta dengannya, wanita ini malah pergi lebih jauh. Pria itu sekarang sungguh ingin menyumpah, sudah lulus kuliah buat apa kuliah lagi sih! Tidak bisakah dia tinggal di sisinya dengan tenang?

“Oh.” Gejolak hati Javiar Pei akhir-akhirnya hanya bisa ditunjukkan dengan satu kata ini.

Emily Gu mengamati wajah si pria. Ia tidak menemukan ekspresi tambahan di wajahnya, mungkin karena dia tidak peduli dengan rencananya untuk lanjut kuliah.

“Sebenarnya, aku ingin bilang, kamu tidak boleh melewatkan gadis-gadis baik di sekitarmu. Ada yang sangat menyukaimu, mengapa kamu tidak menyadarinya? Ketidaksadaranmu bisa jadi akan membuat wanita itu merasa sedih untuk waktu yang lama.” Emily Gu berfirasat Javiar Pei seharusnya tahu siapa sosok yang dimaksud.

Ia bukan siapa-siapa Javiar Pei, jadi tidak bisa menyuruhnya untuk menyukai seseorang atau pun suatu hal. Si wanita hanya bisa mengingatkannya bahwa ada seseorang yang sangat menyukainya, jadi dia tidak boleh melewatkannya.

“Jade Song?” Si pria mengernyitkan alis. Orang yang bisa membuat Valerie Pei berinisiatif membicarakan cinta tidak banyak. Terus, orang ini suka dirinya. Bukankah itu Jade Song?

Tetapi, bukankah dirinya sudah bicara dengan sangat jelas pada wanita itu? Terus, bukankah Jade Song bilang padanya kalau dia sudah punya pacar? Emily Gu mengkhawatirkan perasaan siapa nih jadi?

“Kak Song adalah sahabatku. Aku tidak ingin dia terluka, tolong rawat dia baik-baik.”

“Kamu malam-malam kemari untuk mengatakan ini?” Javiar Pei telah menahan keinginan untuk murka di hadapan Emily Gu. Tetapi, dengan lugunya si wanita malah mengangguk.

Setelahnya, Javiar Pei melepaskan gelas dari tangan Emily Gu, memberdirikannya dari sofa, dan mendorongnya ke luar pintu dengan sangat cepat.

“Emily Gu, walau kita tidak bisa bersama, perasaanku juga tidak bisa dikendalikan olehmu. Aku tidak membutuhkan arahmu untuk mencintai siapa. Silahkan pergi.”

Bang! Baru kelar si pria berbicara, suara pintu ditutup langsung mengikuti. Emily Gu menatap pintu yang tertutup dengan linglung. Ia ragu-ragu sejenak, lalu memutuskan pergi.

Sehabis mengusir Emily Gu, Javiar Pei dengan cepat kembali tenang. Terpikir wanita itu malam-malam begini sendirian di luar, ia mengambil kunci mobil dan melajukan mobilnya keluar kompleks apartemen. Melihat Emily Gu menaiki sebuah taksi, ia mengikutinya taksi itu sepanjang perjalanan……

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu