Diamond Lover - Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya

Setelah bertemu Gianna Wei dan lain-lain, Valerie Pei kembali ke rumah. Setibanya di sana, ia merasakan suasana yang agak aneh, namun tidak mampu menyebutkan apa yang ganjil itu.

“Little Valerie, ikut aku ke kamarku.” Melihat putrinya kembali, Ibu Pei, yang daritadi duduk di sofa, bangkit berdiri dan naik ke lantai atas. Jacob Pei, yang baru kembali dari kantor, sebelumnya sudah dikabari Stevanny Shi soal kedatangan Ibu Gu hari ini. Teringat bahwa Henry Gu tadi juga menemuinya, ia jadi risih sendiri. Berbagai usaha benar-benar mereka coba!

Stevanny Shi mengibaskan tangan sebagai isyarat menyuruh Valerie Pei segera naik.

Yang disuruh menyerahkan Ellie padanya, lalu menyusul ibunya naik. Meski sepanjang hari asyik mengobrol dengan Gianna Wei dan rekan-rekan yang lain, hati si wanita sebenarnya terus tertambat ke rumah. Ia tidak tahu cara apa yang bakal dipakai Leon Gu.

Tetapi, sekali lagi, ini tidak perlu diusahakan dengan terburu-buru.

Setibanya Valerie Pei di kamar si ibu, Ibu Pei sudah duduk di sofa dan menunggu kedatangannya. Ekspresi wanita itu sangat serius. Si anak tahu bahwa ibunya tidak setuju ia berbalikan dengan Leon Gu. Lantas, dia sekarang ingin menekankan sikap itu lagi?

Valerie Pei berjalan mendekat dan berdiri di depan ibunya. Sejujurnya, sebagai seorang wanita yang sudah berusia tiga puluh tahun, ia tidak mau melihat si ibu masih mengkhawatirkan dirinya sendiri. Tetapi, perkara ini membutuhkan persetujuan ibu dan kakak……

“Duduklah.” Ibu Pei menatap sofa sebelah dan mempersilahkan putrinya duduk.

Melihat perubahan raut wajah Ibu Pei, Valerie Pei tersenyum lepas. Sejak ia kecil, ibunya sedikit lebih memanjakan dirinya dibanding yang lain. Selain itu, ibu juga tidak pernah memandang tinggi anak laki-laki dan memandang rendah anak perempuan. Tiap ia melakukan kesalahan, ibu akan memintakan maaf buatnya ke ayah. Alhasil, kemungkinan dirinya dihukum jadi mengecil.

“Terima kasih, Ibu.” Si anak duduk dengan patuh dan menunggu si ibu bicara.

“Ibu Gu hari ini datang kemari.” Ibu Pei mengamati ekspresi Valerie Pei dan melihat ekpsresi ketidaktahuan di sana. Ia pun jadi tenang. Kalau Valerie Pei tahu Ibu Gu hari ini akan datang, bukankah itu artinya dia sudah selangkah lebih dekat ke keluarga Gu?

“Ibu……”

“Jangan bicara. Dengarkan aku.” Si ibu menyela si anak. Ekspresi ketidakberdayaan terlihat jelas di wajahnya. Seperti yang dikatakan Ibu Gu, Valerie Pei dan Leon Gu masih saling mencintai. Jika ia berkeras hati untuk tetap memisahkan mereka, hati anaknya pasti akan sangat hancur. Tetapi, di sisi lain, mana mungkin ia tega melihat putrinya kembali disakiti?

Ibu Pei sudah mengizinkan Valerie Pei berkeliaran di luar negeri selama empat tahun. Selama masa itu, ia berulang kali terpikir untuk membawanya kembali. Namun, setiap kali pikiran itu muncul, ia lagnsung takut bahwa situasi di dalam negeri akan membuatnya bernostalgia dan cinta lamanya kembali bersemi. Alhasil, dengan berat hati, wanita itu pun membiarkan dia dan Ellie tetap tinggal di negara asing.

Hasil akhirnya, anak yang selalu ia khawatirkan itu menjadi orang yang “lupa rasa sakit setelah sembuh dari luka”. Dengan sikapnya ini, bagaimana mungkin ia tidak marah?

“Bahkan jika semua anggota keluarga Gu datang kemari dan membujukku untuk mengizinkan pernikahanmu dengan Leon Gu, aku tetap tidak akan setuju! Mana mungkin aku bisa melupakan hari-hari penuh penderitaanmu di rumah mereka? Ibu sebelumnya tidak pernah mengungkit masa-masa itu karena tidak ingin kamu kembali berurusan dengan masa lalu. Tetapi, hasilnya, kamu malah bersikeras untuk balikan dengannya!” Sebagai orang yang pernah mengandung Valerie Pei selama sepuluh bulan, Ibu Pei bisa merasakan semua rasa sakit yang dialaminya. Yang ia rasakan bahkan lebih sakit dibanding yang anaknya rasakan, catat itu!

“Tetapi, ibu juga pernah muda. Ibu tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang…...” Mata Ibu pei memerah, sementara Valerie Pei tahu bahwa ibunya rindu ayah. Wanita itu bercerita lagi: “Saat aku berpassangan dengan ayahmu, keluarga kami berdua juga habis-habisan menentang. Yang bekerja di bidang pemerintahan merasa pebisnis kotor dan curang, sementara yang bekerja di bidang bisnis merasa orang-orang politik munafik.”

Valerie Pei tahu semuanya. Sewaktu kecil, dirinya hampir tidak pernah diajak mengunjungi ayah dan ibunya ibu. Belakangan, ketika sudah lebih besar, ibu baru lebih sering mengajak dia dan kakak ke sana. Saat itu, ia baru tahu masalah ketidaksetujuan antarkeluarga ini.

“Situasimu sekarang mirip dengan situasiku dulu. Saat itu, aku ribut di rumah dan bersikeras menikahi ayahmu. Alhasil, di acaar pernikahan, ayah dan ibuku tidak bersedia hadir. Itu adalah sesuatu yang aku sesali seumur hidup. Tetapi, aku mencintai papamu. Aku pikir, jika aku tidak menikah dengannya, hidupku tidak akan punya makna apa-apa. Kamu sekarang juga berpikiran begini kan……

“Bu, jika kamu tidak setuju, aku tidak akan meninggalkan rumah kok.” Sudah melanglang buana bertahun-tahun, si wanita sekarang merasa perlu untuk memenuhi perannya sebagai seorang anak.

Ibu Pei memandang Valerie Pei dengan agak lega. Kata-kata ini terasa bagai angin sejuk.

“Namun, Leon Gu berbeda dengan ayahmu. Ayahmu mencintai keluarga kita sepanjang hidupnya……” Si ibu mengangkat tangan dan membelai ramput Valerie Pei. Putrinya ini tanpa disadari sudah berusia tiga puluh tahun. Dalam ingatannya, dia seperti baru berusia dua puluh dua tahun. Delapan tahun berlalu dalam sekejap. Selama delapan tahun ini, putrinya telah tumbuh dewasa dan bukan lagi gadis yang lugu dan serba tidak bisa.

“Bisakah kamu menjamin bahwa dia akan mencintaimu seumur hidup dan terus setiap padamu? Ibu tidak ingin melihatmu beberapa tahun lagi kembali ke rumah ini bersama Ellie. Pada momen itu, aku sudah tua dan tidak bisa membela serta membantumu cari soluis lagi.” Air mata Ibu Pei telah jatuh. Wanita itu ternyata sudah mempertimbangkan masa tuanya……

Tetapi, tidak ada yang pasti dalam hidup. Tidak seorang pun tahu apa yang akan terjadi di tahun depan, bahkan di satu jam setelah saat ini.

“Maafkan aku selalu membuatmu khawatir, Bu.” Valerie Pei bukan hanya merasa bersalah pada ibunya, melainkan juga pada kakaknya.

“Aku bukannya mempertanyakan cinta Leon Gu untukmu. Aku hanya khawatir ia tidak bisa baik padamu sampai hidupmu berakhir nanti. Kali ini, dengarkan nasehatku, oke?” Ibu Pei sudah membujuk Valerie Pei sampai ke ujung-ujung. Bisa bilang apa lagi anaknya itu?

Si ibu tahu betul mereka saling mencintai, hanya saja tidak tahu apakah keharmonisan di antara mereka akan berlangsung panjang atau pendek. Daripada di kemudian hari mereka berpisah lagi, ia lebih memilih tidak mengizinkan hubungan mereka sedari awal.

Di tengah keheningan, air mata Valerie Pei mengalir tanpa henti. Wanita itu bukannya tidak mempertimbangkan kekhawatiran ibunya. Ia sendiri juga takut suatu hari nanti Leon Gu tidak akan mencintainya lagi. Namun, ia ingin memanfaatkan sebaik mungkin masa-masa di mana mereka masih saling cinta. Misalkan durasinya hanya setahun, ia ingin tetap menikmatinya.

Tetapi pikiran Valerie Pei itu terlalu kekanak-kanakan…… Kata-kata ibunya sudah menyentil benaknya. Bila tidak bisa tinggal bersama dalam waktu yang lama, lebih baik lupakan satu sama lain sejak awal.

Dalam keputusasaan, si anak akhirnya mengangguk. Ia dari kecil selalu patuh pada ibunya, jadi masalah kali ini pun tidak mendapat pengecualian. Wanita itu tidak tega melihat ibunya terus khawatir dan sedih hanya gara-gara Leon Gu.

“Little Valerie, ibu begini demi kebaikanmu sendiri. Kamu akan memahaminya nanti.”

“Iya…...” Valerie Pei mengangguk, namun tetap tidak mampu menahan air mata. Ia harus bicara apa ke Leon Gu? Karena nasehat ibunya, baru berdamai beberapa hari, mereka sudah harus berpisah lagi karena berbagai alasan.

Awalnya, Valerie Pei berpikir bahwa kemungkinan Leon Gu akan tetap mencintainya dan akan meninggalkannya di masa depan sangat kuat. Setelah diskusi dengan ibu ini, ia jadi jauh lebih yakin yang bakal terjadi adalah kemungkinan kedua……

“Aku akan…… aku akan bicara sejelas mungkin dengannya. Aku akan…… aku akan menyuruh pulang ke Kota S.” Valerie Pei berbicara patah-patah. Tanpa menunggu respon ibunya, wanita itu berjalan gontai ke kamarnya sendiri dan mengunci pintu dari dalam.

Ibu Pei sempat berusaha menyusul anaknya, namun tindakannya itu gagal. Ia belum pernah melihat Valerie Pei seputus as aini. Tetapi, jika ia sekarang tidak memperjelas risiko yang menghantui mereka, Valerie Pei di kemudian hari mungkin akan benar-benar pulang ke rumah sembari menangis dan bilang mau cerai lagi.

Setelah mengunci pintu, Valerie Pei menjatuhkan tubuh ke pintu dan menjadikannya sebagai sandaran. Sambil memeluk kedua lutut, wanita itu menangis sejadi-jadinya. Setiap kali harus mengucapkan selama tinggal pada Leon Gu, hatinya memang sakit luar biasa. Ia selalu menahan suara tangis, namun juga selalu menyadari kalau pun ia memaksakan diri untuk bicara, ia tidak akan bisa melontarkan kata apa pun. Begitulah reaksi tubuhnya tiap momen itu. Tubuh itu jadi tidak bisa dikontrol sama sekali……

Setelah berjaga di depan kamar Valerie Pei untuk beberapa saat, Ibu Pei baru mau berjalan pergi. Pada momen ini, ia melihat Jacob Pei datang dari lantai bawah.

Si anak laki-laki menatap pintu kamar Valerie Pei dengan cemas. Sama sekali tidak memahami alasan ibunya bertindak begini, ia berkata: “Ibu, selain Nyonya Gu datang padamu, Kakek Gu juga datang mencariku.”

“Kamu terbujuk olehnya?”

Yang ditanya terdiam. Pengalamannya kalah jauh dari Henry Gu, jadi kemungkinan dirinya akan terbujuk sama sekali tidak kecil.

“Kalau Valerie Pei yakin dengan masa depannya, siapa pun yang ia cintai, aku akan mengizinkannya menikah dengan orang itu.” Mendengar perkataan si anak, si ibu menghela nafas. Dua hari ini, hanya gara-gara urusan Valerie Pei, wajahnya sudah menua beberapa tahun.

Di tengah diam, Jacob Pei melihat ibu Pei mengambil ponsel. Tanpa disangka, ibunya ini menelepon Leon Gu!

“Leon Gu ya? Kita perlu bertemu…… Sampai jumpa setengah jam lagi.”

“Ibu, apa yang kamu lakukan? Mengapa aku tidak bisa memahaminya?” Jacob Pei sama sekali tidak memiliki petunjuk atas tindakan barusan.

“Lupakan saja jika kamu tidak mengerti. Jaga Valerie Pei baik-baik, aku keluar sebentar. Jangan bilang ke dia bahwa aku bertemu Leon Gu.”

Ibu Pei turun ke bawah tanpa mengindahkan tatapan kaget Jacob Pei. Ini pertama kalinya si anak melihat ibunya yang begini teguh. Dari keteguhannya ini, ia bisa menyimpulkan bahwa dia telah bertekad untuk tidak membiarkan Valerie Pei dan Leon Gu bersama.

Setelah mendapat telepon, Leon Gu bergegas ke kedai kopi yang berlokasi tidak jauh dari rumah kediaman keluarga Pei. Ibu mertua ingin menemuinya, ini pasti berkaitan dengan Valerie Pei! Ia sendiri sudah diceritakan ibunya soal hasil pertemuan dia dengan Ibu Pei. Walau hasilnya tidak terlalu menggembirakan, itu tidak berarti dirinya tidak punya peluang. Sayang, sesaat setelah ia baru duduk, Ibu Pei langsung melontarkan sebuah kalimat yang sangat negatif.

“Pulanglah kalian ke Kota S. Valerie Pei tidak akan menikah denganmu.”

“Ibu Mertua, ini…...”

“Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Kamu dan Little Valerie sudah bercerai, jadi aku tidak layak dipanggil ibu mertua.” Ibu Pei berujar tanpa sedikit pun keibaan: “Sikapku sebelumnya sudah sangat jelas. Bahkan jika kalian saling mencintai, aku tidak akan menikahkan Little Valerie denganmu, kecuali jika dia bukan putriku. Hari ini, ia sudah membuat pilihan di antara kamu dan keluarganya. Kurasa kamu tahu pihak mana yang dia pilih.”

Kata-kata Ibu Pei terdengar bagai sambaran petir di dalam hati Leon Gu. Dari dulu, di hadapan semua pilihan, Valerie Pei tidak pernah memilihnya. Di antara Nathan Xia dan dirinya, dia memilih Nathan Xia. Sekarang, di antara dirinya dan keluarga Pei, dia memilih keluarga Pei. Ah, kedudukannya di hati dia memang sudah jatuh sejatuh-jatuhnya……

“Nyonya Pei, bolehkah aku menemuinya satu kali saja?” Nada bicara si pria penuh keputusasaan dan kepanikan. Ia ingin bertemu dengan si wanita sekarang juga!

“Bertemu lagi hanya akan menyiksa diri kalian berdua, jadi buat apa kamu repot-repot melakukannya? Soal pekerjaan dia di Kota S, aku akan meminta Javiar Pei untuk mencari orang pengganti, jadi kalian tidak akan punya kesempatan untuk berjumpa lagi. Aku sendiri juga tidak berharap kamu kembali muncul dalam kehidupannya. Dengan statusmu sebagai seorang ayah, aku yakin kamu bisa memahmi suasana hatiku. Kalau kamu tahu ada seseorang yang akan menyakiti Ellie, kamu pasti juga akan menutup rapat-rapat kemungkinan orang itu berjumpa dengan Ellie.”

“Aku tidak pernah berniat menyakiti Valerie Pei. Aku sangat mencintainya.”

“Kamu memang tidak pernah menyakitinya secara langsung, tetapi gara-gara kamu, delapan tahun dalam hidupnya jadi sangat gelap. Lepaskanlah dia.”

Kemudian, Leon Gu tidak mendengar apa pun yang Ibu Pei utarakan lagi. Pria itu duduk di kursi dengan linglung. Kapan si wanita paruh baya pergi, ia pun tidak tahu……

Bagaimana bisa dia menerima kenyataan bahwa mereka berpisah lagi setelah baru berbaikan tiga hari? Ia tidak mau memercayai ini, ia ingin impian cintanya terwujud! Bukankah mereka saling mencintai? Lantas, mengapa mereka tidak diizinkan bersama?

Kebahagiaannya saat ini sudah dibunuh oleh ketakutan akan masa depan yang tidak pasti…… Ia tidak bisa menerima situasi ini. Tidak lama setelah Ibu Pei pergi, Leon Gu meninggalkan kafe dan bergegas mendatangi rumah kediaman keluarga Pei.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu